Wajah anak-anak SD di Manokwari Papua ini begitu serius memperhatikan bahaya merokok langsung dari alat perokok. Paru-paru jadi hitam dan bolong.
Anak-anak itu rupanya ngeri jika paru-parunya hitam dan bolong. Sedang tegang-tegangnya melihat alat peraga bahaya merokok, tiba-tiba ada murid yang nyeletuk. "Kalau merokok tak boleh, mabuk boleh?". Langsung meledak tawa orang seruangan.
Si anak itu bernama Bonie Fasius Semonya.
Advertisement
Sebelumnya, ia nampak serius mencoba alat peraga bahaya merokok yang ada di hadapannya. Mata bocah berusia 12 tahun itu, terfokus pada asap rokok yang keluar dari alat tersebut.
Menyerupai tubuh manusia, alat itu dibuat dari sebuah botol bekas yang dipotong jadi dua. Kemudian bagian atas botol itu ditempelkan ke stereofoam. Lalu kapas dimasukkan ke dalam botol yang berfungsi sebagai paru-paru dan selang seperti rongga pernapasan. Di ujung selang dipasang rokok.
Di bagian ujung selang dipasang alat suntik untuk memompa, sehingga ketika rokok dinyalakan, asap akan tertarik masuk ke botol kemudian dikeluarkan seperti orang merokok.
Tangan Bonie sibuk memompa alat suntik, yang asapnya masuk ke dalam botol sehingga kapas berwarna hitam. Alat itu dibuat oleh Suib Abdullah, salah seorang guru yang telah mengikuti program peningkatan kualitas guru dalam mengajar para siswa, Teacher Quality Improvement Program (TEQIP) yang digagas PT Pertamina (Persero).
Dalam program pelatihan itu , dia belajar membuat alat peraga dari penciptanya yaitu Winarto, seorang instruktur dari Universitas di Malang.
"Coba lihat anak -anak, bahaya sekali kan merokok. Paru-paru kamu jadi hitam, bisa bolong. Jadi tidak boleh merokok ya," kata Suib di SD YPK Maranatha, Manokwari, Papua Barat, Rabu (20/11/2013).
Boniepun mengangguk. Lalu berkata "Merokok tak boleh, Mabuk boleh." Pernyataan bonie disambut tawa seluruh penghuni kelas.
Namun usai pelajaran selesai, Bonie dengan tegas menyatakan dirinya tidak akan merokok. "Takut, nanti paru-paru saya bolong," ujarnya.
Tak hanya alat peraga bahaya merokok. Anak-anak di SD YPK Maranatha juga bisa belajar dengan alat peraga lain seperti cara bekerja perahu, roket air dan televisi, lapisan bumi, proses gerhana matahari, bercerita dengan alat peraga boneka hingga asal mula rumus-rumus matematika.
Suib mengaku antusiasme anak-anak saat belajar naik drastis dan prestasi juga meningkat. " Guru juga lebih santai dalam mengajar. Kan kami jadinya tidak hanya membaca buku dan berkhayal. Kalau ini kan nyata, alat peraganya ada," terangnya.
Ketua instruktur program TEQIP Subanji menyebutkan, program TEQIP yang dilaksanakan selama 4 tahun ini, telah menjangkau 22 kabupaten di 12 provinsi dan telah menjaring lebih dari 20 ribu guru dari Sabang sampai Merauke.
(Ndw/Igw)