Sukses

Doa Buka Puasa Ramadan yang Benar Menurut Hadis, Jangan Sampai Salah

Membaca doa buka puasa ramadan yang benar merupakan anjuran dalam puasa ramadan.

Liputan6.com, Jakarta Doa buka puasa ramadan yang benar perlu diketahui agar berpuasa makin mendapat berkah. Doa buka puasa ramadan yang benar biasa diaturkan saat waktu berbuka tiba. Membaca doa buka puasa ramadan yang benar merupakan anjuran dalam puasa ramadan.

Disertai dengan membaca basmallah sebelum minum dan makan, banyak orang biasanya akan membaca:

'Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rezekika afthortu', yang artinya 'Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka.'

Namun, beberapa waktu lalu muncul persoalan mengenai doa buka puasa ramadan yang sudah dikenal banyak orang ini. Doa berbuka puasa yang kerap tersebar dalam masayrakat itu, terbilang sebagai hadis dhaif atau hadis yang tidak memenuhi syarat sebagai hadis shahih. Dengan begitu doa buka puasa yang biasa diucapkan dianggap bukan sebagai doa buka puasa ramadan yang benar.

Nah, bagaimana sesungguhnya doa buka puasa ramadan yang benar dan sahih? Berikut ulasan mengenai doa buka puasa ramadan yang benar yang berhasil Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (7/5/2019).

2 dari 4 halaman

Doa buka puasa Ramadan yang umum di masyarakat

Doa buka puasa ramadan yang kerap diamalkan masyarakat, yaitu Allahumma lakasumtu wabika aamantu wa’alaa rizqika afthortu birohmatika yaa arhamar roohimiin

Artinya: “Ya Allah karenaMu aku berpuasa, denganMu aku beriman, kepadaMu aku berserah dan dengan rezekiMu aku berbuka (puasa), dengan rahmat Mu, wahai Allah Tuhan Maha Pengasih.

Doa ini bersumber dari riwayat Imam Bukhari dan Muslim sebagai keterangan Syekh M Khatib As-Syarbini berikut ini:

وأن يقول عقب فطره اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت لانه صلى الله عليه وسلم كان يقول ذلك رواه الشيخان

Artinya, “(Mereka yang berpuasa) dianjurkan setelah berbuka membaca, ‘Allâhumma laka shumtu, wa ‘alâ rizqika afthartu.’ Pasalnya, Rasulullah SAW mengucapkan doa ini yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,” (Lihat Syekh M Khatib As-Syarbini, Al-Iqna pada Hamisy Bujairimi alal Khatib, [Beirut, Darul Fikr: 2006 M/1426-1427 H], juz II, halaman 385).

Namun belakangan, menurut beberapa pihak, doa yang lazim dibaca masyarakat ini didukung oleh hadits yang dhaif. Hadis dhaif adalah hadis yang tidak memenuhi syarat sebagai hadis shahih dan bisa dikatakan hadis lemah.

3 dari 4 halaman

Doa buka puasa Ramadan yang dianggap sahih

Sejumlah pihak kemudian menawarkan alternatif lafal doa yang didukung hadits shahih riwayat Abu Dawud, yaitu

“Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘urûqu wa tsabatal ajru, insyâ Allah.”

artinya: "Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah (jika Allah menghendaki)."

Hadits lengkap riwayat Abu Dawud berbunyi sebagai berikut:

حدثنا عبد الله بن محمد بن يحيى أبو محمد حدثنا علي بن الحسن أخبرني الحسين بن واقد حدثنا مروان يعني ابن سالم المقفع قال رأيت ابن عمر يقبض على لحيته فيقطع ما زاد على الكف وقال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله

Artinya, “Kami mendapat riwayat dari Abdullah bin Muhammad bin Yahya, yaitu Abu Muhammad, kami mendapat riwayat dari Ali bin Hasan, kami mendapat riwayat dari Husein bin Waqid, kami mendapat riwayat dari Marwan, yaitu Bin Salim Al-Muqaffa‘, ia berkata bahwa aku melihat Ibnu Umar menggenggam jenggotnya, lalu memangkas sisanya. Ia berkata, Rasulullah bila berbuka puasa membaca, ‘Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘urûqu wa tsabatal ajru, insyâ Allah’,” (HR Abu Dawud)

4 dari 4 halaman

Doa buka puasa ramadan yang benar

Jika hendak dilihat tingkat kesahihannya antara dua doa ini, doa riwayat Bukhari dan Muslim jelas lebih shahih dibandingkan sekadar riwayat Abu Dawud berdasarkan kesepakatan ulama ahli hadits. Dari sini sudah jelas bahwa doa yang diamalkan masyarakat selama ini sudah benar dan didukung oleh hadis yang shahih dan kuat.

Selain itu beberapa ulama juga menyikapi doa riwayat Abu Dawud dengan bijak. Ulama dari Madzhab Syafi’i menggabungkan doa riwayat Imam Bukhari dan Muslim dengan doa riwayat Abu Dawud. Demikian disebutkan Sulaiman Bujairimi dalam Hasyiyatul Bujairimi berikut ini:

اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ( ويسن أن يزيد على ذلك وَبِكَ آمَنْتُ، وَبِكَ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ. ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شاءَ اللهُ. يا وَاسِعَ الفَضْلِ اِغْفِرْ لِي الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ، وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ.

Artinya, “(Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika afthartu) dianjurkan menambahkan lafal, wa bika âmantu, wa bika wa ‘alaika tawakkaltu. Dzahabaz zhama’u, wabtallatil ‘urûqu, wa tsabatal ajru, insyâ Allah. Yâ wâsi‘al fadhli, ighfir lî. Alhamdulillâhil ladzî hadânî fa shumtu, wa razaqanî fa afthartu,” (Lihat Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib, [Beirut, Darul Fikr: 2006 M/1426-1427 H], juz II, halaman 385).

Artinya, “Tuhanku, hanya untuk-Mu aku berpuasa. Dengan rezeki-Mu aku membatalkannya. Sebab dan kepada-Mu aku berpasrah. Dahaga telah pergi. Urat-urat telah basah. Dan insya Allah pahala sudah tetap.

Wahai Zat Yang Luas Karunia, ampuni aku. Segala puji bagi Tuhan yang memberi petunjuk padaku, lalu aku berpuasa. Dan segala puji Tuhan yang memberiku rezeki, lalu aku membatalkannya.”

Dari keterangan ini, dapat ditarik simpulan bahwa para ulama terdahulu sangat bijak dalam mengatasi perbedaan riwayat. Mereka menggabungkan dua riwayat yang berbeda tanpa menegasikan, menyalahkan, atau mengecilkan riwayat lain.

Gabungan dua riwayat ini kemudian disuguhkan kepada masyarakat yang kemudian diamalkan turun-temurun oleh mereka hingga kini. Jadi kedua doa tersebut merupakan doa buka puasa ramadan yang benar.

Video Terkini