Sukses

Pelaku dan Korban Bullying Rentan Lakukan Seks Berisiko

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Pediatrics menemukan bahwa korban bully rentan bereksperimen dengan seks berisiko

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Pediatrics menemukan bahwa korban bully rentan bereksperimen dengan seks berisiko. Padahal seperti diketahui, seks berisiko dapat menyebabkan HIV/AIDS, sifilis bahkan kematian.

Para peneliti menemukan bahwa korban bully lebih mungkin untuk melakukannya karena sangat mudah untuk memahami mengapa korban bully terlibat dalam seks bebas, mabuk atau menggunakan obat terlarang.

"Intimidasi konstan benar-benar dapat mengikis harga diri seseorang dan melakukan seks bebas akan membuat korban bullying merasa terisolasi. Minum dan seks adalah dua metode 'kenyamanan diri' yang kadang perilaku ini disebut sebagai bentuk penghancuran diri," tulis peneliti, seperti ditulis Everydayhealth, Sabtu (23/11/2013).

Sementara pelaku bullying dianggap peneliti rentan karena ia juga cenderung akan bereksperimen dengan seks berisiko. Alasannya mungkin sangat mirip. Tapi pelaku merasa seperti ada tantangan tersendiri.

"Meskipun pengganggu sering tampak percaya diri dan kebal, mereka itu sering didera kecemasan karena kurang percaya diri. Maka itu bullying adalah cara mereka untuk bertindak agresi," jelas peneliti.

Parahnya, si pengganggu selalu ingin menjadi kepala dan teman sebaya adalah kakinya. Ini yang sering diartikan minum-minuman beralkohol dan berpesta serta berhubungan seks bagi remaja.

"Melihat hal tersebut, kami melihat pelaku dan korban bullying tidak seperti remaja lain yang memiliki kehidupan keluarga yang lebih kuat dan kemampuan untuk menahan tekanan sosial," jelasnya.

Peneliti menambahkan, penelitian ini mengingatkan orang tua dan guru bahwa anak atau remaja tidak cukup hanya dilindungi dari pelaku bullying. Tapi juga perlu memberantas perilaku intimidasi.

(Fit/Igw)