Liputan6.com, Jakarta Ciri-ciri air ketuban merembes tanpa kontraksi perlu dikenali dengan segera. Munculnya cairan di masa kehamilan memang sangat lazim terjadi. Jenis cairan yang keluar dari vagina pun menjadi lebih beragam dan lebih banyak.
Kondisi ini menyebabkan ibu hamil cukup kesulitan untuk membedakan antara air ketuban merembes, urine, atau cairan vagina lainnya. Oleh karena itu, untuk membedakannya Anda perlu mengetahui ciri-ciri air ketuban merembes tanpa kontraksi.
Advertisement
Baca Juga
Ibu hamil yang dipastikan mengalami air ketuban merembes perlu sangat waspada. Apabila kondisi ini dibiarkan secara terus menerus akan mengakibatkan jumlah air ketuban yang melindungi janin akan berkurang.
Parahnya lagi, air ketuban merembes tanpa kontraksi yang terjadi pada trimester ketiga akan menyebabkan kesulitan selama proses persalinan. Karena kondisinya tidak bisa disepelakan, untuk itu Anda perlu benar-benar memahami dan mengengal ciri-ciri air ketuban merembes tanpa kontraksi.
Berikut Liputan6.com telah merangkum dari berbagai sumber ciri-ciri air ketuban merembes tanpa kontraksi yang sangat mudah dikenali. Telah dirangkum dari berbagai sumber, berikut ulasannya, Rabu (30/10/2019).
Air Ketuban Merembes Tanpa Kontraksi
Ada berbagai macam bentuk perubahan yang dialami oleh ibu hamil di masa kehamilan. Salah satu perubahan yang biasa terjadi di masa kehamilan adalah ibu hamil cukup sering mengeluarkan cairan dari vagina yang lebih beragam dan lebih banyak.
Kondisi ini perlu diwaspadai karena beberapa ibu hamil cukup sulit membedakan antara air ketuban merembes, urine, atau cairan vagina lainnya. Untuk membedakannya, ibu hamil perlu mengetahui ciri-ciri air ketuban merembes tanpa kontraksi.
Sebenarnya tidak semua air ketuban merembes merupakan kondisi yang berbahaya. Ketika usia kehamilan memasuki usia 37 minggu, air ketuban memang akan berkurang. Hal ini dikarenakan tubuh sedang mempersiapkan proses kelahiran bayi.
Namun, apabila air ketuban merembes dari vagina terbilang cukup banyak dan terjadi terus menerus, maka Anda perlu waspada. Air ketuban merembes disertai dengan gejala tertentu bisa menandakan adanya infeksi pada ketuban, gangguan pada bayi di dalam kandungan, atau ketuban pecah dini.
Air ketuban berfungsi untuk menjaga kondisi janin di dalam kandungan. Oleh karena itu, jika dirasa ada masalah pada air ketuban Anda perlu segera bertemu dengan dokter bersalin Anda. Air ketuban merembes yang dibiarkan akan menyebabkan kesulitan selama proses persalinan.
Advertisement
Ciri-ciri Air Ketuban Merembes Tanpa Kontraksi
Perhatikan Warna Air Ketuban
Ciri-ciri air ketuban merembes tanpa kontraksi yang mudah dikenal pertama adalah warnanya. Pada air ketuban memiliki warna bening dan terkadang berwarna kekuningan.
Ciri lainnya, air ketuban sering meninggalkan bercak bintik-bintik putih di pakaian dalam namun tidak berbau. Air ketuban yang merembes juga biasanya disertai lendi dan sedikit berdarah.
Bedanya dengan urine, memiliki bau yang khas. Sedangkan cairan vagina lainnya seperti keputihan biasanya berwarna putih atau kekuningan dan kental.
Perut Bagian Bawah Terasa Ada Tekanan
Ciri-ciri air ketuban merembes tanpa kontraksi selanjutnya adalah Anda merasakan tekanan pada perut bagian bawah. Tekanan pada perut bagian bawah ini seringkali diikuti dengan munculnya cairan dalam vagina.
Merasakan Ada yang Pecah
Ciri-ciri air ketuban merembes tanpa kontraksi lainnya adalah merasakan ada yang pecah. Kondisi pecahnya kantng ketuban dapat dirasakan oleh ibu hamil yang cukup peka dengan semua perubahan pada tubuhnya selama masa kehamilan.
Ibu hamil biasanya akan merasakan seperti ada gelembung yang pecah. Kondisi ini merupakan pertanda adanya masalah pada ketuban ibu hamil yang menyebabkan merembesnya cairan dari dalam vagina.
Waspadai Air Ketuban yang Keluar Banyak
Anda perlu waspada jika air ketuban yang keluar dari vagina terbilang banyak dan terjadi terus menerus. Selain itu, apabila cairan yang keluar berwarna hijau atau kuning kecokelatan, bertekstur kental, serta diiringi dengan gejala lain seperti merasa sering ingin buang air kecil, air ketuban beraroma tidak sedap, tanda-tanda gawat janin, atau demam.
Apabila air ketuban merembes disertai dengan gejala tersebut bisa menandakan adanya infeksi pada ketuban, gangguan bayi di dalam kandungan, atau ketuban pecah dini. Apabila itu terjadi, maka Anda perlu menemui dokter segera.
Penyebab Air Ketuban Merembes Tanpa Kontraksi
Air ketuban merembes menjelang masa persalinan atau terjadi saat usia kehamilan sudah cukup bulan merupakan kondisi yang normal. Namun, apabila air ketuban merembes keluar sebelum waktunya (di bawah 37 minggu) dan tidak disertai adanya tanda-tanda persalinan, maka Anda perlu mewaspadainya.
Ada beberapa faktor risiko penyebab air ketuban merembes tanpa kontraksi terlalu awal atau air ketuban pecah dini, seperti:
- Pernah menjalani tindakan medis atau operasi pada leher rahim
- Mengandung anak kembar
- Menderita infeksi seperti infeksi seksual menular dan infeksi saluran kemih
- Punya kelainan bentuk rahim atau leher rahim pendek
- Perdarahan vagina di trimester kedua dan ketiga
- Pernah melahirkan prematur pada persalinan sebelumnya
Penyebab air ketuban merembes lebih tinggi terjadi karena memiliki gaya hidup yang tidak sehat seperti mengonsumsi minuman beralkohol, merokok, jarang mengonsumsi makanan bergizi, dan jarang berolahraga.
Â
Advertisement
Bahaya Air Ketuban Merembes Tanpa Kontraksi
Sebenarnya air ketuban merembes merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada masa kehamilan jika jumlahnya sedikit dan tidak terlalu sering. Tetapi, Anda perlu tetap waspada apabila air ketuban merembes dibiarkan terus menerus maka akan mengurangi jumlah air ketuban yang berfungsi melindungi janin.
Apabila terjadi, maka ada beberapa risiko yang terjadi jika Anda kehilangan banyak air ketuban di trimester pertama dan kedua. Berikut beberapa risikonya:
- Keguguran
- Bayi lahir prematur
- Bayi mengalami cacat
- Kematian bayi
Sedangkan kehilangan air ketuban dalam jumlah trimester ketiga akan menyebabkan kesulitan pada proses persalinannya. Kondisi ini akan mengakibatkan tali pusar terjepit dan melilit di leher bayi sehingga mengurangi oksigen ke janin.
Hal ini juga meningkatkan risiko perlu dilakukannya operasi caesar pada saat persalinan.