Sukses

Sempat Tuai Kontroversi, Ini 5 Fakta Film Dua Garis Biru

Film Dua Garis Biru mulai tayang di bioskop hari ini.

Liputan6.com, Jakarta Film Dua Garis Biru yang dibintangi Zara JKT48 dan Angga Yunanda akhirnya rilis di bioskop Tanah Air hari ini, Kamis (11/7/2019). Film karya Gina S. Noer ini bukan hanya dibintangi oleh artis muda. Beberapa nama artis senior pun turut serta dalam deretan pemeran Dua Garis Biru, seperti Dwi Sasono, Cut Mini, Arswendi serta Lulu Tobing.

Saat trailer film ini dirilis, Dua Garis Biru sempat menuai kontroversi. Tak sedikit netizen justru mengkritik film Dua Garis Biru karena dinilai memiliki konten yang negatif. Selain itu, beberapa penggemar film dari negeri Korea Selatan juga menganggap film Dua Garis Biru memiliki beberapa kemiripan dengan film Jenny, Juno.

Namun, seperti dilansir Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (11/7/2019) saat perkenalan dalam gala premier pada Kamis (27/6/2019), film Dua Garis Biru justru menuai banyak pujian. Mulai dari jalan cerita hingga pengarahan akting dari para pemainnya.

Film yang mengisahkan sepasang remaja bernama Dara yang diperankan oleh Zara JKT48 dan Bima oleh Angga Yunanda ini pun memiliki beberapa nilai positif yang bisa diambil. Terutama sebagai edukasi mengenai seks, serta bagaimana penyelesaian masalah dalam sebuah keluarga. Sempat menuai kontroversi, berikut ini beberapa fakta mengenai film Dua Garis Biru.

2 dari 6 halaman

1. Sempat diboikot dan dibuat petisi

 

Sebelumnya, film Dua Garis Biru sempat mendapatkan petisi melalui situs change.org beberapa waktu lalu. Petisi tersebut bertajuk “Jangan Loloskan Film yang Menjerumuskan! Cegah Dua Garis Biru di Luar Nikah!” pada April 2019 lalu.

Namun, petisi yang menyebutkan untuk tak meloloskan film Dua Garis Biru akhirnya ditarik.

“Mohon maaf atas ketidaknyamanan akibat kesalahpahaman terhadap petisi kami. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan akibat petisi kami yang disalahartikan, kami memutuskan untuk menghapus petisi. Mari menjunjung tinggi etika dalam bermedia sosial,” tulis keterangan yang tercantum di laman petisi tersebut pada Rabu (1/5/2019).

3 dari 6 halaman

2. Adanya pergantian nama pemeran

Sebelumnya, nama pemeran Dua Garis Biru bukanlah Dara dan Bima. Akan tetapi, pada draft pertama dari skenario film tersebut memiliki nama pemeran Keke dan juga Aran.

Rupanya, penggantian nama pemeran tersebut bukan tanpa alasan. Gina selaku sutradara dan penulis naskah pun menuturkan mengenai perubahan nama pemeran Dua Garis Biru.

“Cerita ini sudah saya pikirkan selama 8 tahun, tapi draf pertama saya kerjakan hanya 2 hari. Nama diganti agar ada makna filosofi. Bima dalam dunia pewayangan punya fisik kuat, tapi lembut hati. Dara terinspirasi dari lagu 'dara muda daranya para remaja ha-ha-ha!'” seloroh Gina.

4 dari 6 halaman

3. Dwi Sasono sempat menangis

Rupanya film Dua Garis Biru tersebut cukup menyentuh hati dari Dwi Sasono. Ia sendiri berperan sebagai ayah Dara atau Zara JKT48 sangat menghayati perannya.

Bahkan, ketika membaca naskah Dua Garis Biru, Dwi Sasono pun langsung teringat pada anak perempuannya, Widuri. Ia juga mengungkapkan jika saat melihat Zara JKT48, ia seperti melihat Widuri.

“Itu sebabnya saat syuting di UKS sekolah, tangis saya pecah. Saat itu pengin rasanya memukuli Angga Yunanda. Saya sudah menganggap Zara seperti anak sendiri,” ungkap Dwi Sasono yang ditemui di Jakarta Selatan.

5 dari 6 halaman

4. Film pertama Lulu Tobing setelah vakum 7 tahun

Film Dua Garis Biru sendiri menjadi awal bagi Lulu Tobing untuk kembali ke dunia entertainment. Pasalnya, film ini menjadi film pertama yang dimainkan oleh Lulu Tobing setelah vakum selama 7 tahun.

Film terakhir yang dibintangi Lulu Tobing adalah Negeri 5 Menara pada 2012 lalu.

6 dari 6 halaman

5. Debut Gina S. Noer sebagai sutradara

Rupanya film Dua Garis Biru juga sebagai tanda untuk debut Gina S.Noer sebagai sutradara. Sang produser Dua Garis Biru, Chand Parwez Sevia, memang cukup dikenal sebagai orang yang mampu mengorbitkan sutradara baru. Beberapa di antaranya ialah Raditya Dika dan Ernest Prakasa.

“Saya tahu kenapa harus melakukan itu. Banyak skrip yang saya pegang lalu tidak saya bikin. Kalau ada peraaan yang kuat terhadap skrip, saya akan kejar dan membahasnya sampai tuntas. Kalau kali pertama bertemu orang langsung klik, merasakan marwahnya, maka orang itu akan saya pilih jadi penulis sekaligus sutradara. Bukan saya yang pintar, tapi ada energi positif datang ke saya,” ujar Parwez.