Sukses

Kecanduan Belanja, Gadis 20 Tahun Ini Rela Rutin Jual Plasma Darah

Terkadang orang yang sudah tidak tahan untuk belanja bisa menjual apapun agar dapat menghasilkan uang untuk memenuhi hasrat belanjanya.

Liputan6.com, Jakarta Pengeluaran seseorang biasanya erat kaitannya dengan hal seputar belanja dan hura-hura. Dari urusan belanja kebutuhan sehari-hari seperti makanan, belanja pakaian, gadget hingga keluar dengan teman-teman. Sebenarnya belanja itu sah-sah saja, asal diiringi dengan kemampuan finansial yang seimbang. Kalau belanja tiap bulan sampai menghabiskan separuh gaji, ini yang tidak sehat.

Belanja identik dengan kebiasaan wanita namun banyak pula laki-laki yang gemar melakukan hal ini untuk beberapa kepentingan yang berbeda. Banyak orang menganggap belanja sebagai kegemaran untuk menghilangkan stress. Tapi tak sedikit pula orang yang kecanduan dengan belanja dan melakukan apa saja untuk bisa terus berbelanja.

Bahkan terkadang orang yang sudah tidak tahan untuk belanja bisa menjual apapun agar dapat menghasilkan uang untuk memenuhi hasrat belanjanya. Pada umumnya barang-barang yang dijual dalah barang-barang bekas atau beberapa perabotan rumah. Tapi berbeda dengan gadis berumur 20 tahun asal Amerika Serikat yang menjual hal tak biasa demi bisa berbelanja.

2 dari 3 halaman

Kecanduan Belanja

Diketahui seorang gadis di Amerika bernama Carisa Baker menjual plasma darahnya sendiri demi bisa berbelanja, seperti yang Liputan6.com lansir dari New York Post, Senin (10/6/2019). Carisa Baker, mengatakan ia bisa mengunjungi mal dan belanja di sana hingga tiga kali dalam seminggu. Carisa bahkan bisa belanja setiap hari jika memang ada barang-barang yang sangat dia inginkan.

Carisa sendiri adalah seorang pelajar dari Lake City di Utah. Untuk memenuhi hasrat berbelanjanya Carisa memiliki pekerjaan sambilan sebagai pengasuh anak paruh waktu. Carisa mengaku dia bisa menghabiskan US$600 atau setara dengan Rp 8,6 juta dalam sebulan untuk berbelanja baju, sepatu, dan produk kecantikan.

Carisa sendiri sadar bahwa dirinya telah kecanduan dengan berbelanja, bahkan terkadang penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi hasratnya. Melihat kejadian ini teman Carisa memberikan saran untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan cara mudah. Teman carisa menyarakannya untuk menjual plasma darahnya.

3 dari 3 halaman

Menjual Plasma Darah Demi Berbelanja

Carisa biasanya mendonorkan plasma darahnya di BioLife Plasma Services daerah Layton, Utah. Biasanya ia mendapatkan imbalan sebesar US$20-50 atau senilai Rp 287-700 ribu setiap kali ia mendonorkan plasma darahnya. Dan ia selalu mengunjungi klinik tersebut dua kali seminggu dan dapat menghasilkan kurang lebih US$280 atau sekitar Rp 4 juta. Dalam setahun Carisa mendapatkan US$3360 atau kurang lebih Rp 48,5 juta dari donor plasma darah ini.

“Setahu saya (donor plasma darah) ini tidak memiliki risiko kesehatan dan orangtua saya juga tahu saya melakukan hal ini. Lagipula plasma darah saya digunakan untuk keperluan pengobatan orang-orang yang punya penyakit langka," ucapnya. “Ini membuat saya merasa senang mengetahui saya bisa membantu orang-orang. Saya berencana terus melakukan donor plasma darah ini ke depannya."

Sebenarnya di negeri Paman Sam tersebut pendonor tidak meminta bayaran kalau ingin menyumbangkan darahnya. Namun khusus untuk plasma darah, palang merah Amerika Serikat menawarkan imbalan bagi para pendonor.

Plasma darah sendiri adalah cairan berwarna kekuningan yang tersisa setelah sel-sel darah merah dan putih dipisahkan. Plasma darah mengandung air, garam, protein dan enzim yang biasanya digunakan untuk pengobatan pasien berbagai penyakit langka seperti immunodefisiensi dan hemofilia.