Liputan6.com, Jakarta Saat ini sampah plastik selalu menjadi persoalan serius di dunia. Sekarang ini, plastik telah menjadi salah satu bahan yang hampir tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Seiring pertumbuhan populasi dunia, plastik makin besar-besaran diproduksi dengan berbagai variannya. Hal ini lalu membuat sampah plastik di dunia semakin membludak.
Baca Juga
Advertisement
Berjuta-juta ton sampah berakhir di laut setiap tahunnya, termasuk sampah plastik. Padahal plastik merupakan material yang sulit terurai dan akan menjadi polutan bagi perairan dan mengganggu tatanan ekosistem laut. Hal ini mengakibatkan ratusan hingga ribuan hewan laut dan burung mati setiap tahun akibat terjerat dan memakan sampah plastik di laut.Â
Berbagai upaya dilakukan penuntasan masalah ini. Sekarang ini sudah banyak negara, pemerintah, atau banyak kalangan masyarakat yang gencar mengkampanyekan peduli lingkungan. Hal ini juga mendorong para ilmuan bahkan inovator untuk berlomba-lomba membuat inovasi untuk mengurangi sampah. Seperti salah satu inovasi dari organisasi nirlaba, yang mengklaim dirinya dapat menyelesaikan masalah sampah laut.
Inovasi Pembersih Sampah Laut
The Ocean Cleanup adalah organisasi nirlaba asal Belanda yang mengembangkan teknologi canggih untuk membersihkan sampah di laut. Organisasi ini didirikan pada tahun 2013 oleh Boyan Slat, seorang inventor asal Belanda. Projek teknologi pembersih laut yang telah diciptakan oleh organisasi ini dinamai dengan The Ocean Cleanup System, seperti yang Liputan6.com lansir dari The Ocean Cleanup, Rabu (19/6/2019).
Menurut The Ocean Cleanup saat ini terdapat lebih dari lima triliun plastik di lautan. Jumlah ini belum ditambah dengan yang ada di Great Pasific Garbage Patch (GPGP). GPGP merupakan salah satu zona perputaran partikel sampah di laut. Tempat ini juga sering disebut sebagai pulau plastik. Di dunia terdapat lima zona akumulasi sampah lautan dan GPGP sebagai yang terbesar.
Hal ini terjadi karena adanya perputaran sampah yang terperangkap dalam arus dan tidak bisa keluar. Sampah-sampah ini kemudian semakin menumpuk dan mejadi lebih sulit untuk dihilangkan. Great Pacific Garbage Patch adalah kumpulan sampah-sampah plastik yang mengambang di lautan antara Hawaii dan California.
Advertisement
Pembersih Sampah Laut Terbesar
Dilansir Liputan6.com dari Scientific Reports, Rabu (19/6/2019), ukuran Great Pacific Garbage Patch terus membesar hingga berukuran 1,6 juta km2, nyaris sebesar luas daratan Indonesia yang sebesar 1,9 juta km2. Nah, proyek The Ocean Cleanup dibuat untuk mengangkat sampah-sampah plastik di kawasan Great Pacific Garbage Patch selama lima tahun ke depan.
Ide pembuatan The Ocean Cleanup dimulai ketika Slat baru berusia 18 tahun. Lima tahun berlalu, Boyan berhasil mengumpulkan modal sebesar $31 juta atau setara Rp 442 miliyar untuk memulai proyeknya. Boyan juga telah melakukan pengujian menggunakan 300 alat contoh, serta memetakannya di kawasan Great Pacific Garbage Patch.
The Ocean Cleanup telah merilis System 001 dari California. System 001 adalah alat sepanjang 600 meter yang mengapung di permukaan laut dengan jaring sepanjang tiga meter di bawah laut. Baik komponen yang mengapung di permukaan maupun yang ditenggelamkan di bawah laut, berfungsi untuk menangkap sampah-sampah plastik dan mencegahnya agar tidak terbawa arus air lebih jauh lagi.
Diklaim Dapat Mengangkat 90% Sampah Laut
System 001 diprediksi mampu mengumpulkan sekitar 5 ton sampah per bulannya. Jika pemakaian System 001 terbukti sukses, The Ocean Cleanup akan meluncurkan 60 alat serupa di lokasi lain, sehingga diharapkan mampu mengumpulkan sekitar 14.000 ton sampah dari laut setiap tahunnya.
"Setelah alat ini diaplikasikan di setiap vortex laut, The Ocean Cleanup diproyeksikan mampu mengangkat 90% sampah plastik dari laut pada tahun 2040," ungkap pihak The Ocean Cleanup dalam situs resminya.
Proyek besutan anak muda ini bukan proyek sembarangan. The Ocean Cleanup disokong oleh para tenaga ahli yang peduli akan pelestarian ekosistem laut. "Diperlukan waktu bertahun-tahun bagi tim kami yang terdiri dari ilmuwan dan insinyur untuk mengembangkan teknologi pembersih sampah ini," ungkap Bayon.
Advertisement