Sukses

Melihat dari Dekat Bong Supit Bogem, Tempat Sunat Langganan Pangeran Keraton Jogja

Nama Bong Supit Bogem hanya terbatas dikenal di Jogja dan Jawa Tengah saja

Liputan6.com, Jakarta Cerita tentang Bong Supit Bogem tak pernah hilang. Hingga kini, ia tetap fenomenal sebagai tempat sunat legendaris di Jogja. Meski terletak di Jogja, tapi nama Bong Supit Bogem hingga daerah sekitar, seperti Solo, Klaten hingga Magelang. 

Bogem terletak di Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tempat sunat (khitan) ini ini buka setiap hari, selain hari Jumat. Jam prakteknya yaitu pagi pukul 7.00 – 9.00 dan sore pukul 15.00 – 17.00 WIB. Lokasi tepatnya ada di Jl. Solo Km. 15 Jogja 

Berlokasi di sebuah bangunan tua yang cukup luas, Bong Supit Bogem berdiri megah seakan hendak menantang perkembangan zaman. Ruang tunggunya pun luas untuk para keluarga yang mengantar anaknya untuk sunat. Di berbagai sudut disediakan kursi dan tikar. Bahkan di bangunan lainnya juga ada tempat tunggu dan ruang menginap bagi yang datang larut malam.

Dulu, tak banyak orang buka praktik sunat. Bong Supit Bogem adalah 'raja' sunat. Seiring perkembangan zaman, tenaga medis atau dokter yang membuka praktik sunat cukup banyak. Namun Bong Supit Bogem seperti tak redup. Beberapa waktu Liputan6.com melihat langsung lokasi Bong Supit Bogem dan berbincang-bincang dengan pengelolanya.  

2 dari 5 halaman

Bong Supit Bogem jadi langganan pangeran keraton

Bardo Djumeno, kini menjadi salah satu pemilik dari Bong Supit Bogem. Anak kelima dari 9 bersaudara ini sekarang menjadi salah satu juru supit bersama dengan saudaranya yang lain. Pria berusia 65 tahun ini merupakan anak dari pendiri Bong Supit Bogem, yaitu Almarhum Raden Ngabehi Notopandoyo.

Almarhum Raden Ngabehi Notopandoyo memiliki 9 anak, 4 laki-laki dan 5 perempuan. Semua anak beliau diajari cara menyunat dan sampai sekarang mampu mempertahankan kemahsyuran Bong Supit Bogem. Pak Bardo dan saudaranya Budi Harjanto merupakan juru sunat di Bong Supit Bogem yang lokasinya di dekat Candi Prambanan ini.

Pria Lulusan Faklutas Hukum UGM ini mengelola Bong Supit Bogem bersama saudaranya dibantu beberapa orang lainnya yang telah mengabdi bertahun-tahun. Selain itu, Bong Supit Bogem juga sudah membuka cabang di Jakarta, tepatnya di daerah Ciracas, Jakarta Timur.

Bong Supit Bogem cabang Ciracas ini dikelola oleh saudara bungsu Pak Bardo, H. Basuki Hardjono, SH., M. Si., yang juga merupakan putra kesembilan dari pendiri Bong Supit Bogem.

Dengan usia Pak Bardo yang tidak muda lagi, sekarang anak-anaknya juga diajari menyunat. Tentunya anak-anak laki-laki dari saudaranya pun diajari untuk tetap meneruskan Bong Supit Bogem.

Sejarah Bong Supit Bogem

Menurut Pak Bardo, Bong Supit Bogem sudah ada sejak tahun 1939. Pertama kali didirikan oleh ayahnya dan bertempat di sisi utara Jalan Solo-Jogja Km. 15, persis di tempatnya sekarang berdiri.

"Dulu Ayah saya berguru dengan jusu supit Keraton Yogyakarta, namanya Raden Penewu Sutadi Hadiwiyoto. Guru ayah saya ini dulunya juru supit paling terkenal di Jogja", kata Pak Bardo.

Sejak dahulu, kata dia, Bong Supit Bogem merupakan langganan pangeran-pangeran putra dari Sultan Keraton Yogyakarta melakukan khitanan, sedangkan untuk saat ini Bong Supit Bogem sudah dibuka untuk umum.

3 dari 5 halaman

Pasien Bong Supit Bogem

Seiring pekembangan zaman, pasien Bong Supit Bogem terus berkembang. Tak cuma anak-anak dari Jogja saja, tapi juga datang dari berbagai daerah lain.  “Wah sudah dari seluruh nusantara mas”, katanya dengan semringah.

