Setelah valentine lalu One Billion Rising (OBR) Jakarta mengadakan kampanye dan aksi peduli korban erupsi gunung Kelud di Monas. Kini giliran OBR Daerah Istimewa Yogyakarta menyerukan `bangkit dalam situasi darurat`.
Abu vulkanik hasil dari erupsi Gunung Kelud berdampak luar biasa, tidak hanya di Jawa Timur, orang Yogjakarta juga merasakan hal ini. Menanggapi hal tersebut, OBR Yogya menyerukan bangkit melawan kekerasan seksual dan meningkatkan solidaritas untuk bencana di Indonesia ditulis Senin (17/2/2014).
Walau sempat terancam ditunda akibat tebalnya abu vulkanik mencapai 2 sentimeter, namun aksi tetap dilakukan. Seperti dikutip dari rilis yang diterima Liputan6.com, para relawan OBR tetap berkumpul, penuh kesadaran dan berani mengambil risiko menembus jalanan yang tertutup abu dan jarak pandang yang terbatas.
Acara yang tadinya digelar di Malioboro, akhirnya dipindahkan ke Taman Budaya Yogyakarta. Sekitar 65 relawan berkumpul dan saling menyapa satu sama lain, bertukar kabar untuk memastikan semua baik.
Awalnya OBR tidak ada niat untuk melakukan tarian 'Break The Chain' utuh dan berulang. Tapi tarian ini pun dilakukan karena semangat dari para riser atau relawan dan ditutup dengan lingkaran solidaritas untuk perempuan di kondisi bencana khususnya korban di Gunung Kelud.
Di dalam lingkaran, semua riser OBR Yogya menyuarakan solidaritas dan tuntutan agar tidak ada lagi kekerasan terhadap perempuan, anak, dan disabilitas termasuk dalam situasi bencana.
Mnenurut OBR Jogja pengalaman bencana selalu mencatat perempuan, anak dan disabilitas terus menerus menjadi kelompok yang marginal. Kelompok rentan karena kebutuhannya yang khusus tidak pernah diperhatikan, terlebih dalam situasi bencana.
"Kami tetap menari, dan kami bersolidaritas di antara tebal debu yang menyelimuti Jogja, tetap bangkit dan akan terus melawan!. Tarian kami adalah semangat yang ingin kami tularkan agar kita semua bangkit. Kami One Billion Rising Jogja telah menunjukkan, dalam situasi apapun, kami akan tetap bangkit untuk melawan kekerasan terhadap perempuan, anak dan disabilitas," tulis OBR Jogja dalam rilis.
(Mia/Abd)
Abu vulkanik hasil dari erupsi Gunung Kelud berdampak luar biasa, tidak hanya di Jawa Timur, orang Yogjakarta juga merasakan hal ini. Menanggapi hal tersebut, OBR Yogya menyerukan bangkit melawan kekerasan seksual dan meningkatkan solidaritas untuk bencana di Indonesia ditulis Senin (17/2/2014).
Walau sempat terancam ditunda akibat tebalnya abu vulkanik mencapai 2 sentimeter, namun aksi tetap dilakukan. Seperti dikutip dari rilis yang diterima Liputan6.com, para relawan OBR tetap berkumpul, penuh kesadaran dan berani mengambil risiko menembus jalanan yang tertutup abu dan jarak pandang yang terbatas.
Acara yang tadinya digelar di Malioboro, akhirnya dipindahkan ke Taman Budaya Yogyakarta. Sekitar 65 relawan berkumpul dan saling menyapa satu sama lain, bertukar kabar untuk memastikan semua baik.
Awalnya OBR tidak ada niat untuk melakukan tarian 'Break The Chain' utuh dan berulang. Tapi tarian ini pun dilakukan karena semangat dari para riser atau relawan dan ditutup dengan lingkaran solidaritas untuk perempuan di kondisi bencana khususnya korban di Gunung Kelud.
Di dalam lingkaran, semua riser OBR Yogya menyuarakan solidaritas dan tuntutan agar tidak ada lagi kekerasan terhadap perempuan, anak, dan disabilitas termasuk dalam situasi bencana.
Mnenurut OBR Jogja pengalaman bencana selalu mencatat perempuan, anak dan disabilitas terus menerus menjadi kelompok yang marginal. Kelompok rentan karena kebutuhannya yang khusus tidak pernah diperhatikan, terlebih dalam situasi bencana.
"Kami tetap menari, dan kami bersolidaritas di antara tebal debu yang menyelimuti Jogja, tetap bangkit dan akan terus melawan!. Tarian kami adalah semangat yang ingin kami tularkan agar kita semua bangkit. Kami One Billion Rising Jogja telah menunjukkan, dalam situasi apapun, kami akan tetap bangkit untuk melawan kekerasan terhadap perempuan, anak dan disabilitas," tulis OBR Jogja dalam rilis.
(Mia/Abd)