Sukses

Kerja Jadi Petugas Kebersihan Toilet Umum, Kisah Pria Difabel Ini Bikin Haru

Pria difabel ini tetap semangat bekerja sebagai petugas kebersihan toilet umum, kisahnya bikin haru.

Liputan6.com, Jakarta Memiliki kondisi fisik yang sehat merupakan salah satu anugerah yang berharga. Dengan kondisi yang sempurna, seseorang bisa dengan semangat melakukan aktivitas sehari-hari seperti sekolah dan bekerja. Namun, tak semua orang beruntung memiliki kondisi fisik yang lengkap dan sehat. 

Meski memiliki kondisi fisik yang tak lengkap dan sempurna, bukan menjadi alasan untuk bermalas-malasan. Apalagi menunggu belas kasih orang lain tanpa berusaha.

Seperti yang dilakukan oleh seorang pria di Malaysia ini. Walaupun tak memiliki kondisi fisik seperti orang lain umumnya, ia bahkan terus semangat bekerja.

Kisah pria ini bahkan berhasil membuat netizen sadar akan rasa bersyukur dan menghargai kehidupan yang dimiliki. Diketahui pria 22 tahun ini harus menjadi tulang punggung keluarga meski dengan kondisi fisik yang harus mendapat bantuan kursi roda. 

2 dari 3 halaman

Bekerja Sebagai Petugas Kebersihan Toilet Umum

Dilansir dari World of Buzz oleh Liputan6.com, Minggu (29/9/2019) pria ini bernama Muhammad Helmi Firdaus Abdul Halid. Di usianya yang masih muda, ia harus menjadi tulang punggung keluarga. 

Perjuangan Muhammad Helmi pun tak hanya sebatas itu. Ia menderita Hydrocephalus, suatu kondisi yang menyebabkan penumpukan cairan di rongga-rongga dalam otaknya. Kondisi tersebut membuatnya membutuhkan kursi roda untuk beraktivitas. 

Meski begitu, ia tetap semangat bekerja. Muhammad Helmi dikontrak bekerja sebagai pengurus dan pembersih toilet umum di Puchong Perdana. Ia meninggalkan rumah setiap hari pukul 5.00 pagi danmendorong kursi rodanya sejauh 4 km menuju stasiun LRT Bandar Kinrara tempatnya bekerja. 

"Saya mengambil kaleng dan besi tua yang bisa dijual, dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja," katanya dikutip dari World of Buzz. 

Muhammad Helmi biasanya bekerja sekitar pukul 7.30 pagi dan akan berakhir sekitar pukul 6 sore. Jika ada kondisi dimana ia harus hingga larut malam, ia akan menghabiskan malam di gudang seberang toilet umum.

3 dari 3 halaman

Untuk Menafkahi Kelurga dan Biaya Obat Ibu

Dari pekerjaannya tersebut, Muhammad Helmi menghasilkan uang sekitar RM 00 hingga RM 850 atau setara dengan Rp 2-2,8 juta sebulan. Uang itu bisa ia dapatkan jika hasil kaleng-kaleng bekas dapat ia jual. Uang itu kemudian ia serahkan kepada ibunya untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya. 

Meskipun kami juga menerima RM400 (Rp 1,3 juta) sebulan dari Departemen Kesejahteraan Sosial, itu tidak cukup. Terkadang, saya makan satu kali sehari. Ketika sakuku kosong, aku hanya akan minum air," ucapnya. 

Ibu Muhammad Helmi menderita penyakit jantung dan ginjal. Saudara laki-laki Helmi memiliki autisme dan tidak dapat bekerja. Karena kondisi keluarganya, ia mendorong dirinya lebih keras untuk mendapatkan uang sebanyak yang ia bisa.

Karena ibu saya didiagnosis menderita penyakit jantung dan ginjalnya awal tahun ini dan memerlukan perawatan bulanan di rumah sakit, saya harus bekerja lebih keras,” kata Helmi.

“Helmi adalah anak yang keras kepala. Jika dia ingin mencari nafkah untuk membantu keluarga, dia akan melakukannya terlepas dari tantangan apa pun yang dia hadapi. Dia tidak berharap simpati dari masyarakat umum untuk menaruh makanan di atas meja untuk keluarga. Bahkan ketika dia dirampok dan diganggu, dia tidak memberi tahu saya karena dia tidak ingin saya khawatir," kata ibunya.