Sastrawan Putu Wijaya menderita serangan stroke sejak awal Oktober 2013. Terdorong keinginan untuk membantu Putu yang pernah menjadi teman kerjanya di majalah ‘`Tempo`, Menteri BUMN Dahlan Iskan akan membiayai terapi stemcell sang teman.
Kabar Putu Wijaya yang tidak mampu membiayai penyembuhan stroke yang dideritanya di rumah sakit mengejutkan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Apalagi Dahaln merupakan penggemar cerita pendek dan novelnya.
Dahlan pun pada Kamis kemarin (28/11/2013) pagi menjenguk Putu di rumahnya, kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. Dahlan datang bersama seorang dokter ahli stemcell dari Surabaya yang dikenal sebagai ahli stemcell terbaik di Indonesia.
Advertisement
Kepada Putu, Dahlan menceritakan bahwa seseorang yang terserang stroke berpeluang disembuhkan kembali dengan terapi stemcell. Dahlan sekaligus memperkenalkan dokter cantik yang baru pulang mengajar stemcell di Tokyo dan Amsterdam itu. "Alhamdulillah, Mas Putu sangat antusias mengikuti diskusi dan menyatakan bersedia menjalani perawatan," kata Dahlan melalui pesan pendek seperti siaran pers, Jumat (29/11/2013).
Bagaimana dengan biaya? "Biaya pengobatan dengan stemcell ini menjadi tanggungan saya pribadi. Harapan saya, semoga Tuhan memberikan kesembuhan kepada seniman besar kita ini," kata Dahlan.
Putu Wijaya diketahui menderita serangan stroke awal Oktober lalu. Akibat stroke, seniman berusia 69 tahun itu tidak bisa berkarya lagi. Sejumlah kolega dan penggemarnya kemudian berinisiatif menggalang dana setelah membaca berita di media sosial bahwa Putu tidak mampu membayar biaya pengobatan.
Putu Wijaya bernama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Putu lahir di Puri Anom, Sarem, Kangin, Tabanan, Bali, 11 April 1944. Putra pasangan I Gusti Ngurah Raka dan Mekel Erwati itu, telah menulis sejak masih bersekolah di bangku SMP.
Saat itu, Putu banyak menulis cerita pendek. Ketika duduk di bangku SMA Singaraja, Putu mulai berkenalan dengan seni teater atau sandiwara. Putus kemudian melanjutkan studi di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada dan berhasil meraih gelar sarjana hukum jurusan hukum perdata pada tahun 1969.
Selama kuliah, Putu ternyata juga belajar melukis di ASRI dan belajar drama di ASDRAFI Jogja. Putu juga tercatat aktif dalam berbagai pementasan drama di Jogja, hingga akhirnya bergabung ke Bengkel Teater pimpinan WS Rendra.
Setelah pindah ke Jakarta pada 1970, Putu menjadi pemain drama kecil pimpinan Arifin C. Noer dan teater Populer pimpinan Teguh Karya. Pengalamannya dalam dunia seni peran mendorongnya untuk mendirikan Teater Mandiri. Kelompok teater itu, masih aktif sampai saat ini.
Dalam bidang penulisan karya sastra, Putu telah menerbitkan sejumlah karya terkenal seperti Telegram, Pabrik, Stasiun, Keok, Sobat, MS, Ratu, Tak, Cukup Sedih, Tiba-tiba Malam, Bila Malam Bertambah Malam, dan novel Lho. Putu juga menerbitkan kumpulan cerpennya dalam buku berjudul Gres. Itu buku kumpulan cerpen ketiga setelah Bom dan Es.
Menikah dengan Dewi Pramunawati pada 7 April 1985, Putu dikarunai seorang anak, I Gusti Taksu Ngurah Wijaya. Putu saat ini bermukim di Perumahan Astya Puri 2, No. 9, Jalan Kerta Mukti, Ciputat, Jakarta Selatan, Banten. (Igw)