Sukses

Tak Punya Kaki, Kakek 70 Tahun Ini Tanam Pohon Sendirian demi Hijaukan Bukit

Seorang kakek di China yang telah kehilangan kedua kaki berjuang menanam pohon demi menghijaukan bukit.

Liputan6.com, Jakarta Tak sedikit yang menjadikan keterbatasan fisik sebagai alasan untuk menyerah. Tapi pada kenyataannya masih banyak orang-orang dengan keterbatasan fisik yang bisa bangkit dan mengisi hari-hari mereka dengan hal-hal yang positif.

Seperti kisah seorang kakek di China yang telah kehilangan kedua kaki berjuang menanam pohon demi menghijaukan bukit. Perjuangan seorang kakek dari China bernama Ma Sanxiao yang patut mendapat apresiasi yang sangat luar biasa.

Selama 19 tahun terakhir, pria 70 tahun ini telah menanam ribuan pohon di bukit-bukit tandus sekitar desanya sendirian. Keterbatasan fisik tak membuat kakek ini menyerah untuk melakukan kebaikan seperti yang Liputan6.com lansir dari Metro UK, Senin (1/7/2019).

Ma Sanxiao adalah mantan tentara veteran dari Jingxing, Provinsi Hebei, China Utara. Sanxiao didiagnosis keracunan darah pada 1974, saat bertugas di Angkatan Darat Tiongkok. Kondisinya semakin memburuk setelah ia pensiun, dan akhirnya kedua kakinya diamputasi. Pertama, dia kehilangan kaki kanannya pada tahun 1985, dan yang kiri pada tahun 2005. Namun keterbatasan fisik tak membuatnya menyerah.

2 dari 4 halaman

Mendapatkan Inspirasi dari TV

Sebagai mantan tentara, Sanxiao merasa tidak bisa hanya tinggal diam di rumah. Satu hari di tahun 2000, Sanxiao menyaksikan kisah seorang penanam pohon di TV. Acara itu ternyata menginspirasi Sanxiao. Dia pun mulai menanam pohon di bukit-bukit tandus di sekitar desanya, dengan tujuan awal hanya ingin menjual kayunya.

"Jujur saja, ide awal saya adalah mencari nafkah dengan menanam pohon. Anda tahu, saya bisa menjualnya untuk menghasilkan uang dan mandiri secara finansial," kata Sanxiao.

Namun, ketika pohon-pohon itu tumbuh membesar, Sanxiao menjadi ragu dengan niatnya yang semula.

"Pohon-pohon itu tidak hanya cantik, tetapi juga penting bagi bukit-bukit itu karena mereka dapat menahan tanah," tambahnya.

Hal itulah yang membuat Sanxiao berubah pikiran. Dia tidak akan menjual pohon-pohon tersebut sampai akhir hayatnya.

"Saya tak akan pernah menjualnya. Ini adalah sebuah tugas besar untuk menanam pohon hingga akhir hayat dan mewariskan alam yang hijau ini untuk generasi mendatang," katanya.

3 dari 4 halaman

Menanam Pohon Sendirian

Sanxiao setiap hari bangun jam 5 pagi dan memulai pekerjaannya sebagai penanam pohon. Setelah mengemasi pakaian dan mempersiapkan peralatan, dia menuju bukit-bukit sekitar desanya dengan menggunakan tongkat kruk.

Dia bahkan jarang sarapan di rumah untuk menghemat waktunya. Sanxiao akan membungkus sarapannya dan memakannya di saat-saat istirahat dari menanam pohon.

Walaupun telah kehilangan kedua kakinya, hal itu justru bukan menjadi penghalang bagi Sanxiao. Setiap harinya Sanxiao bekerja sendiri menanam satu bibit pohon dengan bantuan sekop, Sanxiao akan merangkak ke sungai terdekat untuk mengambil air dan menyiram bibit tersebut. Menanam pohon bukan pekerjaan yang mudah bagi orang dengan kondisi fisik seperti Sanxiao.

"Kesulitan-kesulitan ini tidak menghalangi saya, karena saya adalah seorang prajurit. Tapi saya harus meminjam uang untuk membeli bibit pohon dan alat-alat. Bahkan saya tidak bisa menghitung berapa sekop yang rusak yang saya gunakan selama bertahun-tahun," kata Sanxiao.

4 dari 4 halaman

Mendapatkan Apresiasi dari Pemerintah

Kehidupan Sanxiao berubah ketika media China meliput kisahnya dan para sukarelawan mulai muncul untuk membantunya. Pemerintah Cina juga mengakui kontribusinya kepada lingkungan dan mulai menawarkan bantuan keuangan kepadanya.

Sanxiao bisa saja berhenti karena banyak orang berbadan sehat bersedia melanjutkan pekerjaannya, tetapi menanam pohon adalah hal yang membuatnya bahagia, jadi dia terus melakukanya setiap hari.

Sejak tahun 2000, Ma Sanxiao telah menghabiskan hampir setiap hari di hutan belantara di Gunung Taihang. Dan sekarang ia telah memiliki sekitar 17.000 pohon yang telah menjadi hutan.

"Bagiku, itu bukan pohon. Aku menganggap mereka sebagai prajurit yang aku perintahkan. Mereka membuat aku merasa sangat puas," ujar Sanxiao.

Video Terkini