Menus Soedibyo (48) sangat menginginkan kehadiran buah hati sehingga mencoba program reproduksi berbantu. Ia sudah lima kali menjalani program bayi tabung di Singapura dan 2 kali inseminasi di Indonesia, namun semuanya gagal. Dan usahanya baru berhasil pada 1998.
Ia menceritakan bagaimana dirinya dan suami begitu menginginkan kehadiran anak. Namun, di usia tiga tahun pernikahannya, karunia itu belum kunjung datang. Sejak itulah ia mencari solusinya dengan menemui banyak dokter.
"Memasuki tahun ketiga pernikahan, saya belum juga punya anak. Usia saya sudah 34 dan beda usia dengan suami 18 tahun. Kekhawatiran tidak punya keturunan pun ada, hingga saya dan suami memilih program bayi tabung sampai melanglang buana ke luar negeri," ujar wanita itu seperti ditulis Kamis (21/11/2013).
Sebenarnya Menus sudah mulai berkonsultasi dengan beberapa dokter kandungan di berbagai rumah sakit sejak 1992. Dan wanita kelahiran 5 September 1965 ini telah 2 kali mencoba program inseminasi di Indonesia, serta 5 kali program bayi tabung di Singapura. Namun semua upaya tersebut gagal dan Menus mengalami keguguran hingga 7 kali.
"Saya 2 kali inseminasi di Indonesia, 5 kali bayi tabung di Singapura, juga pernah periksa kesuburan di Tokyo. Tapi semuanya gagal saat memasuki usia kandungan tiga bulan, hasil tes kesuburan menyatakan sebenarnya 99 persen tidak ada masalah, tapi 1 persen saya percaya itu kehendak Tuhan," ujar Menus Soedibyo, saat diwawancarai Liputan6.com dalam acara Media Gathering 'Pencapaian Bayi Lahir ke 1,000 Melalui Program Fertilitas dengan Teknologi Berbantu di Klinik Morula IVF Indonesia' di RSU Bunda, Jakarta.
Kegagalan tidak membuatnya putus asa, Menus yakin Tuhan akan memberikannya keturunan suatu saat nanti. Menus kembali mencoba bayi tabung di Indonesia karena melihat informasi dari salah satu surat kabar 27 Juli 1998 tentang informasi keberhasilan bayi tabung di Jakarta.
Wanita ini akhirnya mendatangi RSU Bunda Jakarta pada Sabtu, 1 Agustus 1998 pukul 11.00 WIB untuk menjalani program di sana.
"Tidak pikir panjang saat itu langsung ketemu dr.Indra C. Anwar Sp.OG untuk berkonsultasi, dan saya memberikan file saya berisi program yang pernah dijalani sebelumnya. Saya dokter mepelajarinya dan Senin kami meminta keputusan fixnya," katanya.
Senin, 3 Agustus 1998 Menus dan suami disarankan untuk tahap yang paling ringan terlebih dahulu yaitu meminum obat hormon baru inseminasi.
"Saya keberatan karena semuanya sudah pernah dilakukan dan itu gagal. Waktu, tenaga dan uang sudah terkuras kemudin kami memilih program bayi tabung," ungkapnya.
Usahanya pun membuahkan hasil, 8 Oktober 1998 Menus dinyatakan positif hamil. "Proses bayi tabungnya 2 minggu setelah saya menstruasi, saat itu ada 12 embrio yang kualitasnya baik dan dokter memasukkan 3 embrio ke rahim saya. Namun yang berhasil jadi calon bayi hanya dua karena persaingan alami," kata Menus.
Namun sayang rasa khawatir muncul di usia kandungan lima bulan, Menus mengalami kontraksi dan membuatnya istirahat total.
"Bayinya sudah turun mendekati jalan lahir dan disuntik penguat paru-paru selama 3 hari berturut-turut guna kepentingan bayi apabila sewaktu-waktu memang harus dilahirkan. Saya memutuskan bedrest total di rumah setelah lima hari di rumah sakit dan mempertahankan sampai usia kandungan normal," kata Menus bercerita.
