Liputan6.com, Jakarta Gelaran MotoGP 2019, Senin (1/4/2019) akan diselenggarakan di Sirkuit Autódromo Termas de RÃo Hondo, Argentina. Seperti diketahui sebelumnya, pembalap Repsol Honda, Marc Marquez, tampil cemerlang pada sesi latihan bebas ketiga (free practice 3/FP3) MotoGP Argentina 2019.
Baca Juga
Advertisement
Â
Kejuaraan dunia MotoGP atau kerap disebut sebagai MotoGP adalah kelas utama dari seri balapan Grand Prix Sepeda Motor. MotoGP juga sering disebut dengan nama resminya FIM MotoGP Word Championship. Balapan sepeda motor kelas dunia ini memulai musim pertamanya pada tahun 1949 dan berpacu pertama kali di Sirkuit Assen di Belanda. Hingga sekarang MotoGP sudah berada di musim 2019 dan merupakan musim ke-71 dari Kejuaraan Dunia MotoGP.
Kejuaraan dunia MotoGP pada dasaranya adalah salah satu olahraga yang berhubungan dengan kecepatan tinggi. Resiko utama dari olahraga ini adalah adanya kecelakaan yang dapat menyebabkan cidera, bahkan dapat berujung maut bagi pembalapnya.
Berbagai penyebab dapat menjadi latar belakan terjadinya kecelakaan yang bisa menyelakai pembalap. Mulai dari kondiri sepeda motor, kondisi jalan atau sirkuit, kondisi cuaca seperti hujan, dan bahkan karena pembalap lain yang berada di satu sirkuit.
Meskipun para pembalap MotoGP sudah dibekali dengan skill yang profesional dan juga peralatan keamanan yang cukup canggih, pembalap masih bisa terluka bahkan berujung meninggal apabila mengalami kecelakaan yang parah.
Berikut ini Liputan6.com sudah merangkum beberapa kecelakaan yang terjadi di Kejuaraan dunia MotoGP yang membuat pembalap terluka parah bahkan meninggal dunia, Minggu (31/03/2019).
1. Marco Simoncelli
Marco Simoncelli adalah salah satu pembalap MotoGP yang berasal dari Italia dan cukup terkenal karena karakter balapannya yang cukup garang. Pria yang lahir pada 20 Januari 1987 ini merengggang nyawa di sirkuit International Sepang, Malaysia 23 Oktober 2011 pada MotoGP Malaysia 2011 lalu.
Marco Simoncelli kehilangan kendali motornya pada tikungan ke-11 lap kedua. Ia kemudian mengarah ke sisi kanan lintasan di mana pembalap Tech 3 Yamaha, Colin Edward berada tepat di belakangnya.
Tabrakan keras tidak terhindarkan, dan membuat ban depan milik Edward menghantam tubuh Simoncelli dan membuat keduanya terseret kebagian pasir di sisi kanan lintasan.
Valentino Rossi juga berada di belakang Colin Edward, namun untungnya dia dapat menghindar, meskipun terpaut sangat tipis sekali. Simoncelli dinyatakan meninggal dunia karena luka serius yang dideritanya.
Advertisement
2. Shoya Tomizawa
Shoya Tomizawa adalah pembalap MotoGP yang cukup dinantikan prestasinya oleh publik Jepang. Namun sayang, ia mengalami kecelakaan pada tahun 2010 di gelaran MotoGP Mizano, dan menghentikan langkahnya pada usia yang terbilang masih cukup muda yaitu 19 tahun. Kecelakaan Shoya Tomizawa juga melibatkan 3 pembalap lainnya yaitu, Shoya Tomizawa, Alex De Angelis, dan Scott Redding.
Pada awalnya Shoya Tomizawa tidak mampu mengendalikan motornya yang mengalami selip ban, dan akhirnya terjatuh. De Angelis dan Redding yang berada di belakangnya tidak sempat menghindar dan melindas tubuhnya. Tomizawa sempat mendapatkan pertolongan dari tim medis, namun sayang nyawanya tidak bisa tertolong lagi.
3. Dajiro Kato
Pembalap MotoGP yang mengalami kecelakaan di sirkuit selanjutnya adalah Dajiro Kato. Dajiro Kato juga merupakan pembalap MotoGP yang cukup dinantikan oleh warga Jepang.
Sebuah kecelakaan tunggal dialami Dajiro pada GP Jepang 2003 yang berlangsung di Sirkuit Suzuka. Kecelakaan tunggal ini terjadi ketika Dajiro tidak bisa mengontrol motornya dan menabrak dinding pembatas dengan keras.
Meskipun sebenarnya harapan hidupnya masih ada, namun Dajiro Kato akhirnya meninggal dan tidak dapat tertolong lagi. Kecelakaan ini juga menjadi pukulan yang cukup besar bagi warga Jepang, karena kecelakaan Dajiro Kato terjadi di tempat asalnya sendiri.
Itulah beberapa kecelakaan yang terjadi di ajang bergengsi Kejuaraan Dunia MotoGP. Musibah memang tidak bisa dihindarkan, meskipun seseorang sudah profesional dan menggunakan peralatan keamanan yang cukup tinggi, jika takdir sudah di depan mata, maka tidak bisa dielakkan lagi.
Advertisement