Sukses

5 Fakta Twin to Twin Transfusion Syndrom, Penyebab Meninggalnya Bayi Kembar Irish Bella

Mengenal Twin to Twin Transfusion Syndrom, gangguan kehamilan yang sering menyerang janin kembar.

Liputan6.com, Jakarta Berita duka datang dari pasangan selebriti Tanah Air, Irish Bella dan Ammar Zoni. Minggu (6/10/2019) bayi kembar yang dikandung Irish Bella meninggal dunia. Diketahui, penyebabnya karena adanya gangguan kehamilan pada janinnya.

Hamil anak kembar memang memiliki banyak risiko, termasukl gangguan kehamilan  twin to twin transfusion syndrome atau sering disingkat TTTS. Irish Bella diketahui terkena sindrom ini yang menyebabkan sang bayi kembar meninggal di usia 6 bulan.

TTTS merupakan gangguan kehamilan yang kerap hadir di kondisi kehamilan anak kembar. TTTS yang diderita Irish Bella dikarenakan plasenta tidak bisa membagi secara rata asupan gizi untuk calon bayi. Satu plasenta untuk dua bayi malah menimbulkan kondisi plasenta lepas.

"Plasenta lepas dengan cepat. solusio namanya. Untuk kehamilan kembar, plasenta satu, tali pusat dua. Bayi kembar donor resipien ini namanya TTTS," ujar Dr. Gatot Abdurrazak, Sp.OG, di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta Barat, Senin (7/10/2018).

Gangguan kehamilan TTTS yang dialami Irish Bella ini masih terdengar asing di telinga masyarakat. Berikut liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, fakta-fakta twin to twin transfusion syndrome (TTTS), Selasa (8/10/2019).

2 dari 6 halaman

1. Apa itu Twin to Twin Transfusion Syndrom?

Twin to twin transfusion syndrom merupakan gangguan kehamilan yang membuat dua calon bayi kembar berbagi satu plasenta. Satu plasenta tersebut berfungsi sebagai jaringan penghubung pembuluh darah untuk memasok oksigen dan nutrisi.

Sebagai jaringan penghubung dua calon bayi kembar, TTTS membuat jalur di dalam plasenta. Hanya saja, jalur yang dibuat tidak bisa membagi secara merata oksigen dan nutrisi. Hal itulah yang membuat TTTS bisa menyebabkan kegagalan organ hingga plasenta lepas seperti yang dialami Irish Bella.

3 dari 6 halaman

2. Penyebab Terjadinya TTTS

Berdasarkan penelitian yang dilakukan National Organization for Rare Disordes (NORD), menyebutkan penyebab TTTS belum diketahui secara pasti. Namun, kelainan pada pembelahan sel telur ibu bisa menjadi indikasi penyebab TTTS.

Ketidakmampuan plasenta membagi secara merata oksigen dan nustrisi menyebabkan TTTS bisa berakhir fatal. Dengan ketidakmampuan plasenta tersebut akan mendorong perubahan tekanan di dalam rahim. Tekanan tersebut akan menimbulkan kontraksi terus menerus pada rahim.

4 dari 6 halaman

3. Tahapan Diagnosa TTTS

Cara untuk mendiagnosa ibu hamil yang mengalami TTTS adalah dengan cara USG prenatal secara rutin. Dokter biasanya akan mengukur secara rinci volume cairan ketuban, pengisian kandung kemih dan aliran darah yang mengalir ke calon bayi kembar.

Apabila volume cairan ketuban meningkat secara drastis, menyebabkan rongga rahim ikut mengembang lebih cepat. Hal ini berisiko menimbulkan bayi kembar bisa lahir secara prematur. 

Menurut penelitian Cincinnati Fetal Center, ada tahapan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis TTTS, antara lain:

Tahap I

Melihat perbedaan volume cairan ketuban di kantung masing-masing janin.

Tahap II

Kandung kemih bayi terlihat lebih kecil saat di USG.

Tahap III

Mengecek aliran darah abnormal melalui tali pusat atau pembuluh janin di sekitar jantung ibu hamil.

Tahap IV

Mengakumulasikan cairan abnormal lebih dari satu rongga tubuh.

Tahap V

Kematian satu atau kedua janin kembar.

5 dari 6 halaman

4. Bahaya dari TTTS

TTTS dapat membuat ibu hamil merasakan kontraksi tidak normal terus-terusan dari kandungannya. Hal ini disebabkan karena tekanan darah meningkat tajam karena plasenta tidak mampu membagi secara merata oksigen dan nutrisi ke dua calon bayi kembar.

Menurut Vickie Fieldstein, MD dari laman fetus.ucsf.edu, efek bahayanya TTTS adalah kedua bayi kembar akan meninggal dunia. Selain itu, apabila bayi bisa bertahan, akan menimbulkan suatu masalah serius seperti bisa menimbulkan ukuran tubuh dua calon bayi berbeda, kerusakan organ-organ vital hingga mengalami resiko 40% cedera otak.

6 dari 6 halaman

5. Penanganan TTTS

Menurut Vickie Fieldstein, MD dari laman fetus.ucsf.edu, apabila dokter mendiagnosa ibu hamil mengalami TTTS, maka tindakan yang harus dilakukan adalah operasi. Operasi ini dilakukan jika memang kondisi TTTS sudah memasuki tahap aliran darah abnormal. Tujuannya untuk menyelamatkan salah satu dari kedua calon bayi.

Dokter akan melakukan tidakan yang bersifat mengobservasi dan pemberian obat. Selain operasi, biasanya dilakukan penanganan lanjutan seperti terus memantau kondisi kehamilan dengan menggunakan ultrasound dan ekokardiografi.

Lalu bisa dilakukan juga pengurangan cairan ketuban agar meningkatkan aliran darah. Kemudian bisa dilakukan prosedur Selective Fetoscopic Laser Photocoagulation (SLFP). SLFP merupakan prosedur membuat sayatan kecil di perut ibu dan memasukkan trocar, sebuah tabung logam kecil ke dalam rahim. Penanganan lanjutan ini didasarkan pada TTTS yang sesuai pantauan dokter.