Sukses

5 Fakta Aplikasi 'Wajah Tua' FaceApp yang Sedang Viral, Diduga Rentan Bobol Privasi

Aplikasi FaceApp saat ini sedang viral berkat adanya filter wajah tua.

Liputan6.com, Jakarta Akhir-akhir ini kamu pasti sering melihat unggahan foto teman atau para artis dengan efek filter muka tua. Foto-foto yang tersebar lewat tagar #AgeChallenge ini memang sedang viral di media sosial. Age challenge sendiri merupakan sebuah tantangan untuk mengedit foto wajah kita menjadi terlihat lebih tua. Beberapa selebriti Indonesia seperti Agnezmo, Adipati Dolken, Afgan Syahreza, Bunga Citra Lestari, dan lain-lain juga turut memviralkan age challenge ini.

Filter muka tua ini berasal dari aplikasi FaceApp. FaceApp adalah aplikasi besutan perusahaan Rusia yang dua tahun lalu juga sempat booming. FaceApp adalah aplikasi edit foto berbasis AI (artificial intelligence) yang bisa mengubah foto selfie dengan beberapa filter, termasuk mengubah foto kamu menjadi lebih tua, anak-anak, pria, hingga wanita.

Di balik serunya berbagi foto prediksi masa tua tersebut, ternyata ada bahaya yang mengintai. FaceApp disebut-sebut berbahaya karena aplikasi ini mengumpulkan informasi berupa lokasi dan riwayat penelusuran browser (browser history) yang ada di smartphone, baik Android maupun iPhone, seperti Liputan6.com lansir dari Market Watch, Kamis (18/7/2019).

Berikut 5 fakta mengenai aplikasi FaceApp yang telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (18/7/2019).

2 dari 6 halaman

1. Aplikasi berteknologi Artificial Intelligence (AI).

Aplikasi foto editor ini menggunakan teknologi kecerdasan buatan yang sering disebut Artificial Intelligence (AI). Dengan teknologi AI pada aplikasi ini, maka dapat memungkinkan pengguna untuk mengedit fotonya secara otomatis, sehingga pengguna pun dapat melihat wajahnya dalam wujud yang berbeda.

Aplikasi dengan filter penuaan wajah ini akan menambahkan sentuhan tambahan seperti keriput dan rambut beruban pada foto selfie pengguna, sehingga menjadi sangat realistis.

3 dari 6 halaman

2. Ketidakjelasan Kebijakan Privasi FaceApp

Di balik kemudahan pemakaiannya, aplikasi FaceApp ini mengumpulkan informasi berupa lokasi dan riwayat penelusuran browser (browser history) seperti yang Liputan6.com lansir dari Mashable, Kamis (18/7/2019). Aplikasi ini mengumpulkan informasi yang dikirim dari perangkat kamu, termasuk laman web yang kamu kunjungi, add-on, serta informasi lain yang disebut akan membantu FaceApp dalam meningkatkan layanan.

4 dari 6 halaman

3. Privasi di FaceApp

Salah satu yang menjadi perhatian adalah munculnya soal privasi FaceApp. Cara kerja FaceApp adalah meminta pengguna mengunggah foto yang akan diedit ke cloud, alih-alih sekadar mengeditnya di dalam aplikasi sehingga informasi kita tidak 'terbuka' ke dunia luar. Ini memungkinkan pengembang membiarkan pengguna memilih satu foto dari sistem untuk diunggah ke aplikasi. Secara teori, FaceApp dapat memproses foto-foto di perangkat itu sendiri.

Hal ini banyak disayangkan oleh pakar privasi, salah satunya adalah Will Strafach yang merupakan CEO Guardian Firewall dan juga periset iOS. Will mengatakan hal ini cukup mencurigakan seperti Liputan6 lansir dari The Verge, Kamis (18/7/2019).

5 dari 6 halaman

4. Dibuat oleh pengembang asal Rusia

Aplikasi FaceApp ini dibuat oleh Wireless Lab, sebuah perusahaan kecil yang berpusat di Saint Petersburg, Rusia. Wilayah ini  tidak termasuk dalam Uni Eropa ataupun Amerika Serikat, yang diketahui cukup ketat terhadap peraturan penggunaan data/informasi pribadi.

Dengan demikian, peraturan tersebut tidak berlaku di wilayah Wiresless Lab berada, sehingga orang-orang tidak bisa menggunakan hukum dari kedua wilayah tersebut untuk menggugat Wireless Lab selaku pengembang FaceApp jika terjadi masalah penyalahgunaan data/informasi pribadi penggunanya.

6 dari 6 halaman

5. Sempat menjadi kontroversi

Pada beberapa bulan pertama setelah diluncurkan pada 2017, aplikasi ini sempat menjadi kontroversi. Hal ini karena aplikasi FaceApp ini dilengkapi dengan fitur yang dapat membuat transformasi wajah menjadi sangat realistis, yaitu kemampuannya dalam mentransformasi warna kulit.

Hal ini dimanfaatkan oleh sekelompok penganut rasialisme untuk mengukuhkan kebencian rasial. Meskipun demikian, kontroversi tersebut tidak menghalangi aplikasi ini untuk tetap digunakan oleh banyak orang.

Video Terkini