Meski target MDGs (Millennium Development Goals) akan berakhir pada 2015, ternyata masih banyak persoalan yang masih belum bisa dituntaskan oleh pemerintah. Salah satunya adalah masalah sanitasi air bersih.
Seperti disampaikan Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs, Prof.Dr.dr.Nila Moeloek, SpM (K) bahwa masalah akses air bersih dan sanitasi dasar termasuk dalam tiga target tujuan pembangunan millenium yang masih memerlukan kerja keras untuk dicapai pada 2015.
"Persoalan air bersih menghadapi sejumlah tantangan seperti pesatnya pertumbuhan populasi, adanya kesenjangan antara desa, kota dan antar propinsi, ditambah pola perilaku manusia yang merusak lingkungan," kata Nila saat diskusi pembangunan MDGs di kampus Unika Atma Jaya, Jakarta, Senin (17/2/2014).
Nila menilai, buruknya sanitasi akan menimbulkan permasalahan kesehatan mendasar yang pada akhirnya akan memengaruhi kesejahteraan masyarakat.
"Meski demikian, kami tetap optimis untuk mengupayakan kemitraan yang sinergis, strategis dan out of the box untuk mengedukasi masyarakat, merehabilitasi atau membangun infrastruktur dan mewujudkan ketersediaan air bersih melalui teknologi tepat guna," jelasnya.
Untuk itu, Nila menyampaikan pentingnya keterlibatan kaum muda dalam dinamika pembangunan Indonesia. Salah satu hal yang dibutuhkan dari para pemuda pemudi ialah eksplorasi gagasan kreatif dalam membantu memecahkan persoalan air bersih dan sanitasi.
"Pemuda harus menjadi partisipan pembangunan bukan hanya sekedar objek pembangunan. Berdasarkan sensus penduduk 2010, terdapat lebih dari 63 juta pemuda di Indonesia atau sebanyak 26 persen dari total populasi sejumlah 238 juta yang berada di kelompok usia produktif dan selalu terpapar teknologi masa kini," ungkapnya.
(Fit/Mel)
Seperti disampaikan Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs, Prof.Dr.dr.Nila Moeloek, SpM (K) bahwa masalah akses air bersih dan sanitasi dasar termasuk dalam tiga target tujuan pembangunan millenium yang masih memerlukan kerja keras untuk dicapai pada 2015.
"Persoalan air bersih menghadapi sejumlah tantangan seperti pesatnya pertumbuhan populasi, adanya kesenjangan antara desa, kota dan antar propinsi, ditambah pola perilaku manusia yang merusak lingkungan," kata Nila saat diskusi pembangunan MDGs di kampus Unika Atma Jaya, Jakarta, Senin (17/2/2014).
Nila menilai, buruknya sanitasi akan menimbulkan permasalahan kesehatan mendasar yang pada akhirnya akan memengaruhi kesejahteraan masyarakat.
"Meski demikian, kami tetap optimis untuk mengupayakan kemitraan yang sinergis, strategis dan out of the box untuk mengedukasi masyarakat, merehabilitasi atau membangun infrastruktur dan mewujudkan ketersediaan air bersih melalui teknologi tepat guna," jelasnya.
Untuk itu, Nila menyampaikan pentingnya keterlibatan kaum muda dalam dinamika pembangunan Indonesia. Salah satu hal yang dibutuhkan dari para pemuda pemudi ialah eksplorasi gagasan kreatif dalam membantu memecahkan persoalan air bersih dan sanitasi.
"Pemuda harus menjadi partisipan pembangunan bukan hanya sekedar objek pembangunan. Berdasarkan sensus penduduk 2010, terdapat lebih dari 63 juta pemuda di Indonesia atau sebanyak 26 persen dari total populasi sejumlah 238 juta yang berada di kelompok usia produktif dan selalu terpapar teknologi masa kini," ungkapnya.
(Fit/Mel)