Liputan6.com, Jakarta Kisah pembunuhan sering kali membuat seseorang menjadi takut untuk berdekatan dengan orang asing. Namun bagaimana jadinya jika pembunuhan itu dilakukan oleh teman sendiri. Bahkan orang yang dianggap sudah akrab ini melakukan pembunuhan berencana.
Baca Juga
Advertisement
Baru-baru ini kejadian tidak menyenangkan menimpa seorang pria bernama Harry Sumantri. Pria asal Indonesia yang kini tinggal di Australia tersebut nyaris mengalami pembunuhan berencana oleh temannya sendiri. Harry nyaris dimutilasi oleh teman baiknya di Australia.
Akibat kejadian yang menimpanya, pria 26 tahun ini mengalami retakan pada bagian kepala hingga tangan patah. Harry menjelaskan bahwa ia telah dipukul oleh temannya menggunakan palu di bagian kepala sebanyak 20 kali. Saat kejadian mencekam itu berlangsung, Harry sempat berteriak meminta bantuan.
"Tolong, seseorang ingin membunuhku. Setelah satu menit, itu seperti lebih dari 20 pukulan di kepalaku," kata Harry seperti dikutip oleh Liputan6.com dari 7News, Jumat (12/6/2020).
Temannya yang bernama Kevin Arden itu diduga menyerangnya dengan palu sekitar 18:15 pada hari Jumat.Beruntung, Harry segera dibawa ke Rumah Sakit St. Vincent setelah seorang temanya yang lain datang menolong.
Berawal dari Menagih Hutang Hand Sanitizer
Ia mengaku sudah mengenal Kevin sejak 2017 dan tinggal bersama di sebuah apartemen di Sydney, Australia. Harry pun menceritakan kronologi pembunuhan berencana yang dilakukan oleh temannya itu berawal dari pinjaman uang untuk bisnis hand sanitizer.
Awalnya Harry menagih utang pada Kevin Rp 737 juta. Diketahui temannya itu meminjam uang Harry untuk berinvestasi dalam penjualan hand sanitizer yang rencananya akan dipasarkan di Indonesia. Harry pun mengingatkan Kevin untuk segera membayar karena sudah jatuh tempo.
"Tanggal jatuh tempo adalah Senin lalu, tapi kemudian dia selalu berkata, 'Oke, besok ...'," kata Harry.
Pria asal Indonesia itu pun tak menyangka respon Kevin Arden sangat buruk setelah ditagih hutang. Mengingat Harry dan Kevin adalah teman baik dan tinggal satu apartemen selama lebih dari dua tahun. Lalu di malam kejahatan itu, Harry diberi minuman kopi jahe.
Saat itu, Harry mulai merasa aneh dengan tingkah sang teman. Tak biasanya temannya itu menawarinya minuman. Harry pun meminum kopi jahe itu tanpa dihabiskan. Kemudian ia pergi ke kamar dan merasa sangat mengantuk. Di kondisi setengah sadar, Kevin langsung memukulnya. Namun Harry Sumantri tidak bisa melawan karena merasa itu adalah mimpi.
Dalam kondisi kamar yang gelap, ia tak bisa melihat orang yang memukulnya. Harry sempat mengira orang yang memukulnya adalah pencuri yang masuk ke apartemennya. Kemudian ia berusaha menyelamatkan diri keluar dari kamar, namun orang yang memukulinya itu menahannya.
Ketika Harry menyalakan lampu, ia terkejut mendapati orang tersebut adalah teman dekatnya. Harry pun menangis dan berteriak meminta tolong. Teman sekamar lainnya mendengar tangisan Harry dan langsung turun menghentikan aksi serangan Kevin Arden.
Teman sekamar Harry lainnya mendapati wajah Harry sudah dipenuhi darah dan langsung menghubungi polisi dan ambulans. Kemudian ia berusaha menyelamatkan Harry dengan mendobrak pintu hingga Kevin terjepit.
Polisi NSW pun menduga jika ketiganya telah hidup bersama selama lebih dari dua tahun tanpa masalah, namun karena menagih hutang ia ingin membunuh Harry Sumantri. Kini Kevin Arden telah ditangkap dan dibawa ke Rumah Sakit Royal Prince ALfred. Pihak kepolisian menuduhnya telah menyebabkan cedera atau luka serius dengan niat membunuh.
Advertisement
Dugaan Akan Dimutilasi
Esok harinya, polisi dan detektif melakukan wawancara dengan Harry. Pihak kepolisian menyampaikan bahwa menemukan barang-barang diduga untuk memutilasi Harry.
"Di samping tempat tidur dia ada pemutih, gergaji manual, sarung tangan, plastik pembungkus makanan dan tempat sampah besar. Alat ini dipercaya polisi untuk menyembunyikan tubuh manusia," ungkapnya
Harry yang merupakan Warga Negara Indonesia nyaris dimutilasi teman baiknya di Australia merasa terkejut dengan hasil pemeriksaan polisi. Ia tak menyangka teman baiknya berencana membunuhnya.