Siapa yang tidak menyukai permen? makanan beraneka warna dengan rasa manis ini sepertinya dicintai banyak orang di segala usia. Namun para orangtua terkadang membatasi anaknya untuk mengonsumsi terlalu banyak karena dapat merusak gigi.
Tapi tidak dengan balita tiga tahun ini, permen bukanlah kudapan isengnya melainkan menjadi makanan utamanya. Finley Ranson, balita tiga tahun ini mengidap alergi langka yang membuatnya tidak dapat mengonsumsi makanan normal.
Finley hanya bisa memakan satu jenis makanan yaitu permen Foxs Glacier. Seperti dikutip Mirror, Minggu (23/2/2014) tubuh balita ini menolak semua benda asing yang masuk ke dalam. Penolakan tersebut ditandai dengan pendarahan internal, bocah pemberani ini bertahan hidup dengan menggunakan tabung makanan khusus yang langsung mengantarkan nutrisi ke bagian perutnya.
Sang ibu, Rhys (27) mengatakan Finley memang tidak dapat mengonsumsi apapun selain permen itu. "Finley menghabiskan 10 permen setiap harinya, saat acara spesial seperti natal pun dirinya hanya makan es yang telah dihancurkan dan permen kesukaannya itu," kata Rhys.
Selain permen, Rhys mengatakan Finley hanya bisa mengonsumsi es batu yang dihancurkan dan itu membuatnya senang. Finley mengidap Enterocolitis Eosinofilik yakni kondisi yang menyebabkan usus kecil dan besar mengalami pendarahan internal bila dimasukan makanan.
Para ahli belum mengetahui kondisi ini dan alasan Finley hanya bisa mengonsumsi permen itu. Bocah asal Battlesbridge ini telah menjalani serangkaian tes genetik.
Rhy mengatakan hal ini juga pernah dialami sang kakak, Georgia namun tidak separah Finley. "Tidak lebih sama seperti kakaknya. Namun tidak ada satupun tanda-tanda penyakit ini sebelum saya memiliki anak. Kakaknya memang memiliki alergi makanan tetapi kondisinya lebih ringan. Sebagai seorang ibu saya sering menyalahkan diri saya apa yang salah, apa gen saya yang membuat mereka seperti itu," kata Rhys.
Kasus yang dialami Finley mendapat perhatian dari perusahaan permen Fox, "Kami senang permen fox glacier dapat membantu membuat dirinya menjadi nyaman dengan kondisinya sekarang. Dia anak yang sangat bersemangat dan saya prihatin," kata Ross Stanley. (Mia/Igw)
Tapi tidak dengan balita tiga tahun ini, permen bukanlah kudapan isengnya melainkan menjadi makanan utamanya. Finley Ranson, balita tiga tahun ini mengidap alergi langka yang membuatnya tidak dapat mengonsumsi makanan normal.
Finley hanya bisa memakan satu jenis makanan yaitu permen Foxs Glacier. Seperti dikutip Mirror, Minggu (23/2/2014) tubuh balita ini menolak semua benda asing yang masuk ke dalam. Penolakan tersebut ditandai dengan pendarahan internal, bocah pemberani ini bertahan hidup dengan menggunakan tabung makanan khusus yang langsung mengantarkan nutrisi ke bagian perutnya.
Sang ibu, Rhys (27) mengatakan Finley memang tidak dapat mengonsumsi apapun selain permen itu. "Finley menghabiskan 10 permen setiap harinya, saat acara spesial seperti natal pun dirinya hanya makan es yang telah dihancurkan dan permen kesukaannya itu," kata Rhys.
Selain permen, Rhys mengatakan Finley hanya bisa mengonsumsi es batu yang dihancurkan dan itu membuatnya senang. Finley mengidap Enterocolitis Eosinofilik yakni kondisi yang menyebabkan usus kecil dan besar mengalami pendarahan internal bila dimasukan makanan.
Para ahli belum mengetahui kondisi ini dan alasan Finley hanya bisa mengonsumsi permen itu. Bocah asal Battlesbridge ini telah menjalani serangkaian tes genetik.
Rhy mengatakan hal ini juga pernah dialami sang kakak, Georgia namun tidak separah Finley. "Tidak lebih sama seperti kakaknya. Namun tidak ada satupun tanda-tanda penyakit ini sebelum saya memiliki anak. Kakaknya memang memiliki alergi makanan tetapi kondisinya lebih ringan. Sebagai seorang ibu saya sering menyalahkan diri saya apa yang salah, apa gen saya yang membuat mereka seperti itu," kata Rhys.
Kasus yang dialami Finley mendapat perhatian dari perusahaan permen Fox, "Kami senang permen fox glacier dapat membantu membuat dirinya menjadi nyaman dengan kondisinya sekarang. Dia anak yang sangat bersemangat dan saya prihatin," kata Ross Stanley. (Mia/Igw)