Sukses

Demi Sinyal Internet, Mahasiswi Ini Rela Belajar di Tengah Hutan

Wanita ini juga rela bertenda di hutan.

Liputan6.com, Jakarta Belajar dan mengerjakan tugas kuliah tidak hanya dapat dilakukan di rumah saja. Seiring perkembangan zaman, mahasiswa kini sering mengerjakan tugas kuliah di luar rumah. Seperti di kedai kopi, taman dan lain sebagainya.

Apalagi dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, mahasiswa kini dapat mengikuti pelajaran melalui internet atau e-learning. Hanya saja, terkadang teknologi juga mempunyai kelemahan yang cukup mengganggu. Seperti sinyal atau koneksi internet yang tidak stabil dan lambat. 

Seperti yang dialami olah salah seorang mahasiswa di Malaysia yang bernama Rose Nawie Anjap ini. Di saat merebaknya pandemi Corona Covid-19, proses perkuliahan dilakukan secara online. Namun ia mengalami kesulitan mengikuti kelas online tersebut karena koneksi internet yang tidak stabil.

Bahkan ia harus pergi ke tengah hutan untuk mendapatkan koneksi internet yang lebih baik. Wanita berusia 24 tahun itu tinggal di sebuah rumah panjang di Pakan, Sarawak, yang berjarak empat hingga lima jam perjalanan dari ibu kota Kuching. 

Siswa tahun terakhir di Universitas Pendidikan Sultan Idris ini berbagi cerita di akun Facebooknya tentang bagaimana ia harus menjelajah ke hutan untuk mendapatkan koneksi internet yang stabil agar bisa mengikuti kelas online. Rose bercerita bahwa ia harus bangun pagi untuk masuk ke suatu daerah di hutan di mana keluarganya biasa menyadap karet. 

2 dari 3 halaman

Bertenda di Dalam Hutan

Di hutan itu terdapat jangkauan koneksi internet yang lebih baik daripada di rumahnya. Rose juga menambahkan bahwa ia memiliki paket internet seluler dengan masa berlaku tujuh hari. Selain laptop dan catatan untuk e-learning, Rose juga harus membawa parang untuk membuka semak-semak dan menciptakan tempat yang nyaman belajar di hutan. Ia juga memasang tenda untuk menghindari gigitan nyamuk, sehingga ia dapat belajar dengan tenang.

"Saya melakukan presentasi online pada hari itu dari jam 9 pagi sampai jam 11 pagi. Jadi saya duduk di bawah jaring untuk menghindari gigitan nyamuk. Kalau tidak, saya harus menghabiskan banyak waktu untuk menepuk nyamuk atau menggaruk sendiri," kata Rose seperti dikutip oleh Liputan6.com dari The Star, Rabu (1/7/2020).

Rose tidak sendirian masuk ke hutan di hari pertama. Ia ditemani oleh ayahnya ketika ia mencoba untuk bergabung dengan kelas selama tiga jam yang dimulai pukul 2 siang.

"Namun, saya tidak bisa bergabung dengan kelas karena hujan mulai turun saat itu," kata Rose.

Kemudian ia terinspirasi untuk membagikan kisahnya setelah membaca tentang Veveonah Mosibin, seorang siswa Sabahan yang duduk di atas pohon untuk koneksi internet yang stabil menjadi viral baru-baru ini. Dengan membagikan ceritanya, Rose ingin meningkatkan kesadaran tentang perjuangan yang dialami siswa di daerah pedesaan untuk pembelajaran elektronik dan berharap bahwa situasi akan membaik jika ceritanya mendapat perhatian dari pihak-pihak terkait. 

3 dari 3 halaman

Kisahnya Menjadi Viral

Tidak disangka unggahan Facebook Rose tersebut menjadi viral. Hingga kini unggahannya sudah dibagika lebih dari 4.000 kali dan mendapat sekitar 1.000 komentar.

"Saya tidak berharap kisah saya menjadi viral dengan waktu yang begitu cepat. Saya tersentuh oleh komentar positif. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang atas kata-kata dan dorongan semangat mereka," tuturnya.

Pada 25 Juni, Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa upaya sedang dilakukan untuk meningkatkan konektivitas dan layanan Internet di daerah pedesaan Sarawak. Rose kemudian juga membagikan di akunnya, bahwa pihak Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia mengunjungi Pakan pada 26 Juni dan memberitahu bahwa akan ada perbaikan di daerahnya.

"Saya berharap untuk melihat beberapa perbaikan segera, karena siswa diharapkan untuk melanjutkan e-learning dalam waktu yang lama. Kelas online saya akan berlanjut hingga Desember 2020," ungkap Rose.