Bencana yang melanda beberapa daerah di Indonesia memang memprihatinkan, tapi ternyata hal ini tidak membuat sebagian korban bencana merasa rendah diri dan instropeksi. Karena ada saja pihak yang justru berbuat seenaknya kepada relawan.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Psikolog yang juga pendiri Pusat Pendidikan & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar, Nunki Suwardi S.Psi saat berkunung ke kantor Redaksi Liputan6.com beberapa waktu lalu. Ia mengungkapkan, salah seorang relawan yang membantu korban bencana banjir cukup terkaget dengan perilaku para korban banjir.
"Zaman sekarang, yang salah malah bisa lebih marah. Kita mau menyebrang saja susah, nggak ada yang mau ngalah dan kalau kita tegur dia marah. Ada juga yang senang bila kebanjiran karena bisa dapat makan dan pakaian gratis," kata Nunki, seperti ditulis Kamis (6/2/2014).
Nungki menerangkan, orang-orang seperti ini memang banyak beberapa tahun terakhir akibat dari hilangnya norma dan pelajaran agama yang diajarkan sejak kita masih kecil.
"Bayangkan, ketika relawan disiapkan makanan, pengungsi yang merasa dirinya korban banjir hampir semuanya nggak ngapa-ngapain. Sekedar leye-leye dan tidur saja. Mereka berpikir kalau mereka perlu dibantu sementara bila makanan kurang dan mereka belum dapat, mereka ngomel," jelas Nunki.
Pergeseran perilaku yang dulu dikenal Nunki sebagai masyarakat Indonesia yang tolong menolong bahkan sudah lama luntur atau bisa dibilang telah hilang.
"Perubahan sikap ini harus ada proses pembelajaran. Sayangnya, sekarang pikiran orang banyak yang terbalik, siapapun bisa berpeluang jadi orang hebat tapi caranya memanfaatkan peluang itu sering kurang tepat karena menghalalkan segala cara," tambahnya.
(Fit/Abd)
Hal ini diungkapkan langsung oleh Psikolog yang juga pendiri Pusat Pendidikan & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar, Nunki Suwardi S.Psi saat berkunung ke kantor Redaksi Liputan6.com beberapa waktu lalu. Ia mengungkapkan, salah seorang relawan yang membantu korban bencana banjir cukup terkaget dengan perilaku para korban banjir.
"Zaman sekarang, yang salah malah bisa lebih marah. Kita mau menyebrang saja susah, nggak ada yang mau ngalah dan kalau kita tegur dia marah. Ada juga yang senang bila kebanjiran karena bisa dapat makan dan pakaian gratis," kata Nunki, seperti ditulis Kamis (6/2/2014).
Nungki menerangkan, orang-orang seperti ini memang banyak beberapa tahun terakhir akibat dari hilangnya norma dan pelajaran agama yang diajarkan sejak kita masih kecil.
"Bayangkan, ketika relawan disiapkan makanan, pengungsi yang merasa dirinya korban banjir hampir semuanya nggak ngapa-ngapain. Sekedar leye-leye dan tidur saja. Mereka berpikir kalau mereka perlu dibantu sementara bila makanan kurang dan mereka belum dapat, mereka ngomel," jelas Nunki.
Pergeseran perilaku yang dulu dikenal Nunki sebagai masyarakat Indonesia yang tolong menolong bahkan sudah lama luntur atau bisa dibilang telah hilang.
"Perubahan sikap ini harus ada proses pembelajaran. Sayangnya, sekarang pikiran orang banyak yang terbalik, siapapun bisa berpeluang jadi orang hebat tapi caranya memanfaatkan peluang itu sering kurang tepat karena menghalalkan segala cara," tambahnya.
(Fit/Abd)