Liputan6.com, Jakarta Propaganda perang punya memiliki sejarah yang panjang. Catatan paling awal tentang propaganda perang terjadi pada masa Raja Persia Darius. Di era modern, salah satu propaganda perang paling efektif terjadi pada Perang Dunia Pertama ketika tentara Jerman dilaporkan memukuli bayi saat peristiwa yang dikenal dengan 'Pemerkosaan Belgia'.Â
Baca Juga
Penyebab perang Suriah juga tidak luput dari menjamurnya propaganda. Apalagi info-info yang beredar melalui jejaring sosial Facebook dan Twitter. Kedua pihak, pemerintahan Basyar al-Assad yang dibantu Rusia dan Iran, serta kelompok oposisi pemberontak didukung Amerika Serikat, juga terlibat.
Advertisement
Rezim Assad menyebut kaum pemberontak sebagai pendukung kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Sedangkan pemberontak menggambarkan pasukan Assad sebagai pemerkosa, pembunuh, monster.
Selain itu propaganda juga datang dari luar. Salah satu kesalahpahaman dalam konflik Suriah adalah isu sektarian. Propaganda itu menyatakan Assad yang berasal dari suku Alawite di Suriah didukung Syiah Iran dan dibantu Rusia (Kristen Ortodoks) serta minoritas Druze, Kristen memerangi ekstremis Sunni.Â
Berikut ini telah Liputan6.com, Kamis (11/4/2019) rangkum penyebab perang Suriah yang telah terjadi selama 8 tahun. Telah dirangkum dari berbagai sumber, ini penyebab perang Suriah yang perlu Anda ketahui.
Penjelasan Sedikit Tentang Suriah
Penduduk Suriah mayoritas adalah penganut Islam Sunni yakni 59,1 persen, kemudian 11,8 persen adalah suku Alawite lalu Kurdi 8,9 persen. Assad adalah keturunan suku Alawite, kelompok minoritas di Suriah. Dia naik ke tampuk kekuasaan dari golongan minoritas, menggantikan ayahnya Hafez Assad.
Menurut Dubes Djoko yang dikutip dari Merdeka.com, perang di Suriah tidak bisa dikomando hukum internasional karena begitu banyak faksi yang terlibat. Begitu pula yang dikatakan Menteri Penerangan Suriah Omran Ahed al-Zouabi di Damaskus.
Pemikiran Jais Islam mirip Al Qaidah dan Jabal Nusra adalah sempalan dari Al Qaidah. Para teroris kemudian datang dari negara lain lewat Turki. Dari Maroko, Tunisia, Somalia, Arab Saudi, Kuwait Qatar, Yaman, Afganistan, Kanada, Inggris, Amerika, China, dan sebagian dari Asia Tengah, Asia Tenggara.
Tercatat mereka berasal dari lebih 80 negara. Pasokan senjata masuk dari berbagai pintu. Dengan kata lain, ISIS teorinya diserang AS tapi di lapangan mereka dibantu.
Advertisement
Penyebab Perang Suriah
Pada 2011-2012 setelah Basyar al-Assad menolak proposal Turki untuk membangun pipa minyak dan gas alam antara Qatar dan Turki melalui Suriah, Turki beserta sekutunya menjadi 'arsitek utama dari konflik Suriah'. Proposal pipa gas itu jika diwujudkan maka akan memangkas pasokan gas dari Rusia ke Eropa yang selama ini didominasi oleh perusahaan gas Rusia Gazprom.
 Dengan kondisi itu Timur Tengah kian tercabik-cabik lantaran rencana pipa minyak dan gas yang kemudian dibenturkan dengan memperuncing perbedaan keyakinan atau agama. Situasi itu tentu dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang menginginkan pergantian rezim yang nantinya lebih bersedia membuka jalur pipa minyak dan gas kepada para penawar tertinggi yang berkepentingan.
Pada 2012, Amerika, Inggris Prancis, Qatar dan Arab Saudi bersama Turki mulai membentuk, mempersenjatai, dan mengongkosi kaum pemberontak dari Pasukan Pembebasan Suriah (FSA), sesuai dengan rencana lama Amerika yang ingin memecah belah Suriah.
Negara-negara itu kemudian sepakat untuk memecah belah Suriah lewat agama sebagai jala buat menggulingkan Presiden Assad. Di saat yang sama Suriah bersama Iran dan Irak justru membahas pembangunan jalur pipa migas yang rencananya akan dimulai antara 2014 dan 2016 dari ladang minyak Iran South Pars melalui Irak lalu ke Suriah.
Jika itu terwujud maka jalur pipa migas itu akan dengan mudah diperpanjang ke Libanon dan dengan demikian mencapai Eropa, sebagai target pasar. Dengan demikian persoalan akses migas inilah, bukan isu sektarian atau agama, yang menjadi akar penyebab konflik di Suriah.
Namun yang lebih terlihat di panggung internasional, konflik ini adalah perseteruan Sunni-Syiah. Mengapa? Karena jika seluruh dunia tahu, orang-orang tidak akan mendukung kaum pemberontak seperti yang dilakukan Amerika, Saudi, dan koalisinya selama ini.
Berbagai media asal Amerika dan Eropa membanjiri dunia dengan pemberitaan soal kekerasan dan penderitaan rakyat Suriah serta para pengungsi di Eropa dan konflik agama, namun berita-berita itu tidak menyoroti akar konflik yang sebenarnya yaitu kepentingan ekonomi dan politik.
Â