Sembilan wanita di Swedia telah berhasil menjalani transplantasi rahim yang disumbangkan dari kerabatnya agar bisa hamil. Para wanita ini menerima transplantasi karena memang lahir tanpa rahim dan ada juga yang pernah mengalami kanker serviks.
Seperti dikutip laman Businessinsider, Senin (13/1/2014), sebagian besar wanita tersebut berusia 30 tahun dan merupakan bagian dari percobaan pertama untuk menguji apakah transplantasi rahim adalah cara efektif untuk dapat melahirkan anak.
Sebelumnya, transplantasi rahim pernah dilakukan di Turki dan Arab Saudi tetapi belum pernah ada yang berhasil memiliki bayi. Para ilmuwan di Inggris, Hungaria dan di tempat lain juga pernah melakukan operasi serupa tetapi upaya di Swedia inilah yang paling maju.
"Transplantasi dimulai pada September 2012 dan pendonor adalah keluarga masing-masing, termasuk ibu dan saudara perempuan lainnya," kata Chair of the obstetrics and gynecology department di University of Gothenburg, dr Mats Brannstrom.
Ia mengatakan, meskipun transplantasi telah dilakukan, para wanita ini tidak dapat hamil secara alami karena rahim transplantasi ini tidak tersambung ke uterus dan tuba. Tapi wanita ini memiliki indung telur dan dapat membuat telur.
"Maka itu, agar wanita ini dapat hamil, dokter melakukan upaya menciptakan embrio melalui fertilisasi in-vitro. Embrio kemudian dibekukan dan mentransfernya ke dalam rahim. Teknik seperti ini baru dilakukan di Swedia karena masih kontroversial," jelasnya.
Di Inggris pun, menurut dr. Mats sebenarnya ada dokter yang berniat melakukan transplantasi rahim, tetapi rahim yang digunakan dari wanita yang sedang sekarat atau wanita meninggal. Seperti yang dilakukan di Turki beberapa tahun lalu. sayangnya, meski sudah melakukan cara ini, tetapi setelah dua bulan, wanita tersebut keguguran. Jadi sembilan wanita ini masih akan dilihat perkembangannya.
"Perhatian utama bagi saya justru bagaimana bayi dapat cukup mendapatkan makanan dari plasenta dan apakah aliran darah cukup baik, " katanya.
Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, Mats memberikan obat khusus agar tubuh sembilan wanita tersebut dapat menerima transplantasi rahimnya. Tapi setelah maksimal dua kali kehamilan, para wanita dapat berhenti minum obat untuk menghindari tekanan darah tinggi, pembengkakan dan diabetes dan juga dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker .
"Maka itu penting untuk menggunakan donor hidup untuk memastikan rahim yang disumbangkan berfungsi dengan baik dan tidak memiliki masalah seperti infeksi HPV," tambahnya.
Ahli lain mengatakan jika operasi ini berhasil, transplantasi rahim bisa menjadi alternatif bagi wanita.
(Fit/Abd)
Seperti dikutip laman Businessinsider, Senin (13/1/2014), sebagian besar wanita tersebut berusia 30 tahun dan merupakan bagian dari percobaan pertama untuk menguji apakah transplantasi rahim adalah cara efektif untuk dapat melahirkan anak.
Sebelumnya, transplantasi rahim pernah dilakukan di Turki dan Arab Saudi tetapi belum pernah ada yang berhasil memiliki bayi. Para ilmuwan di Inggris, Hungaria dan di tempat lain juga pernah melakukan operasi serupa tetapi upaya di Swedia inilah yang paling maju.
"Transplantasi dimulai pada September 2012 dan pendonor adalah keluarga masing-masing, termasuk ibu dan saudara perempuan lainnya," kata Chair of the obstetrics and gynecology department di University of Gothenburg, dr Mats Brannstrom.
Ia mengatakan, meskipun transplantasi telah dilakukan, para wanita ini tidak dapat hamil secara alami karena rahim transplantasi ini tidak tersambung ke uterus dan tuba. Tapi wanita ini memiliki indung telur dan dapat membuat telur.
"Maka itu, agar wanita ini dapat hamil, dokter melakukan upaya menciptakan embrio melalui fertilisasi in-vitro. Embrio kemudian dibekukan dan mentransfernya ke dalam rahim. Teknik seperti ini baru dilakukan di Swedia karena masih kontroversial," jelasnya.
Di Inggris pun, menurut dr. Mats sebenarnya ada dokter yang berniat melakukan transplantasi rahim, tetapi rahim yang digunakan dari wanita yang sedang sekarat atau wanita meninggal. Seperti yang dilakukan di Turki beberapa tahun lalu. sayangnya, meski sudah melakukan cara ini, tetapi setelah dua bulan, wanita tersebut keguguran. Jadi sembilan wanita ini masih akan dilihat perkembangannya.
"Perhatian utama bagi saya justru bagaimana bayi dapat cukup mendapatkan makanan dari plasenta dan apakah aliran darah cukup baik, " katanya.
Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, Mats memberikan obat khusus agar tubuh sembilan wanita tersebut dapat menerima transplantasi rahimnya. Tapi setelah maksimal dua kali kehamilan, para wanita dapat berhenti minum obat untuk menghindari tekanan darah tinggi, pembengkakan dan diabetes dan juga dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker .
"Maka itu penting untuk menggunakan donor hidup untuk memastikan rahim yang disumbangkan berfungsi dengan baik dan tidak memiliki masalah seperti infeksi HPV," tambahnya.
Ahli lain mengatakan jika operasi ini berhasil, transplantasi rahim bisa menjadi alternatif bagi wanita.
(Fit/Abd)