Sukses

Heboh Muncul Buaya Berkalung Ban di Palu, Ini 5 Faktanya

Kemunculan buaya berkalung ban di Sungai Palu bikin heboh masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini masyarakat dihebohkan dengan kabar kemunculan buaya di Palu, Sulawesi Tengah. Tak seperti kemunculan buaya seperti biasanya, terdapat ban bekas yang melilit di lehernya.

Kemunculan buaya berkalung ban di Sungai Palu ini membuat heboh masyarakat. Buaya yang muncul tepatnya di bawah Jembatan I Jalan I Gusti Ngurahrai ini memiliki tubuh yang besar. Kemunculannya sontak menarik perhatian terutama untuk membebaskan buaya tersebut dari lilitan ban di lehernya.

 

Beragam cara pun dilakukan oleh masyarakat sekitar. Mulai dari mengadakan sayembara hingga dibentuknya tim khusus yang diterjunnya. Hal ini pun didukung oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) hingga Gubernur Sulawesi Tengah.

Menurut pantauan Liputan6.com di Sungai Palu tepatnya di jalan I Gusti Ngurah Rai pada Minggu sore (2/2/2020), buaya yang diperkirakan berusia 9 tahun dengan panjang hampir 5 meter itu menampakkan diri tengah berjemur.

Membuat heboh masyarakat dan pemerhati lingkungan, berikut ini 5 fakta buaya berkalung ban yang dirangkum dari berbagai sumber oleh Liputan6.com, Senin (3/2/2020).

2 dari 6 halaman

1. Terjerat Ban Hampir 3 Tahun

Menurut warga sekitar buaya berkalung ban di Sungai Palu pertama kali menampakkan diri pada 2016, dan langsung menjadi perhatian banyak pihak. Tidak ketahui pasti bagaimana ban sepeda motor itu bisa menjerat leher hewan tersebut.

Jerat ban motor itu semakin menyiksa si buaya lantaran tubuhnya yang semakin membesar, bahkan saat ini panjangnya sudah mencapai sekitar 5 meter.

Terjerat ban di lehernya selama hampir 3 tahun, banyak masyarakat yang kasihan dengan buaya yang diperkirakan berusia 9 tahun itu.

"Mudah-mudahan segera bisa diselamatkan, karena makin lama ukuran badannya semakin besar dan makin mencekik lehernya," harapan Daeng, warga Kelurahan Tatura, Palu Selatan, dikutip dari Merdeka.

Bahkan warga kerap memberikan makanan pada buaya besar itu berupa seekor ayam.

"Dia (buaya berkalung ban) sering diberi makan warga kalau muncul. Yang penting tidak diganggu, dia tidak agresif. Bahkan banyak orang mendekat kalau dia muncul," lanjut pria paruh baya itu.

Warga sekitar merasa dekat dengan buaya lantaran sang buaya memang tak agresif. Menurut beberapa warga lainnya, belum pernah ada kasus serangan buaya. Baik ke warga maupun hewan ternak yang kerap digembala di padang rumput tepi sungai.

3 dari 6 halaman

2. Diadakan Sayembara

Kemunculan buaya berkalung ban ini tentunya membuat perhatian masyrakat dan pemerhati lingkungan. Tidak ada satu pun yang bisa mengeluarkan ban dari kepala buaya, membuat Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sulawesi Tengah akhirnya menggelar sebuah sayembara.

"Sayembara ini dimaksudkan untuk mengeluarkan ban bekas yang terlilit di leher buaya," kata Kepala BKSDA Sulawesi Tengah Hasmuni Hasmar di Palu, dikutip dari Antara, Senin (3/2/2020).

Selain hadiah uang, pihak BKSDA Sulteng juga akan memberikan penghargaan kepada mereka yang berhasil melepas ban yang sudah 3 tahun lebih berada di leher buaya tersebut.

Diadakannya sayembara ini lantaran keinginan masyarakat dan pihak BKSDA untuk melepaskan ban yang melilit buaya tersebut. Sejumlah pihak sudah mencoba mengeluarkan ban dari kepala sang buaya. Termasuk Muhammad Panji alias Panji Petualang.

4 dari 6 halaman

3. Sayembara Gagal

Beberapa hari sayembara dibuka, nyatanya belum membuahkan hasil. Menurut Kepala BKSDA Sulawesi Tengah Hasmuni Hasmar di Palu, pada awal Januari 2018 Panji juga sudah berupaya menolong buaya tersebut. Namun gagal.

Tidak hanya Panji, diketahui sejumlah non-governmental organization (NGO) asal Australia juga pernah mencoba menolong buaya ini dari jeratan ban bekas. Sudah beberapa kali gagal, akhirnya sayembara ini pun telah ditutup.

"Ia sayembaranya kita tutup," ungkap Kepala BKSDA Sulteng, Hasmuni Hasmar, saat mengunjungi Sungai Palu, lokasi dimana buaya berkalung ban tersebut kerap muncul, dilansir Antara.

5 dari 6 halaman

4. Bentuk Tim Khusus

Setelah sayembara resmi ditutup, pihak BKSDA telah berkonsultasi dengan Direktur Jenderal Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Mereka akan menyiapkan tim khusus, serta peralatannya ke Kota Palu.

"Saya sudah berkonsultasi dengan Pak Direktur. Pokoknya BKSDA tidak akan menyerah. Tim yang dibentuk peralatan telah disiapkan," lanjutnya Kepala BKSDA Sulteng.

Rencananya tim khusus ini akan tiba di Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Selasa (4/2/2020) besok.

6 dari 6 halaman

5. Buaya Sulit Ditangkap

Gagalnya penyelamatan buaya berkalung ban ini lantaran buaya sulit ditangkap. Warga yang tinggal tak jauh dari Sungai Palu mengungkapkan jika buaya berukuran lima meter itu memang kerap menunjukkan diri, namun upaya menangkap dan melepas ban di lehernya urung dilakukan.

Saat buaya itu dicari, justru buaya besar tersebut tak menampakkan diri. Selain itu, peralatan yang tidak memadai membuat warga khawatir atas aksi pelepasan ban yang justru bisa saja membuat si buaya terluka.