Sukses

Banyak Maunya, Ini Masalah Keuangan Generasi Milenial yang Jarang Disadari

Generasi ini dikenal dengan generasi instan yang suka segala sesuatu dengan cepat.

Liputan6.com, Jakarta Istilah generasi milenial memang sedang akrab terdengar akhir-akhir ini. Istilah tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya. Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini.

Para pakar menggolongkannya berdasarkan tahun awal dan akhir. Penggolongan generasi Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980 - 1990, atau pada awal 2000, dan seterusnya.

Generasi milenial dirasa memiliki banyak sekali perbedaan yang sangat signifikan dengan generasi sebelumnya dari segala aspek. Generasi ini dikenal dengan generasi instan yang suka segala sesuatu dengan cepat.

Ada beberapa masalah soal keuangan yang sering dialami oleh milenial. Mulai dari membuat anggaran, hitungan soal berapa banyak yang kamu habiskan, berapa banyak yang sebenarnya kamu dapatkan tiap bulannya, serta berapa banyak yang kamu tabung.

Berikut masalah keuangan yang sering dialami milenial seperti Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (1/4/2019).

2 dari 3 halaman

Masalah Keuangan yang Tak Disadari Milenial

1. Tidak Tahu Seberapa Banyak Uang yang Dimiliki

Langkah pertama mengatasi hal ini yang harus kamu lakukan adalah membuat list pengeluaran yang kamu sendiri mampu ikuti. Mula-mula, cari tahu sebenarnya seberapa besar gajimu di kantor. Kemudian, lihat kembali seberapa besar pengeluaranmu untuk sebulan.

Pastikan kamu membaginya dalam jumlah yang 'sehat', yaitu 50/30/20 yakni 50% untuk kebutuhan mendasar tiap bulan, 30% untuk bersenang, dan 20% sisanya untuk ditabung. Dengan begitu, kamu bisa memegang kontrol pada keadaan keuanganmu sendiri.

2.  Asuransi Kesehatan Hanya Menambah Pengeluaran

Berada dalam lindungan asuransi memang berarti kamu perlu menyisihkan uang untuk pengeluaran tambahan tiap bulannya. Sah-sah saja jika kamu kemudian memilih untuk tak punya asuransi karena tak ingin menambah pengeluaran. Namun jika sesuatu terjadi padamu, dan kamu tak punya asuransi, jangan menyesal.

Di sisi lain, asuransi kesehatan sebetulnya tidak semahal itu. Jika kamu terbebani dengan asuransi swasta yang harganya memang tidak murah, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang terhubung langsung dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

3 dari 3 halaman

Generasi Milenial Banyak Maunya

3. Selalu Merasa Keuangan Pas-pasan

Untuk mengubah keadaan keuanganmu, jalan keluarnya adalah dengan menabung. Bahkan 2% dari gajimu tetap lebih baik dibanding tidak punya sama sekali.

Generasi milenial selalu merasa keuangannya pas-pasan karena mereka cenderung banyak maunya dan jarang memikirkan hari tua. Lihat berbagai opsi yang ditawarkan di sekelilingmu. Seperti perusahaan tempat bekerja menawarkan tabungan dana pensiun? Ambil kesempatan emas tersebut.

4. Saldo Tabungan Selalu 0 Rupiah

Di awal bulan, uang di tabungan masih banyak karena memang baru gajian. Tapi beberapa hari kemudian, saldo di tabungan pun semakin menipis karena dipakai untuk membeli ini dan itu.

Kemudian belum pertengahan bulan saldo tabunganmu sudah nol rupiah karena uangnya sudah habis kamu pakai semua. Generasi milenial cenderung mudah sekali tergiyur dengan tren-tren dan menjadi konsumtif.

Tips Mengatasinya:

Kalau saldo tabunganmu selalu nol rupiah setiap bulan, mulailah untuk tegas mengelola uang. Sisihkan 10% dari uang gajimu untuk ditabung setiap bulan.

5. Work hard, travel harder

Tujuh dari sepuluh generasi milenial menganggap bahwa liburan bisa menstimulus ide-ide segar. Rata-rata anggaran liburan mereka berkisar antara Rp 2 juta hingga Rp 10 juta. Destinasinya beragam, bisa dalam ataupun luar negeri.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kebiasaan traveling, hanya saja perlu lebih perhitungan dalam mengatur anggarannya. Terkadang generasi milenial bekerja keras hanya untuk traveling ke suatu tempat yang mereka inginkan tanpa memikirkan hal-hal lain untuk masa depan mereka. Hal ini juga didukung tren-tren traveling yang sudah seperti kebutuhan pokok bagi tiap orang.