Di bulan ke-8, Menus dan Suami dikejutkan lagi dengan hasil USG yang menyataka detak jantung salah satu bayi sedikit melemah, karena suplai makanannya banyak terambil oleh sang kakak. Dokter pun menyarankannya untuk segera dilakukan upaya operasi.
"Mungkin saya pasien yang paling bandel ataupun paling bandel, hasil pemeriksaan USG seharusnya dioperasi sekitar tanggal 22 sampai 24 Mei 1999, tapi karena tanggal ulang tahun perkawinan kami adalah 1 Juni, jadi saya tetap bersikeras mempertahankannya," ungkapnya.
Menus pun menyerah pada 29 Mei 1999 dan segera melakukan operasi setelah dokter mengatakan kalau tetap dipertahankan dirinya akan kehilangan satu bayinya. Jadwal operasi pun ditetapkan pada Senin pagi tanggal 31 Mei 1999.
"Seperti mimpi tangisan itu memecahkan keheningan ruangan operasi. Tepat pukul 07.00 WIB saya melahirkan bayi perempuan mungil dengan berat 2.650 gram dan 2 menit kemudian muncullah seorang jagoan kecil saya dengan berat 2.250 gram. Lengkap sudah rasanya kehidupan saya. Saya menangis bahagia dan syukur. Alhamdulillah saya ucapkan berulangkali karena terbukti Allah menyayangi umatnya yang sabar dan mau berusaha," ujar Menus.
Buah hati kembarnya tersebut diberi nama Mahaputeri dan Mahaputera, kini telah berusia 14 tahun. Sang kakak, Mahaputeri bahkan termasuk anak dengan kecerdasan luar biasa karena berhasil masuk ke kelas akselerasi. Mahaputeri kini duduk di kelas 1 SMA, sedangkan sang adik, Mahaputera, duduk di bangku kelas 3 SMP.
"Sekarang tahap berikutnya adalah bagaimana saya mendidik dan memberikan pendidikan yang terbaik, disertai iman yang kuat dan akhlak yang benar. Saya percaya Allah selalu memberikan yang terbaik kepada umatnya asalkan kita selalu berdoa dan berusaha," Menus pun mengakhirinya dengan senyum.
(Mia/Mel/*)
Ia menceritakan bagaimana dirinya dan suami begitu menginginkan kehadiran anak. Namun, di usia tiga tahun pernikahannya, karunia itu belum kunjung datang. Sejak itulah ia mencari solusinya dengan menemui banyak dokter.
"Memasuki tahun ketiga pernikahan, saya belum juga punya anak. Usia saya sudah 34 dan beda usia dengan suami 18 tahun. Kekhawatiran tidak punya keturunan pun ada, hingga saya dan suami memilih program bayi tabung sampai melanglang buana ke luar negeri," ujar wanita itu seperti ditulis Kamis (21/11/2013).
Sebenarnya Menus sudah mulai berkonsultasi dengan beberapa dokter kandungan di berbagai rumah sakit sejak 1992. Dan wanita kelahiran 5 September 1965 ini telah 2 kali mencoba program inseminasi di Indonesia, serta 5 kali program bayi tabung di Singapura. Namun semua upaya tersebut gagal dan Menus mengalami keguguran hingga 7 kali.
"Saya 2 kali inseminasi di Indonesia, 5 kali bayi tabung di Singapura, juga pernah periksa kesuburan di Tokyo. Tapi semuanya gagal saat memasuki usia kandungan tiga bulan, hasil tes kesuburan menyatakan sebenarnya 99 persen tidak ada masalah, tapi 1 persen saya percaya itu kehendak Tuhan," ujar Menus Soedibyo, saat diwawancarai Liputan6.com dalam acara Media Gathering 'Pencapaian Bayi Lahir ke 1,000 Melalui Program Fertilitas dengan Teknologi Berbantu di Klinik Morula IVF Indonesia' di RSU Bunda, Jakarta.
Kegagalan tidak membuatnya putus asa, Menus yakin Tuhan akan memberikannya keturunan suatu saat nanti. Menus kembali mencoba bayi tabung di Indonesia karena melihat informasi dari salah satu surat kabar 27 Juli 1998 tentang informasi keberhasilan bayi tabung di Jakarta.
