Padatnya aktivitas membuat kita sering sulit mencari waktu untuk sekadar bisa kumpul bersama keluarga. Bahkan untuk menyapa anak pun kesempatan ini kerap tak didapatkan. Saat si ayah atau si ibu sudah sampai rumah, si anak sudah tidur.
Psikolog Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si menyebutkan, fenomena ini kerap dialami banyak keluarga di Indonesia terutama di kota besar.
Komunikasi efektif menjadi sarana penting untuk membangun keluarga harmonis dan bahagia. Ini dapat dilakukan dengan bermacam cara.
"Paling nggak, sehari sediakan waktu 15 menit. Jangan ada yang gunakan gadget dan betul-betul lakukan komunikasi antara suami, istri, anak. Hal ini akan lebih baik jika orangtua dapat memeluk, mengelus atau membelai anaknya," kata Anna Surti di Jakarta, Rabu (5/2/2014).
Penelitian dalam psikologi menyebutkan bahwa bahasa non verbal seperti itu lebih bermakna daripada hanya kata-kata.
Psikolog yang akrab dipanggil Nina ini juga mengatakan, masalah kebersamaan dan komunikasi ini juga yang kerap kali menjadi tantangan bagi sejumlah keluarga. Selain karena kesibukan, tapi juga ada keluarga yang tidak memanfatkan momen bersama keluarga karena sibuk dengan gadjetnya.
"15 menit bukan waktu yang lama tapi bisa dibuat berkualitas. Kayak kita ngobrol, mungkin pertama-tama garing. Tapi 15 menit kemudian, kedalaman komunikasi akan terbentuk. 15 menit sehari saja belum tentu dapat menyelesaikan masalah, apalagi jika benar-benar tidak ada komunikasi," jelas Anna.
Anna pun menerangkan bahwa tidak melulu mesti ibu yang memulai pembicaraan ketika keluarga sedang berkumpul. Ayah juga bisa turut andil. Tapi Anna mengatakan, ibu sebagai perempuan punya peran berbeda di keluarga.
"Ibu itu memiliki sensitivitas tinggi dan lebih memahami kebutuhan afeksi anak-anak dibanding ayah. Jadi mungkin akan lebih baik bila ibu yang mengingatkan agar obroloan lebih berkualiats," tambahnya.
(Fit/Abd)
Psikolog Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si menyebutkan, fenomena ini kerap dialami banyak keluarga di Indonesia terutama di kota besar.
Komunikasi efektif menjadi sarana penting untuk membangun keluarga harmonis dan bahagia. Ini dapat dilakukan dengan bermacam cara.
"Paling nggak, sehari sediakan waktu 15 menit. Jangan ada yang gunakan gadget dan betul-betul lakukan komunikasi antara suami, istri, anak. Hal ini akan lebih baik jika orangtua dapat memeluk, mengelus atau membelai anaknya," kata Anna Surti di Jakarta, Rabu (5/2/2014).
Penelitian dalam psikologi menyebutkan bahwa bahasa non verbal seperti itu lebih bermakna daripada hanya kata-kata.
Psikolog yang akrab dipanggil Nina ini juga mengatakan, masalah kebersamaan dan komunikasi ini juga yang kerap kali menjadi tantangan bagi sejumlah keluarga. Selain karena kesibukan, tapi juga ada keluarga yang tidak memanfatkan momen bersama keluarga karena sibuk dengan gadjetnya.
"15 menit bukan waktu yang lama tapi bisa dibuat berkualitas. Kayak kita ngobrol, mungkin pertama-tama garing. Tapi 15 menit kemudian, kedalaman komunikasi akan terbentuk. 15 menit sehari saja belum tentu dapat menyelesaikan masalah, apalagi jika benar-benar tidak ada komunikasi," jelas Anna.
Anna pun menerangkan bahwa tidak melulu mesti ibu yang memulai pembicaraan ketika keluarga sedang berkumpul. Ayah juga bisa turut andil. Tapi Anna mengatakan, ibu sebagai perempuan punya peran berbeda di keluarga.
"Ibu itu memiliki sensitivitas tinggi dan lebih memahami kebutuhan afeksi anak-anak dibanding ayah. Jadi mungkin akan lebih baik bila ibu yang mengingatkan agar obroloan lebih berkualiats," tambahnya.
(Fit/Abd)