Pemeriksaan secara rutin (skrining/pap smear) dianjurkan kepada seluruh wanita agar terhindar dari kanker leher rahim (serviks). Namun sayang, bukan berarti dengan rutin pap smear, seorang wanita akan benar-benar terhindar dari kanker tersebut. Lho, kok bisa?
Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), dr. Nurdadi Saleh, SpOG, pada prinsipnya pap smear bukan untuk mencegah, tapi untuk mendeteksi.
Jika sudah rutin pap smear tapi wanita itu masih terkena kanker serviks, tandanya sudah ada di virus di dalamnya.
Penjelasan ini disampaikan dr. Nurdadi dalam acara 'Seminar Awam Kanker Leher Rahim Bersama Soho Global Health' di Gedung Nyi Ageng Serang, Kuningan, Jakarta, ditulis Minggu (16/2/2014)
"Ini sangat dianjurkan untuk wanita yang sudah menikah, minimal tiga tahun. Dengan kata lain, dia sudah aktif secara seksual. Dengan melakukan pap smear, dapat diketahui kemungkinan dia terkena kanker seviks atau tidak," kata dr. Nurdadi.
dr. Nurdadi menjelaskan andai terjadi reaksi pra-kanker pada wanita yang melakukan itu, maka masih dapat ditangani sedari awal. Dengan begitu, kemungkinan untuk sembuhnya akan lebih besar. "Efeknya akan berbeda kalau tidak pernah melakukan pap smear sama sekali," kata dia.
Dalam kesempatan itu dr. Nurdadi menjelaskan bahwa wanita yang sudah pernah melakukan vaksinasi HPV (Human Papillomavirus), bukan berarti bebas untuk tidak melakukan pap smear. Sebab, ada bagian lain seperti indung telur dan ovarium yang berisiko terjadinya kanker.
HPV, terang Nurdadi, merupakan virus yang menginfeksi area kulit dan organ kelamin. Fakta membutikan, hampir 100 persen kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV, dan ini mayoritas ditularkan melalui hubungan seksual.
(Adt/Igw)
Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), dr. Nurdadi Saleh, SpOG, pada prinsipnya pap smear bukan untuk mencegah, tapi untuk mendeteksi.
Jika sudah rutin pap smear tapi wanita itu masih terkena kanker serviks, tandanya sudah ada di virus di dalamnya.
Penjelasan ini disampaikan dr. Nurdadi dalam acara 'Seminar Awam Kanker Leher Rahim Bersama Soho Global Health' di Gedung Nyi Ageng Serang, Kuningan, Jakarta, ditulis Minggu (16/2/2014)
"Ini sangat dianjurkan untuk wanita yang sudah menikah, minimal tiga tahun. Dengan kata lain, dia sudah aktif secara seksual. Dengan melakukan pap smear, dapat diketahui kemungkinan dia terkena kanker seviks atau tidak," kata dr. Nurdadi.
dr. Nurdadi menjelaskan andai terjadi reaksi pra-kanker pada wanita yang melakukan itu, maka masih dapat ditangani sedari awal. Dengan begitu, kemungkinan untuk sembuhnya akan lebih besar. "Efeknya akan berbeda kalau tidak pernah melakukan pap smear sama sekali," kata dia.
Dalam kesempatan itu dr. Nurdadi menjelaskan bahwa wanita yang sudah pernah melakukan vaksinasi HPV (Human Papillomavirus), bukan berarti bebas untuk tidak melakukan pap smear. Sebab, ada bagian lain seperti indung telur dan ovarium yang berisiko terjadinya kanker.
HPV, terang Nurdadi, merupakan virus yang menginfeksi area kulit dan organ kelamin. Fakta membutikan, hampir 100 persen kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV, dan ini mayoritas ditularkan melalui hubungan seksual.
(Adt/Igw)