Liputan6.com, Jakarta Umumnya, sakit tenggorokan dapat diobati hanya dengan istirahat yang cukup ataupun konsumsi makanan berbahan alami seperti air garam, teh lemon madu dan banyak lainnya. Namun, sakit tenggorokan juga dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari saja.
Baca Juga
Sayangnya, radang yang menyerang tenggorokan terkadang membutuhkan penanganan lebih serius dari ahli medis profesional. Pasalnya, tak semua orang memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Advertisement
Misalnya seperti yang terjadi pada seorang gadis asal New York, Amerika. Dilansir LIputan6.com dari laman Daily Mail, Minggu (30/6/2019), Christina Giuffrida bisa dibilang amat sering jatuh sakit karena sakit tenggorokannya yang tak kunjung sembuh. Selama bertahun-tahun, ia akan terus menerus merasakan sakit tenggorokan meski sempat sembuh dalam beberapa hari.
Tak hanya itu, Christina juga acapkali kehilangan keseimbangan tubuh dan terkadang kehilangan pendengaran. Alhasil, ia kesusahan ketika mendengar orang berbicara dalam volume suara normal.
Christina Giuffrida sempat memeriksakan diri ke dokter. Katanya, ada masalah di bagian penglihatan yang mempengaruhi kemampuan mendengar. Namun, ada pula yang menyebutkan bahwa penyakitnya itu adalah bawaan dari alergi mononukleosis yang diderita Christina.
Padahal, Christina sendiri tak pernah punya riwayat alergi mononukleosis seperti yang diutarakan dokter. Sebaliknya, gadis berusia 19 tahun itu ternyata justru menderita tumor otak jinak yang telah bersarang di kepalanya.
Gejala selain sakit tenggorokan
Tumor otak yang menyerang Christina telah menekan bagian syaraf yang mengatur proses menelan, mendengar serta keseimbangan tubuhnya. Seorang ahli onkologi neurologis yang menangani kasus Christina menekankan bahwa ia harus segera menjalani operasi.
Jika tidak dilakukan penanganan dalam waktu dekat, Christina kemungkinan akan kehilangan kemampuan berbicara. Lebih parahnya lagi, Ia mungkin dapat mengalami kelumpuhan.
Christina Giuffrida pribadi menceritakan bahwa ia sering merasakan migrain sejak dirinya masih kecil. Karenanya, orangtuanya membawa Christina ke dokter untuk mendapat penjelasan lebih lanjut. Namun, dokter hanya mengatakan bahwa penglihatan Christina buruk sehingga membutuhkan bantuan kacamata.
"Aku dulu disarankan untuk memakai kacamata. Awalnya bisa membantu mengurangi sakit kepalaku, tapi lama kelamaan efeknya akan hilang." Ungkap Christina Giuffrida.
Sejak saat itu, Christina mulai mengalami gejala-gelaja alergi seperti misalnya sakit tenggorokan. Lebih parahnya lagi, ketika berjalan badan Christina cenderung condong ke kanan.
Pada Maret 2019 lalu, Christina bangun tidur dengan kondisi tenggorokan yang sakit serta kesulitan untuk menelan. Awalnya, dirinya divonis menderita infeksi telinga oleh dokter.
Namun, selang dua hari telinganya menjadi semakin gatal dan lebih sakit dari sebelumnya. Akhirnya, Christina kembali mengunjungi dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Advertisement
Divonis Tumor Otak
Betapa terkejutnya dirinya ketika dokter menyebutkan bahwa ia menderita tumor otak jinak. Hasil scan menunjukkan bahwa terdapat kista yang bersarang di otak bagian belakang.
Epidermoid brain cyst telah tumbuh di otak Christina sejak dirinya masih dalam kandungan. Kista kemudian tumbuh dari sel epitel menjadi rambut, kulit, dan kuku. Meski perkembangan tumor cenderung lebih lambat, namun seiring berjalannya waktu akan semakin membesar dan menggerogoti saraf kranial.
Gejala tumor otak tak lain adalah adanya sakit kepala, masalah berbicara, penglihatan, keseimbangan tubuh, dan hilangnya kemampuan mendengar. Tak hanya itu, tumor otak juga dapat menimbulkan gejala seperti kesulitan menelan yang mana menjadi salah satu faktor sakit tenggorokan.
Beruntung, Christina segera menjalani operasi tepatnya pada 8 April lalu. Selama 8 jam proses operasi, dokter mengklaim telah mengangkat sel tumor yang menekan bagian syaraf yang mengatur proses menelan, mendengar dan kemampuan berbicara.
Setelah melewati jalur operasi, Christina melewati periode pemulihan selama dua minggu lamanya. Hasilnya, pendengarannya kembali normal sehingga tak perlu volume keras agar Christina bisa mendengar.