Sukses

6 Suku Paling Terpencil di Dunia, Sebagian Terancam Punah

Beberapa suku di dunia ini terletak di daerah terpencil yang susah dijangkau.

Liputan6.com, Jakarta Suku yang terletak di wilayah terpencil tentunya susah dijangkau untuk dikunjungi. Kehidupan mereka yang jauh dari hingar bingar kota metropolitan tak jarang menarik perhatian. Selain itu, kehidupan mereka yang masih sangat identik dengan alam menarik untuk diketahui. 

Suku-suku yang terletak di wilayah tersembunyi ini tentunya sangat susah dijangkau dengan mobil, helikopter, atau alat transportasi lainnya. Terletak di tengah hutan membuat suku-suku ini susah untuk dikunjungi. Selain di Indonesia, rupanya di beberapa negara di dunia masih ada suku-suku terpencil yang keberadaannya susah untuk dijangkau.

Hidup di wilayah terpencil tentunya tidak selamanya aman. Beberapa dari suku terpencil ini pun tak jarang menerima ancaman dari luar. Selain itu, masyarakat yang tinggal di suku pedalaman tak jarang pula hidup secara nomaden. Keberadaan suku terpencil ini pun diketahui melalui peninggalan-peninggalan arkeologi.

Adat istiadat yang masih sangat melekat dalam kehidupan masyarakat suku pedalaman tentunya menarik ditelusuri. Seperti yang dilansir dari Brain Berries pada (19/5/2020) terdapat beberapa suku terpencil yang susah dijangkau, dan tak jarang kehidupannya kerap kali mendapatkan ancaman dari luar.

 

2 dari 7 halaman

1. Suku Sentinel di Kepulauan Andaman

Suku Sentinel menjadi suku terasing yang paling banyak dibicarakan sampai saat ini. Berlokasi di Pulau Sentinel Utara, wilayah yang secara teori dikelola oleh India tapi dalam prakteknya penduduknya diberikan semacam otonomi penuh, suku ini sangat tidak bersahabat kepada mereka yang mendekati pulau itu. 

Bahasa yang mereka gunakan sangat misterius sehingga belum dapat di klasifikasi. Mereka diketahui tidak melakukan aktivitas pertanian. Selain itu, meski telah menggunakan api, belum jelas apakah mereka mengerti cara membuatnya. 

Terdapat larangan untuk mengunjungi pulau itu, meskipun itu tidak menghentikan seorang misionaris Amerika untuk mendarat dan mencoba mengkonversi suku Sentinel ke Kristen pada November 2018. Namun, hal yang tidak diinginkan pun terjadi.

3 dari 7 halaman

2. Suku Awá di Brazil

Suku Awá adalah dianggap sebagai yang paling terancam punah. Mereka hidup di hutan-hutan Amazon, di sepanjang perbatasan Brazil-Peru. Dari 600 anggota suku itu yang telah diketahui, hanya sekitar 100 orang yang masih menjalani kehidupan nomaden. Dua ancaman terbesar untuk eksistensi mereka adalah penebangan ilegal dan kebakaran hutan.  

4 dari 7 halaman

3. Suku Ayoreo di Paraguay

Suku Ayoreo dipercaya sebagai kelompok suku asli terakhir Amerika Selatan di luar Lembah Amazon yang belum berhubungan dengan dunia luar. Misionaris-misionaris Kristen pertama kali bertemu dengan suku Ayoreo pada tahun 1720an. Namun, misi itu telah ditinggalkan sekitar tahun 1740an dan suku Ayoreo dibiarkan sendirian sampai 200 tahun berikutnya.

Pada awal abad 19, anggota-anggota suku Ayoreo telah dibunuh dalam berbagai aksi genosida dan penculikan anak. Sementara kebanyakan dari 5.600 anggota suku Ayoreo sekarang tinggal di berbagai pemukiman, sekitar 100 lainnya tetap tak bisa dijangkau dan tetap hidup secara nomaden di rimbunnya Hutan Cacho.

Hingga saat ini para penebang hutan masih meratakan hutan di sekitar mereka dengan buldoser, hal tersebut menyebabkan suku Ayoreo mengungsi lebih jauh ke dalam hutan. Selain penebangan hutan, paparan berbagai penyakit di mana mereka tidak memiliki imunitas, juga mengancam menurunkan populasinya.

5 dari 7 halaman

4. Suku Mascho Piro di Peru

Masyarakat suku Mascho Piro di Peru hanya berjumlah sekitar 100 hingga 250 orang. Suku Mashco Piro menghadapi banyak ancaman sebagai hasil dari penebangan kayu dan eksplorasi minyak/gas. Pada tahun 1894, sebagian besar dari nenek moyang mereka telah dibantai oleh tentara bayaran dari seorang tuan tanah perkebunan karet, Carlos Fitzcarrald.

6 dari 7 halaman

5. Suku Yanomami di Venezuela

Selama ribuan tahun suku Yanomami tinggal di hamparan hutan tropis yang meliputi wilayah selatan Venezuela dan utara Brazil. Mayoritas dari 35.000 populasi Yanomami hidup di desa-desa yang menghiasi wilayah itu. Tetapi, sejumlah anggota suku Moxateteu, nama yang diberikan untuk salah satu dari mereka yang belum berhubungan dengan dunia luar, relatif besar.

Wabah Campak mengacaukan jumlah populasinya pada 1960an dan 500 lainnya telah terinfeksi pada tahun 2018. Selain itu, penambangan emas menjadi ancaman lain sukyu Yanomami.

7 dari 7 halaman

6. Suku Kawahiva di Brazil

Sejauh ini, bukti utama keberadaan suku Kawahiva hanyalah peninggalan-peninggalan arkeologi seperti rumah, anak panah, gubuk yang ditinggalkan, dllnya. Sebuah video pada tahun 2011 yang berisi tentang suku tersebut, berhasil menarik perhatian masyarakat seluruh dunia.

Suku Kawahiva hanya terdiri dari 30 individu dan tinggal di dekat kota Colniza, Brazil. Selain itu, Suku Kawahiva dikenal sebagai manusia pendek atau orang berkepala merah.  Meskipun mereka menjalani gaya hidup nomaden sebagai akibat ancaman dari luar, terdapat bukti bahwa mereka pernah hidup di pemukiman tetap.Â