Masih banyaknya anggapan negatif seputar skizofrenia. Ketua Umum KPSI (Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia), Bagus Utomo menegaskan bahwa ODS (Orang Dengan Skizofrenia) bukanlah orang gila.
"Nggak ada orang gila di dunia ini. Kalau adapun, saya akan bilang kalau koruptor lah orang gila. Skizofrenia ini adalah masalah kejiwaan yang bisa pulih. Jadi kita butuh simpati daripada cemoohan," tegas Bagus saat acara Kampanye Kesadaran Publik 'Lighting the Hope for Schizophrenia' di Plaza Senayan, ditulis Minggu (16/2/2014).
Bagus menerangkan, ODS jika dikelola dengan baik akan bisa pulih semaksimal mungkin jadi ia berharap mitos gangguan jiwa yang tidak bisa pulih, lama-lama bida terkikis sehingga tidak ada lagi self stigma pada ODS.
"Self stigma itu adalah perasaan yang dialami ODS ketika ia merasa dirinya gila. Ia bisa shock dan bilang 'oh saya gila'. Kalau sudah begini akan sulit baginya untuk semuh. Itu yg susah banget dan juga menjadi penghalang untuk recovery," kata Bagus.
Maka itu, Bagus mengatakan, bila ada anggota keluarga yang mengalami gejala skizofrenia, tidak perlu takut untuk membawanya ke dokter.
"Nggak perlu takut ke pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas, dokter, psikiater atau psikolog. Ini bagian proses mencari kesembuhan positif. Kalau masih ragu boleh diskusi dengan tokoh agama atau tokoh masyarakat, kalau masih ragu juga bisa menghubungi atau mendatangi komunitas kami untuk mendapatkan support sesama penderita," jelas Bagus.
Seperti diketahui, skizofrenia merupakan penyakit jiwa terberat dan kronis sehingga timbul halusinasi, delusi, pikiran yang tidak jelas dan tingkah laku atau bicaranya yang tidak wajar.
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada remaja atau dewasa muda. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa menyerang seseorang dengan usia di atas 40 tahun.
Sejauh ini, para peneliti belum menemukan penyebab pasti skizofrenia. Tapi ahli kesehatan sering menghubungkan penyakit ini dengan faktor genetis, kondisi pra kelahiran, cedera otak, trauma, tekanan sosial, dan stres. Pemakaian narkotika dan obat-obatan psikotropika juga disebut menjadi faktor pemicu skizofrenia.
Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa data Riskesdas 2013 menunjukkan tingkat pemasungan pada ODS (Orang Dengan Skizofrenia) begitu tinggi mencapai 14,3 persen. Ini berarti dari 100 ODS, ada 14-15 orang diantaranya yang pernah dipasung atau ditelantarkan keluarga.
(Fit/Igw)
"Nggak ada orang gila di dunia ini. Kalau adapun, saya akan bilang kalau koruptor lah orang gila. Skizofrenia ini adalah masalah kejiwaan yang bisa pulih. Jadi kita butuh simpati daripada cemoohan," tegas Bagus saat acara Kampanye Kesadaran Publik 'Lighting the Hope for Schizophrenia' di Plaza Senayan, ditulis Minggu (16/2/2014).
Bagus menerangkan, ODS jika dikelola dengan baik akan bisa pulih semaksimal mungkin jadi ia berharap mitos gangguan jiwa yang tidak bisa pulih, lama-lama bida terkikis sehingga tidak ada lagi self stigma pada ODS.
"Self stigma itu adalah perasaan yang dialami ODS ketika ia merasa dirinya gila. Ia bisa shock dan bilang 'oh saya gila'. Kalau sudah begini akan sulit baginya untuk semuh. Itu yg susah banget dan juga menjadi penghalang untuk recovery," kata Bagus.
Maka itu, Bagus mengatakan, bila ada anggota keluarga yang mengalami gejala skizofrenia, tidak perlu takut untuk membawanya ke dokter.
"Nggak perlu takut ke pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas, dokter, psikiater atau psikolog. Ini bagian proses mencari kesembuhan positif. Kalau masih ragu boleh diskusi dengan tokoh agama atau tokoh masyarakat, kalau masih ragu juga bisa menghubungi atau mendatangi komunitas kami untuk mendapatkan support sesama penderita," jelas Bagus.
Seperti diketahui, skizofrenia merupakan penyakit jiwa terberat dan kronis sehingga timbul halusinasi, delusi, pikiran yang tidak jelas dan tingkah laku atau bicaranya yang tidak wajar.
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada remaja atau dewasa muda. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa menyerang seseorang dengan usia di atas 40 tahun.
Sejauh ini, para peneliti belum menemukan penyebab pasti skizofrenia. Tapi ahli kesehatan sering menghubungkan penyakit ini dengan faktor genetis, kondisi pra kelahiran, cedera otak, trauma, tekanan sosial, dan stres. Pemakaian narkotika dan obat-obatan psikotropika juga disebut menjadi faktor pemicu skizofrenia.
Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa data Riskesdas 2013 menunjukkan tingkat pemasungan pada ODS (Orang Dengan Skizofrenia) begitu tinggi mencapai 14,3 persen. Ini berarti dari 100 ODS, ada 14-15 orang diantaranya yang pernah dipasung atau ditelantarkan keluarga.
(Fit/Igw)