Kebanyakan pasien memang berasal dari Jogja dan Jawa Tengah, namun Pak Bardo menceritakan bahwa tidak jarang ada pasien dari luar Pulau Jawa datang, bahkan ada juga yang berasal dari luar negeri.

Jika memasuki musim liburan, sudah dipastikan Bong Supit Bogem ini dipenuhi oleh anak-anak yang ingin disunat. Sedangkan, para orang dewasa yang hendak sunat juga, biasanya datang saat hari biasa.

Saat liburan sekolah, jumlah pasien di Bong Supit Bogem bisa mencapai 150 - 200 orang. Bong Supit Bogem tidak pernah mempromosikan tempatnya atau membuat iklan di media massa.

"Ya, kalau libur sekolah kadang bisa 200 itu lebih mas, bahkan ada yang sampai menginap dulu karena sampenya malam" tambahnya.

Hingga kini Bong Supit Bogem tidak pernah sepi pengunjung, khususnya di hari libur sekolah. Saat satu generasi dalam satu keluarga telah dibawa ke tempat khitan satu ini, maka secara otomatis generasi anak daan cucunya juga akan dibawa ke Bong Supit Bogem.

Bong Supit Bogem akan terasa begitu penuh saat hari libur sekolah. Apalagi anak-anak yang akan sunat tersebut biasanya membawa rombongan sekeluarga. Tentunya membuat Bong Supit Bogem penuh sesak. Bahkan ruang tunggu tempat ini begitu luas menggunakan bangunan lainnya melihat betapa banyaknya pasien dan rombongan.

4 dari 5 halaman

Motto: tidak sakit dan cepat kering

Banyak orang yang mengatakan bahwa layanan sunat di Bogem ini berbeda dengan di tempat lain. Proses sunat di Bong Supit Bogem ini dikenal prosesnya cepat, tidak sakit dan cepat sembuh. Hal ini menjadi salah satu alasan banyak orang yang datang ke tempat ini.

Hal ini juga sesuai dengan motto dari Bong Supit Bogem sendiri, seperti yang disampaikan Pak Bardo saat ditanya kenapa banyak orang yang memilih sunat di sana.

“Motto Bong Supit Bogem ini tidak sakit dan cepat kering, orang kalau sunat nyarinya yang tidak sakit dan cepat sembuh mas”

Kebanyakan pasien memilih sunat di Bong Supit Bogem adalah karena faktor keturunan terdahulu yang telah melakukan sunat di tempat ini.

 

Sebelum masuk ke ruang sunat, anak-anak melakukan semacam ritual dengan berfoto dengan latar belakang interior Bong Supit Bogem. Biasanya ada juga yang mengajak keluarga yang mengantar berfoto di sini. Hal ini bisa menjadi kenang-kenangan telah melakukan sunat di Bogem.

Selanjutnya, ketika proses sunatan berlangsung, keluarga yang mendampingi tidak boleh ikut masuk ke dalam ruang sunat dan harus menunggu di luar ruangan.

5 dari 5 halaman

Tak Perlu Takut-takuti Anak Saat Akan Sunat

Lama bercerita tentang Bong Supit Bogem, Pak Bardo kembali membahas tentang sunat bagi anak-anak. Pak Bardo mengkritisi kebiasaan yang kerap kali dilakukan oleh banyak orang pada saat anak akan disunat, yaitu kebiasaan menakut-nakuti. Ya, kebiasaan ini mungkin tidak hanya didengarkan dari teman sebaya si anak saja, bahkan dari pihak keluarga pun tak jarang melakukannya.

Mereka sering mengatakan bahwa sunat itu sakit, sunat itu menggunakan kapak dan rasanya seperti dipatok ular, dan lain sebagainya. "Kata-kata tersebut bisa membuat mental si anak menjadi runtuh dan malah takut untuk disunat pada akhirnya," terangnya.

Pak Bardo menceritakan kepada Liputan6.com bahwa ada seorang anak yang saat akan disunat ketakutan karena ditakut-takuti oleh pamannya. Keluarga yang sudah mengantarkan tentunya marah besar kepada oom yang telah menakut-nakuti tersebut.

“Mungkin tujuannya memang guyon saja, namun kita kan gak tahu gimana keadaan mental anak”, kata Pak Bardo. “Anak yang mau sunat harus dibesarkan hatinya bahwa sunat zaman ini tidak sakit dan cepat sembuh.” tambahnya.

Video Terkini