Liputan6.com, Jakarta Wisuda merupakan momen yang tentu saja sangat dinantikan bagi seluruh mahasiswa yang telah berhasil melalui semua syarat selama berkuliah. Momen wisuda mungkin menjadi momen yang wajib untuk diabadikan.
Baca Juga
Tak heran jika saat acara wisuda pasti dihadiri oleh orang tua, saudara dan teman-teman. Ucapan selamat dan buket bunga seolah menjadi hal yang kerap sekali dilihat saat acara wisuda. Berfoto bersama keluarga dan teman-teman akan mengingatkan seseorang akan momen yang bahagia.
Advertisement
Namun hal ini justru terjadi sebaliknya yang dialami oleh seorang mahasiswa di Filipina. Dilansir dari World of Buzz oleh Liputan6.com, Minggu (21/4/2019) seorang mahasiswa lulusan terbaik di La Concepcion College San Jose Del Monte Bulacan, Filipina justru bersedih hingga menangis.
Orang Tuanya Tak Hadir di Acara Wisudanya
Ia adalah Jeric R. Rivas yang merupakan lulusan Sarjana Ilmu Kriminologi. Kabarnya ia menangis yang membuat siapapun yang melihatnya turut bersedih. Orang tuanya tak hadir di acara wisudanya.
Jeric tak ternah dikunjungi oleh orang tuanya selama hidupnya. Orang tuanya tak pernah hadir di acara wisuda sejak ia kecil. Pada saat kelulusan universitas ini yang membuat Jeric sangat terpuruk.
Jeric adalah lulusan terbaik di jurusannya. Semua mahasiswa akan mengambil sertifikat dengan naik keatas panggung bersama orang tuanya dan berfoto bersama. Awalnya Jeric mencoba tegar saat melihat teman-temannya naik ke panggung bersama orang tua mereka.
Ketika namanya disebut, ia mulai berjalan dengan bangga. Namun sayangnya hingga sampai diatas panggung, tangisannya pecah. Ia tak sanggup menahan tangisannya.
“Ketika saya di sekolah dasar, saya menerima penghargaan tertinggi sebagai siswa terbaik tetapi orang tua saya tidak pernah datang. Mereka seharusnya naik ke atas panggung dan mengikat medali di leher saya, tetapi karena mereka tidak datang, saya menolak medali itu." tulisnya di akun Facebook dikutip dari World of Buzz.
Advertisement
Bekerja Serabutan Demi Lulus dari Kampus
Jeric awalnya tinggalo di Pulau Sibuyan, Romblon kemudian pindah ke tempat lain dan berkuliah di kampus bergengsi San Jose Del Monte, Bulacan. Memiliki nilai akademik yang baik dan brilian, ia harus bekerja serabutan untuk biaya kuliahnya. Dia pernah bekerja di sebuah pabrik di Quezon, menjadi kru layanan di gerai makanan cepat saji dan bahkan menjadi pembantu rumah tangga.
Saat ia sampai diatas panggung untuk menerima sertifikat sarjananya, para professor mendekatinya dan berdiri disampingnya saat di panggung serta menyerahkan sertifikat sarjananya.
“Ketika saya berjalan, salah satu profesor saya berdiri di panggung menunggu saya dan memeluk saya. Pada saat itu, beberapa kesedihanku menghilang tetapi aku masih menangis di depan semua orang. ” dikutip dari World of Buzz.
Ia tak lupa mengucapkan terimakasih kepada profesornya dan semua orang yang membantunya sepanjang berkuliah di kampus tersebut hingga menggapai sarjana.
Bagi orang tuanya, meskipun banyak penolakan dan sakit hati yang dia terima dari mereka, dia masih berterima kasih kepada orang tuanya dan berharap bahwa suatu hari nanti mereka akhirnya akan bangga padanya.
"Kepada orangtuaku, yang sampai hari ini tidak bisa menerimaku dalam hidup mereka, jika kamu membaca ini, ini aku sekarang dan aku harap aku membuatmu bangga ..." tambahnya.