Liputan6.com, Jakarta Hingga kini Kawasan Timur Tengah masih terjadi konflik senjata yang meletus sejak 2011 silam. Terbaru, Pasukan Turki kembali membombardir posisi tentara Suriah. Turki menyerang wilayah pinggiran barat Provinsi Idlib, Suriah barat laut, pada Sabtu (22/2/2020) waktu setempat.
Konflik bersenjata tersebut membuat dentuman suara pesawat perang hingga bom terus terngiang. Tak sedikit warga sipil yang tak terlibat pun merasakan kekhawatiran dan ketakutan. Terutama bagi anak-anak yang tak bersalah.
Advertisement
Baca Juga
Puluhan kendaraan militer melintasi daerah zona perang yang dihuni para warga sipil, membuat anak-anak bisa saja merasa trauma dengan perang. Hal tersebut pun disadari oleh seorang pria yang tinggal di dekat zona perang.
Pria bernama Abdullah al-Mohamed memiliki anak perempuan cantik berusia 3 tahun. Masih berlangsungnya perang di tengah-tengah kehidupan mereka membuat Abdullah mengajarkan anaknya agar tak takut dengan suara bom.
Aksi Abdullah ajarkan anaknya tertawa saat dengar suara bom diunggah oleh akun Twitter @alganmehmett pada Senin (17/2/2020). Video tersebut bahkan sudah ditonton sebanyak 2,1 juta pengguna Twitter seperti Liputan6.com kutip, Rabu (26/2/2020).
Ajarkan Anak Tertawa saat Dengar Bom
Dilansir dari Siakapkeli oleh Liputan6.com, Rabu (26/2/2020) Abdullah al-Mohamed mengajarkan dan membiasakan putri kecilnya bernama Salwa yang masih berusia 3 tahun untuk tertawa saat dengar bom.
Salwa dan ayahnya tinggal di Sarmada, sebuah wilayah kecil di antara Suriah dan Turki. Mereka yang terjebak akibat dua negara tengah berperang, membuat Abdullah khawatir jika Salwa trauma. Hal tersebut pun membuat Abdullah membuat sebuah permainan.
"Pesawat atau bom?" tanya Abdullah dalam video.
"Bom!" sahut Salwa.
"Ia akan jatuh sekarang, kita boleh tertawa".
Setelah terdengar bom, Salwa tampak tertawa dengan kuat di samping ayahnya.
Advertisement
Khawatir Jika Anaknya Trauma
Meski dalam video berdurasi singkat itu memperlihatkan tawa bahagia, nyatanya tidak. Abdullah menyadari jika perang tersebut tetaplah hal yang menyedihkan. Ia hanya ingin mengalihkan perhatian anaknya agar tak trauma dengan suasana perang.
"Suatu hari saat hari besar, anak-anak bermain petasan. Mereka tampak gembira namun Salwa begitu ketakutan dengan bunyi itu," ungkap Abdullah dikutip dari Siakapkeli.
"Saya mengajak Salwa ke balkon kemudian menunjukkan sesuatu padanya. Bahwa itu hanya permainan yang dimainkan untuk menyambut hari raya," lanjutnya.
Cara yang sama itulah ia gunakan saat perang Turki dan Suriah kembali panas pekan lalu.
"Saya perlu membuang ketakutan dalam hatinya. Saya ingin dia mengaitkan bunyi kuat ini dengan sesuatu yang lucu," ucap Abdullah dilansir dari Al-Jazeera.
Khawatir saat Salwa Besar
Untuk saat ini, Abdullah tak terlalu khawatir lantaran Salwa masih berusia 3 tahun. Namun tidak untuk masa depan. Pria itu tak yakin jika "lelucon" itu tak bisa bertahan lama.
"Saya tetap khawatir saat ia besar nanti, letupan bom terus terjadi. Dan saat ia besar, permainan itu tak lagi berlaku dan bisa melindunginya dari trauma psikologis yang mendalam," ujar Abdullah.
"Saya ingin dunia tahu, kami bukan orang yang ganas seperti yang dikabarkan. Kami adalah manusia, kami adalah jiwa yang mempunyai nilai dan hak untuk terus hidup seperti orang lain di belahan dunia lain," ucap Abdullah.
Advertisement