Ketika pria memilih menggunakan kontrasepsi biasanya pilihannya kondom atau melakukan vasektomi. Keduanya memang bisa mencegah kehamilan pada wanita. Namun, bisakah vasektomi menggantikan peran kondom?
Scott Pope termasuk pria memutuskan melakukan vasektomi ketika usianya 21 tahun. Ia memilih operasi vasektomi agar spermanya tak bergerak dari testisnya. Saat itu Pope sudah memiliki seorang putri pada saat itu dan istrinya mengatakan tak aman secara medis jika harus hamil lagi.
Tapi, keputusannya di masa muda membuatnya harus menemui banyak dokter untuk mengembalikannya seperti semula sebelum vasektomi. Di tengah jalan, pernikahan Pope hancur. Dan pada usia 40 tahun ia menikah lagi di California.
Ketika menikah, Pope sudah mengingatkan istrinya bahwa ia tak bisa punya anak, tapi sang istri tak terpengaruh.
Pasangan suami istri itu akhirnya menemui sekitar selusi dokter untuk menemukan seseorang yang bisa membalikkan vasektomi. Salah satu dokter mengatakan, Pope bisa melakukan prosedur dengan biaya US$ 7.000 dan kemungkinan berhasilnya hanya 24 persen.
"Ada banyak dokter yang mengatakan ke saya ini sudah lebih dari 10 tahun, ini tak bisa dilakukan," ujar Pope seperti dikutip HuffingtonPost, Minggu (24/11/2013).
Setelah pencarian panjang, Pope akhirnya bisa mengembalikan kondisinya. Ia memperkirakan biayanya sekitar US$ 10 ribu. Pemulihannya relatif tanpa sakit dan dua bulan setelah operasi, istrinya hamil.
Sekarang, Pope memiliki bayi laki-laki berusia 6 bulan. Ia senang dengan hasil operasi. Namun, Pope masih menganggap vasektomi permanen.
"Ketika orang-orang bertanya kepada saya tentang vasektomi, saya katakan, `Jangan pernah melakukannya `," katanya.
"Kau tak tahu apa yang akan terjadi di jalan... Tapi jika itu adalah sesuatu yang benar-benar Anda inginkan, ada pilihan yang bisa Anda dapat untuk membalikkannya," ujarnya.
Vasektomi vs Kondom
Scott Pope termasuk pria memutuskan melakukan vasektomi ketika usianya 21 tahun. Ia memilih operasi vasektomi agar spermanya tak bergerak dari testisnya. Saat itu Pope sudah memiliki seorang putri pada saat itu dan istrinya mengatakan tak aman secara medis jika harus hamil lagi.
Tapi, keputusannya di masa muda membuatnya harus menemui banyak dokter untuk mengembalikannya seperti semula sebelum vasektomi. Di tengah jalan, pernikahan Pope hancur. Dan pada usia 40 tahun ia menikah lagi di California.
Ketika menikah, Pope sudah mengingatkan istrinya bahwa ia tak bisa punya anak, tapi sang istri tak terpengaruh.
Pasangan suami istri itu akhirnya menemui sekitar selusi dokter untuk menemukan seseorang yang bisa membalikkan vasektomi. Salah satu dokter mengatakan, Pope bisa melakukan prosedur dengan biaya US$ 7.000 dan kemungkinan berhasilnya hanya 24 persen.
"Ada banyak dokter yang mengatakan ke saya ini sudah lebih dari 10 tahun, ini tak bisa dilakukan," ujar Pope seperti dikutip HuffingtonPost, Minggu (24/11/2013).
Setelah pencarian panjang, Pope akhirnya bisa mengembalikan kondisinya. Ia memperkirakan biayanya sekitar US$ 10 ribu. Pemulihannya relatif tanpa sakit dan dua bulan setelah operasi, istrinya hamil.
Sekarang, Pope memiliki bayi laki-laki berusia 6 bulan. Ia senang dengan hasil operasi. Namun, Pope masih menganggap vasektomi permanen.
"Ketika orang-orang bertanya kepada saya tentang vasektomi, saya katakan, `Jangan pernah melakukannya `," katanya.
"Kau tak tahu apa yang akan terjadi di jalan... Tapi jika itu adalah sesuatu yang benar-benar Anda inginkan, ada pilihan yang bisa Anda dapat untuk membalikkannya," ujarnya.
Vasektomi vs Kondom
2 dari 2 halaman
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Andrology menunjukkan, tingkat keberhasilan pembalikan vasektomi memang lebih tinggi dibanding sebelumnya, meski kebanyakan pria sudah melakukan operasi berpuluh-puluh tahun sebelumnya.
Dari hasil teknik membalikkan vasektomi di sekitar 1.200 pasien, penulis melaporkan, rata-rata yang mengalami pergerakan sperma ketika ejakulasi adalah 84 persen. Di antara pria yang melakukan pembalikan vasektomi setidaknya 15 tahun sebelum membalikkannya, dan kesempatan jumlah sperma yang hidup sekitar 75 persen. Usia pasien rata-rata 41 tahun, meski berkisar antara 22 tahun hingga 72 tahun.
Direktur Kesuburan Pria di Penn Fertility Care, University of Pennsylvania, Dr. Puneet Masson,
menjelaskan, setiap pasien yang melakukan vasektomi prosesnya itu permanen dan tak bisa diubah.
Memang , pedoman American Urological Association menyatakan bahwa vasektomi harus dianggap sebagai kontrasepsi bentuk permanen.
Sementara, Dr. Paul Turek, Prisden dari Society for Male Reproduction and Urology, memiliki pandangan tak adil membandingkan vasektomi dengan kondomd dalam memilih kontrasepsi.
"Dalam beberapa hal , vasektomi lebih baik, " kata Turek.
Menurutnya, tingkat kegagalan dengan kondom jauh lebih tinggi dibandingkan dengan vasektomi. Planned Parenthood memperkirakan ada 15 hingga 24 kehamilan dari 100 wanita per tahunnya meski dengan penggunaan kondom pada pria, sementara pada vasektomi hanya 1 dari 100 kehamilan. Selain itu, vasektomi tak seperti kondom yang melindungi dari infeksi menular seksual.
(Mel)
Advertisement