China akan melonggarkan kebijakan "satu anak" yang kontroversial. Demikian disampaikan media pemerintah, terkait dengan perubahan kebijakan yang diumumkan beberapa hari usai rapat di kalangan para pucuk piminan Partai Komunis.
Pasangan suami istri akan diperbolehkan memiliki dua anak jika salah satu orangtuanya adalah anak tunggal. Kantor Berita Xinhua, Senin (18/11/2013) menyebut "keputusan penting" yang dibuat para pemimpin dalam pertemuan pekan ini yang dikenal sebagai Sidang ketiga.
Kebijakan satu anak ditetapkan pada akhir 1970-an, dengan penerapan izin, denda dan pada beberapa kasus ada pemaksaan sterilisasi termasuk pengguguran kandungan, sehingga menimbulkan reaksi keras.
Para pengritik mengemukakan bahwa kebijakan tersebut menyebabkan ketidakseimbangan gender di China, karena pengguguran kandungan berdasarkan jenis kelamin janin menjadi perbuatan yang lumrah.
Sekitar 118 bayi laki-laki lahir di antara rata-rata 100 bayi perempuan pada 2002, sementara bayi-bayi perempuan yang ditelantarkan atau dibunuh banyak dilaporkan.
"Kebijakan kelahiran itu akan disesuaikan dan ditingkatkan setahap demi setahap untuk mencapai 'keseimbangan pembangunan jangka panjang' terhadap kependudukan di China," ungkap Xinhua berdasarkan keputusan Partai Komunis.
Hukum saat ini sangat membatasi pasangan untuk hanya memiliki satu anak, dan hanya ada satu perkecualian untuk mempunyai anak kedua jika kedua orangtuanya adalah anak tunggal.
Perkecualian lain diberikan pada orang dari suku-suku kecil dan petani jika anak pertamanya adalah perempuan.
Meskipun disebut memberi kelonggaran dalam kebijakan Keluarga Berencana dan desas-desus mengenai reformasi, petugas China masih mendesak bahwa kebijakan itu masih diperlukan dengan mengatakan bahwa ancaman kelebihan penduduk masih terjadi pada pembangunan negara.
Pada waktu bersamaan, petugas sensus penduduk pada awal tahun ini mengingatkan bahwa penduduk usia kerja mulai menurun untuk pertamakalinya dalam dasawarsa ini, yaitu turun 3,45 persen menjadi 937 juta pada 2012.
Penurunan itu menimbulkan kecemasan mengenai bagaimana negara dapat melayani 194 juta warga lansia yang kini menduduki 14,3 persen dari seluruh jumlah penduduk, yang naik hampir tiga kali lipat sejak 1982.
"Bagi generasi tua, hidup menjadi semakin berat," kata Sun Wenguang, seorang pensiunan akademisi dari Universitas Shandong kepada AFP awal tahun ini.
Kebanyakan anak tunggal dewasa ini menghadapi beban menangggung tugas merawat dua orangtua serta empat kakek-nenek di dalam tatanan masyarakat yang masih merawat sendiri para lansia.
(Abd/Igw)
Pasangan suami istri akan diperbolehkan memiliki dua anak jika salah satu orangtuanya adalah anak tunggal. Kantor Berita Xinhua, Senin (18/11/2013) menyebut "keputusan penting" yang dibuat para pemimpin dalam pertemuan pekan ini yang dikenal sebagai Sidang ketiga.
Kebijakan satu anak ditetapkan pada akhir 1970-an, dengan penerapan izin, denda dan pada beberapa kasus ada pemaksaan sterilisasi termasuk pengguguran kandungan, sehingga menimbulkan reaksi keras.
Para pengritik mengemukakan bahwa kebijakan tersebut menyebabkan ketidakseimbangan gender di China, karena pengguguran kandungan berdasarkan jenis kelamin janin menjadi perbuatan yang lumrah.
Sekitar 118 bayi laki-laki lahir di antara rata-rata 100 bayi perempuan pada 2002, sementara bayi-bayi perempuan yang ditelantarkan atau dibunuh banyak dilaporkan.
"Kebijakan kelahiran itu akan disesuaikan dan ditingkatkan setahap demi setahap untuk mencapai 'keseimbangan pembangunan jangka panjang' terhadap kependudukan di China," ungkap Xinhua berdasarkan keputusan Partai Komunis.
Hukum saat ini sangat membatasi pasangan untuk hanya memiliki satu anak, dan hanya ada satu perkecualian untuk mempunyai anak kedua jika kedua orangtuanya adalah anak tunggal.
Perkecualian lain diberikan pada orang dari suku-suku kecil dan petani jika anak pertamanya adalah perempuan.
Meskipun disebut memberi kelonggaran dalam kebijakan Keluarga Berencana dan desas-desus mengenai reformasi, petugas China masih mendesak bahwa kebijakan itu masih diperlukan dengan mengatakan bahwa ancaman kelebihan penduduk masih terjadi pada pembangunan negara.
Pada waktu bersamaan, petugas sensus penduduk pada awal tahun ini mengingatkan bahwa penduduk usia kerja mulai menurun untuk pertamakalinya dalam dasawarsa ini, yaitu turun 3,45 persen menjadi 937 juta pada 2012.
Penurunan itu menimbulkan kecemasan mengenai bagaimana negara dapat melayani 194 juta warga lansia yang kini menduduki 14,3 persen dari seluruh jumlah penduduk, yang naik hampir tiga kali lipat sejak 1982.
"Bagi generasi tua, hidup menjadi semakin berat," kata Sun Wenguang, seorang pensiunan akademisi dari Universitas Shandong kepada AFP awal tahun ini.
Kebanyakan anak tunggal dewasa ini menghadapi beban menangggung tugas merawat dua orangtua serta empat kakek-nenek di dalam tatanan masyarakat yang masih merawat sendiri para lansia.
(Abd/Igw)