Saking bahayanya debu vulkanik yang bisa masuk ke saluran napas bawah dan paru-paru hingga menyebabkan kerusakan paru-paru, radang paru dan gagal napas, warga yang terkena dampak abu vulkanik disarankan mengganti masker tiap 4 jam sekali.
Seperti disampaikan oleh pulmonologist, dr. Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD,KP bahwa masker yang kebanyakan digunakan oleh masyarakat itu masker operasi (surgery mask) yang sifatnya mudah basah karena napas kita.
"Masker itu seperti kapas yang dilapis dua. Sementara napas kita yang mengandung H2O, akan cepat membuat pori-pori masker terbuka. Bila pori-pori masker terbuka, maka debu akan mudah masuk. Untuk itu estimasi waktunya 4 jam," jelas Ceva saat ditemui dalam temu media bahas penanggulangan bencana di kantor pusat PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Jakarta, Selasa (18/2/2014).
Ceva menerangkan, memang sebaiknya menggunakan masker jenis N95 yang lebih efektif mencegah masuknya debu vulkanik ke paru-paru. Namun selain susah didapat, harganya juga cukup mahal dibanding masker biasa.
"Masker N95 itu efektif, bahannya styrofoam dan bisa mencegah debu masuk. Sayangnya, harganya 10 kali lipat dan masyarakat sering tidak nyaman karena rapatnya masker hingga membuat pengap. Tapi dibanding surgery mask, masker N95 ini paling efektif dan bisa tahan 2 hari dalam mencegah abu masuk ke paru-paru," jelasnya.
Selain itu, Ceva menjelaskan, partikel debu vulkanik bukan hanya membahayakan saluran pernapasan. Tapi juga dapat mengiritasi mata, kulit serta saluran pencernaan.
(Fit/Abd)
Seperti disampaikan oleh pulmonologist, dr. Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD,KP bahwa masker yang kebanyakan digunakan oleh masyarakat itu masker operasi (surgery mask) yang sifatnya mudah basah karena napas kita.
"Masker itu seperti kapas yang dilapis dua. Sementara napas kita yang mengandung H2O, akan cepat membuat pori-pori masker terbuka. Bila pori-pori masker terbuka, maka debu akan mudah masuk. Untuk itu estimasi waktunya 4 jam," jelas Ceva saat ditemui dalam temu media bahas penanggulangan bencana di kantor pusat PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Jakarta, Selasa (18/2/2014).
Ceva menerangkan, memang sebaiknya menggunakan masker jenis N95 yang lebih efektif mencegah masuknya debu vulkanik ke paru-paru. Namun selain susah didapat, harganya juga cukup mahal dibanding masker biasa.
"Masker N95 itu efektif, bahannya styrofoam dan bisa mencegah debu masuk. Sayangnya, harganya 10 kali lipat dan masyarakat sering tidak nyaman karena rapatnya masker hingga membuat pengap. Tapi dibanding surgery mask, masker N95 ini paling efektif dan bisa tahan 2 hari dalam mencegah abu masuk ke paru-paru," jelasnya.
Selain itu, Ceva menjelaskan, partikel debu vulkanik bukan hanya membahayakan saluran pernapasan. Tapi juga dapat mengiritasi mata, kulit serta saluran pencernaan.
(Fit/Abd)