Liputan6.com, Jakarta Ikan merupakan salah satu sumber protein dan mineral terbaik untuk tubuh. Ikan mengandung banyak nutrisi penting, termasuk protein berkualitas tinggi, yodium dan berbagai vitamin dan mineral. Jenis ikan berlemak juga tinggi asam lemak omega-3 dan vitamin D.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ikan terbesar. Beragam jenis ikan tersedia dan dapat dengan mudah ditemukan. Meski banyak dijual ikan segar di pasaran, ternyata masih ada pula orang yang menjual ikan berformalin.
Advertisement
Baca Juga
Karena kemampuan formalin dalam mengawetkan sesuatu begitu kuat, bahan kimia ini kerap disalahgunakan sebagai pengawet makanan. Ikan termasuk makanan yang sering diawetkan dengan formalin. Ikan berformalin inilah yang menyebabkan kerusakan organ tubuh hingga kematian.
Maka dari itu penting untuk mengetahui cara membedakan ikan segar dan ikan berformalin yang dijual di pasaran. Agar lebih waspada, berikut ciri ikan berformalin dan bahaya formalin yang berhasil Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin(27/5/2019).
Mengenal formalin
Dilansir dari laman resmi Badan POM, formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet.
Formalin dikenal luas sebgai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Sejauh ini, pemanfaatannya tidak dilarang namun setiap pekerja yang terlibat dalam pengangkutan dan pengolahan bahan ini harus ekstra hati-hati mengingat risiko yang berkaitan dengan bahan ini cukup besar.
Penggunaan formalin
- Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang, dan pakaian.
- Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
- Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak.
- Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas.
- Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
- Bahan untuk pembuatan produk parfum.
- Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
- Pencegah korosi untuk sumur minyak.
- Bahan untuk insulasi busa.
- Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
- Cairan pembalsam ( pengawet mayat ).
- Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pemcuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan pembersih karpet.
Advertisement
Cara Membedakan Ikan Segar dan Ikan Berformalin
Agar tak salah memilih ikan, ada baiknya jika mengetahui cara membedakan ikan segar dan ikan berformalin. Berikut cara membedakan ikan segar dan ikan berformalin, yang berhasil Liputan6.com rangkum dari Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan.
Mata
Ikan yang berformalin memiliki bola mata dan pupil yanh tenggelam, keruh, dan tampak lendir berwarna kuning tebal. Sementara pada ikan segar yang tidak berformalin mata terlihat menonjol, pupil berwarna hitam cerah mengkilat serta selaput mata jernih.
Insang
Ikan yang berformalin memiliki warna insang pucat, kusam agak keputihan. Namun,pada beberapa kasus ikan berformalin juga memiliki insang berwarna merah tua bukan merah segar. Sementara ikan segar tanpa formalin memiliki insang berwarna merah cerah dan segar.
Sayatan
Ikan berformalin memiliki sayatan daging yang pucat dan kusam. Ciri lainnya adalah sayatan antar jaringan longgar serta isi perut tidak utuh. Sementara pada ikan segar tanpa formalin ketika disayat memiliki warna daging cerah, sedikit kemerahan sepanjang tulang belakang, dan memiliki isi perut yang utuh.
Tekstur permukaan
Ikan berformalin memiliki warna pucat dan tekstur keras. Bila ikan ditekan dengan jari akan tercium bau asam dan ketika dipegang akan terasa keras, kaku dan tegang. Sementara ikan segar tanpa formalin memiliki warna cemerlang dan tekstur yang elastis. Bila ikan ditekan dengan jari akan mengeluarkan bau ikan yang khas dan spesfik sesuai jenisnya. Sementara jika ikan dipegang akan terasa lemas dan lunglai.
Bahaya Ikan berformalin
Dilansir dari Badan POM, paparan formaldehid melalui saluran pencernaan dapat mengakibatkan luka korosif terhadap selaput lendir saluran pencernaan disertai mual, muntah, rasa perih yang hebat dan perforasi lambung. Efek sistemik dapat berupa depresi susunan syaraf pusat, koma, kejang, albuminaria, terdapatnya sel darah merah di urine (hematuria) dan asidosis metabolik.
Dosis fatal formalin melalui saluran pencernaan pernah dilaporkan sebesar 30 ml. Formaldehid dapat mematikan sisi aktif dari protein-protein vital dalam tubuh, maka molekul-molekul itu akan kehilangan fungsi dalam metabolisme. Akibatnya fungsi sel akan terhenti.
Pada dasarnya, formaldehid dalam jaringan tubuh sebagian besar akan dimetabolisir kurang dari 2 menit oleh enzim formaldehid dehidrogenase menjadi asam format yang kemudian diekskresikan tubuh melalui urin dan sebagian dirubah menjadi CO2 yang dibuang melalui nafas. Fraksi formaldehid yang tidak mengalami metabolisme akan terikat secara stabil dengan makromolekul seluler protein DNA yang dapat berupa ikatan silang (cross-linked).
Ikatan silang formaldehid dengan DNA dan protein ini diduga bertanggungjawab atas terjadinya kekacauan informasi genetik dan konsekuensi lebih lanjut seperti terjadi mutasi genetik dan sel kanker. Bila gen-gen rusak itu diwariskan, maka akan terlahir generasi dengan cacat gen. Dalam hal ini, International Agency Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikannya sebagai karsinogenik golongan 1 (cukup bukti sebagai karsinogen pada manusia), khususnya pada saluran pernafasan.
Advertisement