Liputan6.com, Jakarta Minggu (23/6/2019) menandai tepat satu tahun insiden terjebaknya 12 anak anggota tim sepak bola Thailand Wild Boars dan pelatihnya di dalam gua. Seluruh dunia turut prihatin atas insiden tersebut, mengingat betapa gelapnya kondisi gua serta pasokan udara yang sangat kurang.
Baca Juga
Advertisement
Beruntungnya, ke-12 bocah tersebut beserta sang pelatih berhasil diselamatkan setelah melalui upaya penyelamatan selama 13 hari lamanya. Berbagai upaya dikerahkan pemerintah Thailand untuk menyelamatkan bocah-bocah malang tersebut. Bahkan, beberapa negara turun tangan membantu upaya penyelamatan.
Sayangnya, upaya penyelamatan tim sepak bola Wild Boars menelan satu korban jiwa. Saman Gunan, salah satu tim penyelamat, wafat akibat kekurangan oksigen. Mantan anggota Angkatan Laut Kerajaan Thailand itu meninggal pada 6 Juli, ketika tengah memasang tangki oksigen di ruang gua yang banjir.
Jelang satu tahun peringatan kematian Saman Gunan, sang istri, Valepon Gunan, beberapa waktu lalu mengungkapkan kepedihannya kehilangan pasangan hidupnya. Dilansir Liputan6.com dari laman Channel New Asia, Senin (24/6/2019), Valepon Gunan mengaku belum bisa merelakan kepergian sang suami.
Menyibukkan diri agar tidak teringat sang suami
"Rasanya dia tidak pernah benar-benar pergi. Kami hanya semata tidak bisa berbincang. Dia selalu berada di sampingku setiap saat," ungkap Valepon Gunan dengan air mata yang bercucuran.
Kematian Saman menempatkan Valepon dalam keterpurukan. Setiap harinya, Valepon berusaha untuk mengalihkan perhatiannya agar tak selalu teringat dengan sang suami. Valepon menyibukkan diri dengan melanjutkan kuliah di jenjang pascasarjana hingga mengikuti kursus bahasa.
Valepon yang kini mencari tambahan hidup di Bandara Thailand membuatnya harus bekerja 9 hingga 15 jam dalam sehari. Sepulang kuliah dan bekerja, ia pasti akan merasa kelelahan. Namun baginya, tubuhnya yang lelah jadi salah satu cara untuk bisa pelan-pelan melupakan Saman.
"Itulah mengapa aku belajar dengan keras. Aku tidak bisa fokus jika aku terus-terusan di rumah. Jadi, aku memanfaatkan lingkungan sosial dan bekerja keras untuk mengalihkan pikiranku darinya. Tapi setiap aku sedang sendirian, aku tetap merindukannya," imbuh Valepon.
Advertisement
Pamit izin bertugas
Kisah cinta Saman Gunan dan Valepon pertama kali bermula saat mereka bertemu di sebuah taman. Saman memberanikan diri meminta nomor HP kepada Valepon. Sejak saat itu, cinta di antara keduanya mulai bersemi. Segera setelah Saman direkrut bekerja di bandara Thailand, mereka berdua mantap untuk menikah.
Kehidupan rumah tangga Saman dan Valepon Gunan berjalan dengan harmonis. Sayangnya, mereka harus terpisahkan karena maut. Pada 30 Juni 2018 silam, Valepon izin bertugas terbang ke Chiang Rai, Thailand. Tanpa informasi yang jelas, Saman pergi meninggalkan Valepon yang saat itu yakin suaminya akan kembali.
Saman Gunan kehilangan nyawa ketika jalankan tugas mulia
Tragisnya, Saman sempat mengirim video kepada Valepon sebelum berangkat bertugas. Ia tampak mengenakan kacamata dan berpose di depan pesawat militer di landasan udara. Di tangan kirinya, tampak cincin pernikahan yang mengikat mereka berdua.
Dikutip Liputan6.com dari laman Channel New Asia, Valepon menceritakan bahwa ia awalnya tidak tahu menahu soal suaminya yang ternyata bertugas menjadi relawan. Valepon lalu mengingatkan sang suami untuk selalu berhati-hati. Valepon juga mengungkapkan bahwa Saman sempat mengiriminya foto bocah klub Wild Boars yang telah ditemukan.
Namun, takdir berkata lain. Saman Gunan dipanggil Tuhan pada pukul 2 dini hari waktu setempat ketika menjalankan tugas mulia. Kurangnya pasokan oksigen membuatnya tak sadarkan diri. Sebelum sempat diselamatkan, Saman telah kehilangan nyawanya.
Advertisement