Sukses

Unik, Kota Ini Punya Bilik Telepon untuk Berkomunikasi dengan Orang Mati

Bisa melepas kerinduan pada orang-orang tercinta yang telah tiada

Liputan6.com, Jakarta Kehilangan orang yang disayang menjadi hal yang sangat berat. Kesedihan akan menghampiri saat orang yang dicintai pergi dari kehidupan. Orang-orang yang biasa bersama tiba-tiba pergi selamanya. 

Memang tak mudah melewati hari-hari dengan penuh duka. Bahkan terkadang sebagian orang memilih mati agar bisa bersama orang yang dicintai. Sebuah kota di Jepang punya cara unik untuk melepas kerinduan orang-orang yang telah ditinggalkan orang yang mereka cintai.

Percaya atau tidak kota ini mengklaim mereka mempunyai tempat untuk bisa berkomunikasi dengan orang-orang mati.

Selain terkenal dengan kota pelabuhan yang indah, kini kota Otsuka-cho menjadi kota yang banyak dikunjungi orang-orang yang sedang rindu dengan keluarga mereka yang sudah meninggal.

Kota Otsuko-cho ini memiliki bilik telepon yang diklaim bisa menelepon orang yang sudah meninggal, seperti Liputan6.com lansir dari The Straits Times, Jumat (28/6/2019).

2 dari 2 halaman

Bilik Telepon untuk Menelepon Orang Mati

Sebuah bilik telepon yang ada di daerah Otsuka-cho, Perfektur Iwate, Jepang ini tiba-tiba menjadi populer. Kepopulerannya ini bukan karena dijadikan tempat untuk berfoto-foto melainkan fungsinya untuk menelepon orang mati. Meski menyeramkan bilik telepon yang berada di atas bukit ini setiap hari banyak dikunjungi orang-orang dari berbagai daerah.

Ada sekitar 10.000 orang datang kesana untuk menggunakan bilik telepon jadul tersebut. Orang yang membangun bilik telepon ini sendiri adalah seorang pria bernama Sasaki. Bilik telepon ini disebut dengan telepon angin lantaran saluran telepon ini hanya bisa mengirimkan suaranya melalui angin. Bilik telepon ini menyediakan telepon putar hitam di paviliun, yang sudah dilupakan oleh orang-orang modern.

Sasaki membangun bilik telepon tersebut pada tahun 2010 saat ia kehilangan sepupunya. Ia membangun bilik telepon tersebut untuk menenangkan rasa sakitnya atas kepergian sepupunya.

Awalnya, bilik suara ini hanya digunakan oleh Sasaki. Namun, sejak gempa besar di Jepang pada 11 Maret 2011, ia pun membuka bilik telepon tersebut untuk umum. Ia berharap, setidaknya orang-orang yang merasakan sakit hati bisa menenangkan dirinya melalui bilik telepon tersebut.

Sampai saat ini bilik telepon ini masih banyak digunakan oleh orang-orang untuk bercakap-cakap dengan orang yang sudah meninggal. Misalnya seorang cucu yang seolah-olah bercakap-cakap dengan kakeknya, dan lain-lain."Tidak peduli seberapa buruknya kenyataan, harapan itu adalah makna hidup, mereka akan selalu ada," kata Sasaki.