Liputan6.com, Jakarta Lazimnya, manusia makan tiga kali sehari mengonsumsi makanan empat sehat lima sempurna setiap harinya. Hal ini dilakukan demi tumbuh kembang yang sempurna. Selain memenuhi kebutuhan tubuh, konsumsi makan yang sehat dan rutin juga bisa menjadi penghalang sumber penyakit yang mungkin menyerang.
Baca Juga
Advertisement
Namun, berbeda dengan bocah 11 tahun asal China yang harus makan lima kali sehari. Dilansir Liputan6.com dari laman The Epoch Times, Selasa (11/6/2019), bocah bernama Lu Zikuan itu punya tujuan tertentu di balik kebiasaan makannya yang tak biasa tersebut.
Pasalnya, ayah Lu Zikuan, Lu Yanheng divonis menderita leukemia tujuh tahun lalu. Sejak saat itu, Lu Yanheng menerima perawatan khusus untuk menjaga kondisinya tetap stabil. Sayangnya, pada akhir Agustus 2018 lalu, Lu Yanheng membutuhkan transfusi darah untuk menyelamatkan nyawanya.
Butuh transfusi darah dan transplantasi sumsum tulang
Selain transfusi darah, dokter juga menginformasikan bahwa Lu Yanheng juga membutuhkan transplantasi sumsum tulang. Setelah melakukan uji lab terhadap anggota keluarganya, terungkap sumsum tulang Zikuan paling cocok dengan milik ayahnya.
Hal ini lantas membawa secercah harapan bagi Lu Yanheng. Meski demikian, sayangnya berat badan Lu Zikuan hanya 30 kilogram saat itu. Artinya, Ia harus menaikkan berat badannya agar bisa menyelamatkan ayahnya yang membutuhkan transplantasi sumsum tulang.
"Dokter mengatakan bahwa berat badanku setidaknya harus 45 kilogram agar bisa melakukan donor. Sementara berat badan yang ideal adalah 50 kilogram." Ungkap Zikuan saat ditemui media.
Alhasil, Zikuan bertekad untuk menambah berat badannya dengan cara makan lima kali sehari. Perubaan pola makan Zikuan juga berdampak pada meningkatnya kondisi ekonomi keluarganya.
Advertisement
Dana pengobatan hasil pinjaman dari kerabat dan teman
Terlebih, ibunya, Li Jinge hanya punya pemasukan sebesar 2000 Yuan atau setara dengan Rp 4,1 juta tiap bulannya. Pendapatan tersebut ia peroleh dari pekerjaannya di toko kelontong.
"Kami telah menghabiskan lebih dari 500 ribu Yuan (Rp 1 Miliar) untuk keperluan pengobatan suami. Sebagian besar uang tersebut adalah hasil pinjaman dari kerabat dan teman-temanku." Kata Li Jinge.
Selain mengurus suami dan putranya, Li Jinge juga punya tanggungan lain. Dua adik Lu Zikuan yang merupakan anak kembar serta mertuanya juga menderita tekanan darah tinggi dan masalah jantung.
Lu Zikuan mengaku bangga bisa bantu ayahnya
Terlepas dari kondisi ekonomi keluarga, sosok Lu Zikuan dikenal sebagai bocah pintar di kelasnya. Menurut sang guru, Zhao Meng-meng, Lu Zikuan berperan sebagai ketua kelas selama satu tahun.
"Setelah berat badannya naik, teman-teman sekelasnya mulai memanggilnya pangzi (anak gendut). Namun, mereka berhenti setelah tahu kisah Lu Zikuan." Ungkap Zhao Meng-meng.
Terkait olokan teman-temannya, Lu Zikuan mengaku tak ambil pusing. Sebaliknya, Ia bangga bisa menyelamatkan nyawa ayahnya yang tengah menderita sakit keras.
Melalui misinya, berat badan Lu Zikuan telah bertambah menjadi 44 kg dari mulanya yang hanya 30 kg. Sejak saat itu, sekolah Lu Zikuan mulai menggalang dana untuk membantunya membayar biaya pengobatan ayahnya.
Advertisement