Sukses

Cara Unik Mendidik Anak ala Jepang, Bisa Bantu Bentuk Karakter

Pada ruangan kelas TK di Jepang tidak ditemukan adanya peralatan modern dan mainan kelas atas, sangat kontras dengan kemajuan teknologi Jepang.

Liputan6.com, Jakarta Banyak yang mengatakan bahwa anak adalah masa depan negara. Dimana masa depan itu tergantung pada cara mendidik anak pada masa pertumbuhannya. Mulai dari TK, anak telah dituntun untuk fokus dalam mengembangkan kemampuannya.

Orang Jepang dikenal memiliki kedisiplinan yang tinggi dan tata krama yang baik. Kebiasaan tersebut tentu tidak terbentuk secara instan. Melainkan melalui cara mendidik anak yang secara khusus diterapkan sejak usia dini.

Contohnya, pada ruangan kelas TK di Jepang tidak ditemukan adanya peralatan modern dan mainan kelas atas, sangat kontras dengan kemajuan teknologi Jepang. Hal itu karena kebijakan para pendidik Jepang yang berorientasi pada filosofi pendidikan yang berpusat kepada anak.

Ada banyak yang bisa kamu ambil dan contoh dari cara mendidik anak di Jepang. Berikut hal unik dalam mendidik anak di Jepang yang bisa kamu contoh yang telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (27/3/2019).

2 dari 3 halaman

Cara Unik Mendidik Anak di Jepang

1. Menyiapkan Berbagai Ukuran Tas

Hari pertama masuk sekolah, taman kanak-kanak meminta orangtua untuk menyiapkan tas berukuran besar dan kecil untuk dibawa sang anak ke sekolah. Tas tersebut berupa tas sekolah, tas peralatan makan, tas pakaian, tas sepatu, dan lain sebagainya. Setelah lulus dari TK, para ibu menyadari bahwa anak-anaknya bisa mengatur hal dengan baik. Mungkin itu juga alasan kenapa orang Jepang dapat mengklasifikasikan pembagian sampah dengan baik.

2. Orang Tua Tidak Pernah Membawakan Barang Anak Saat Ke Sekolah

Saat menjemput anak, orangtua Jepang, entah itu ayah, ibu, kakek, maupun nenek tidak membantu anak membawa tas mereka. Masing-masing anak dibiasakan untuk membawa barang mereka sendiri, bahkan saat hujan sekalipun. Hal ini bertujuan agar anak memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, bukan karena orangtua mereka tidak sayang.

3. Ganti Baju Sendiri

Di Jepang rata-rata anak berusia 3-4 tahun sudah diajari untuk berpakaian sendiri. Orangtua akan memberikan contoh yang benar dalam berpakaian, dan sang anak akan dibiarkan untuk melakukannya sendiri, tanpa bantuan orangtua. Sebuah taman kanak-kanak mempraktikkan cara ini untuk melatih anak hidup mandiri.

Setiap hari anak berganti pakaian, meletakkannya ke dalam tas, menempelkan stiker namanya, dan menggantungnya di tempat yang telah disediakan. Pelatihan yang dilakukan sejak dini ini memungkinkan anak untuk menjadi orang yang teratur saat dewasa nanti.

3 dari 3 halaman

Bisa Bentuk Karakter Anak

1. Tidak Ada Pertandingan Individu dalam Perlombaan Olahraga

Anak-anak yang masuk ke TK, juga dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam perlombaan olahraga, dimana semua jenis pertandingan adalah pertandingan antar tim. Dengan begitu, anak akan terlatih untuk bekerja sama dan berkoordinasi dalam mencapai kesuksesan.

2. Belajar dan Bermain Bersama

Sebelum jam 9:30 pagi dan setelah jam 3:30 sore, seluruh anak akan bermain bersama di halaman. Pada saat itu, perasaan kekeluargaan akan semakin jelas. Dan juga merupakan kesempatan bagi anak untuk bergaul dengan orang lain, tidak hanya dengan anak seusianya.

3. Mementingkan pendidikan "makan"

Mungkin hal ini terdengar tak lazim oleh masyarakat Indonesia, namun ternyata di Jepang pendidikan tentang makan ini cukup diperhatikan. Anak-anak tidak hanya diajari cara makan yang benar, tapi juga diajari untuk selalu bersyukur atas makanan yang ada.  Bahkan diajari hubungan makanan dengan lingkungan. Mereka dibiasakan tidak akan menyia-nyiakan makanan walaupun hanya tinggal sedikit.

Sebelum makan, orang Jepang akan berkata "mari makan". Setelah makan, mereka akan mengatakan "terima kasih atas makanan yang diberikan". Kebiasaan seperti itu menumbuhkan rasa bersyukur seorang anak terhadap makanan yang ada.

4. Kebiasaan buang air besar

Di taman kanak-kanak Jepang, ada yang namanya "pelajaran buang air besar", dimana guru berpenampilan seakan ia ingin BAB dan menjelaskan hubungan BAB dengan kesehatan manusia. Bahkan, anak juga diajarkan menggunakan tanah liat untuk membuat bentuk tinja.

Hal ini bertujuan agar anak mengerti tentang jenis tinja mana yang sehat dan mana yang tidak sehat, apa yang perlu diperhatikan dalam makanan, dan sebagainya. Pelatihan penggunaan toilet juga dilakukan sejak anak berusia 1,5 tahun. Di toilet khusus anak-anak, akan diajarkan cara penggunaan toilet, pembilasan, dan membersihkan tubuh dengan baik.

Video Terkini