Wanita ini akhirnya mendatangi RSU Bunda Jakarta pada Sabtu, 1 Agustus 1998 pukul 11.00 WIB untuk menjalani program di sana.
"Tidak pikir panjang saat itu langsung ketemu dr.Indra C. Anwar Sp.OG untuk berkonsultasi, dan saya memberikan file saya berisi program yang pernah dijalani sebelumnya. Saya dokter mepelajarinya dan Senin kami meminta keputusan fixnya," katanya.
Senin, 3 Agustus 1998 Menus dan suami disarankan untuk tahap yang paling ringan terlebih dahulu yaitu meminum obat hormon baru inseminasi.
"Saya keberatan karena semuanya sudah pernah dilakukan dan itu gagal. Waktu, tenaga dan uang sudah terkuras kemudin kami memilih program bayi tabung," ungkapnya.
Usahanya pun membuahkan hasil, 8 Oktober 1998 Menus dinyatakan positif hamil. "Proses bayi tabungnya 2 minggu setelah saya menstruasi, saat itu ada 12 embrio yang kualitasnya baik dan dokter memasukkan 3 embrio ke rahim saya. Namun yang berhasil jadi calon bayi hanya dua karena persaingan alami," kata Menus.
Namun sayang rasa khawatir muncul di usia kandungan lima bulan, Menus mengalami kontraksi dan membuatnya istirahat total.
"Bayinya sudah turun mendekati jalan lahir dan disuntik penguat paru-paru selama 3 hari berturut-turut guna kepentingan bayi apabila sewaktu-waktu memang harus dilahirkan. Saya memutuskan bedrest total di rumah setelah lima hari di rumah sakit dan mempertahankan sampai usia kandungan normal," kata Menus bercerita.
Di bulan ke-8, Menus dan Suami dikejutkan lagi dengan hasil USG yang menyataka detak jantung salah satu bayi sedikit melemah, karena suplai makanannya banyak terambil oleh sang kakak. Dokter pun menyarankannya untuk segera dilakukan upaya operasi.
"Mungkin saya pasien yang paling bandel ataupun paling bandel, hasil pemeriksaan USG seharusnya dioperasi sekitar tanggal 22 sampai 24 Mei 1999, tapi karena tanggal ulang tahun perkawinan kami adalah 1 Juni, jadi saya tetap bersikeras mempertahankannya," ungkapnya.
Menus pun menyerah pada 29 Mei 1999 dan segera melakukan operasi setelah dokter mengatakan kalau tetap dipertahankan dirinya akan kehilangan satu bayinya. Jadwal operasi pun ditetapkan pada Senin pagi tanggal 31 Mei 1999.
"Seperti mimpi tangisan itu memecahkan keheningan ruangan operasi. Tepat pukul 07.00 WIB saya melahirkan bayi perempuan mungil dengan berat 2.650 gram dan 2 menit kemudian muncullah seorang jagoan kecil saya dengan berat 2.250 gram. Lengkap sudah rasanya kehidupan saya. Saya menangis bahagia dan syukur. Alhamdulillah saya ucapkan berulangkali karena terbukti Allah menyayangi umatnya yang sabar dan mau berusaha," ujar Menus.
Buah hati kembarnya tersebut diberi nama Mahaputeri dan Mahaputera, kini telah berusia 14 tahun. Sang kakak, Mahaputeri bahkan termasuk anak dengan kecerdasan luar biasa karena berhasil masuk ke kelas akselerasi. Mahaputeri kini duduk di kelas 1 SMA, sedangkan sang adik, Mahaputera, duduk di bangku kelas 3 SMP.
"Sekarang tahap berikutnya adalah bagaimana saya mendidik dan memberikan pendidikan yang terbaik, disertai iman yang kuat dan akhlak yang benar. Saya percaya Allah selalu memberikan yang terbaik kepada umatnya asalkan kita selalu berdoa dan berusaha," Menus pun mengakhirinya dengan senyum.
(Mia/Mel/*)