Sukses

Jenis Minuman Berkarbonasi dan Perbedaanya dengan Soda, Kenali Efek Sampingnya

Jenis minuman berkarbonasi lebih alami dibandingkan dengan soda.

Liputan6.com, Jakarta Jenis minuman berkarbonasi kerap kali disamakan dengan soda. Hal ini karena bentuk dan cara mengonsumsinya yang memang cukup mirip. Minuman berkarbonasi dan soda sama-sama memiliki ciri-ciri gelembung air yang biasanya menempel di wadahnya.

Bahkan, dari sisi kandungan karbonasi, kedua minuman ini juga cukup mirip. Namun, ternyata minuman berkarbonasi dan soda memiliki beberapa perbedaan mendasar. Terutama dari kandungannya selain karbonasi.

Jenis minuman berkarbonasi lebih alami dibandingkan dengan soda. Namun, kebanyakan orang mungkin akan lebih mengenal minuman soda daripada minuman berkarbonasi, karena banyaknya jenis produk minuman soda yang beredar di pasaran.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (26/8/2020) tentang jenis minuman berkarbonasi.

2 dari 4 halaman

Perbedaan Minuman Berkarbonasi (Sparkling Water) dan Soda

Jenis minuman berkarbonasi bisa dikenal juga dengan sparkling water. Sparkling water merupakan jenis air minum dalam kemasan yang mengandung karbon dioksida. Dilansir dari situs Healthline, sparkling water adalah air yang berkarbonasi secara alami. Jenis minuman berkarbonasi ini mendapat karbonasi dari mata air yang punya karbonasi alami pada tempat sparkling water diambil.

Adanya zat karbon dioksida tersebut pada sparkling water membuatnya memiliki gelembung-gelembung udara dan berdesis saat tutupnya dibuka, layaknya minuman bersoda. Hanya saja, jenis minuman berkarbonasi tidak memiliki aroma maupun rasa. Selain itu, pada sparkling water juga mengandung mineral, seperti natrium, magnesium, dan kalsium yang didapat dari sumber mata airnya secara alami.

Berbeda dengan jenis minuman berkarbonasi, soda merupakan air yang telah “disuntikkan” mineral tambahan berupa karbon dioksida atau CO2. Terkadang, beberapa minuman soda atau dikenal sebagai soft drink, sering ditambahkan zat seperti natrium bikarbonat, garam, gula, atau perasa lainnya agar rasanya lebih nikmat.

Jenis minuman berkarbonasi dan soda sama-sama memiliki efek gelembung saat botol dibuka dan airnya dituang. Namun, jenis minuman berkarbonasi umumnya tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Bentuknya yang hampir mirip dan cara menyajikannya yang terkadang sama, seperti dicampur jeruk lemon, membuat banyak orang menyamakan jenis minuman berkarbonasi dengan soda.

Jadi, jenis minuman berkarbonasi lebih alami daripada soda, karena soda mendapatkan karbon dioksida dengan cara “disuntikkan”. Minuman soda bahkan juga biasanya ditambahkan dengan campuran gula, asam sitrat, hingga pemanis buatan. Selain itu, jenis minuman berkarbonasi rasanya sedikit mencolok karena kandungan garamnya.  

3 dari 4 halaman

Efek Samping Minuman Berkarbonasi

Terkait dengan efek samping, jenis minuman berkarbonasi dan soda juga berbeda. Keduanya memiliki efek samping masing-masing untuk tubuh. Berikut beberapa efek samping minuman berkarbonasi terhadap tubuh:

Merusak Enamel Gigi

Ada sebuah studi menemukan bahwa minuman berkarbonasi yang beredar di pasaran memiliki kadar pH di bawah 5,5. Dikutip Liputan6.com dari KlikDokter, kondisi pH tersebut merupakan kadar keasaman yang mampu menyebabkan kerusakan enamel gigi.

Memicu Obesitas

Sebuah penelitian pada tikus menyebutkan bahwa minuman berkarbonasi memicu penambahan berat badan dan dapat menyebabkan tikus tersebut obesitas. Peneliti meyakini bahwa hal tersebut terjadi akibat meningkatnya kadar hormon ghrelin (pemicu rasa lapar) pada tikus yang diberikan air berkarbonasi tanpa rasa (tawar).

Meningkatkan Gas Dalam Tubuh

Selain itu, buih atau gelembung soda pada minuman berkarbonasi bisa menyebabkan kandungan gas dalam tubuh semakin banyak. Hal ini bisa menyebabkan perut terasa kembung, begah, dan ingin buang angin setelahnya.

Itulah beberapa efek samping minuman berkarbonasi jika diminum terlalu sering dan terlalu banyak.

4 dari 4 halaman

Efek Buruk Terlalu Sering Minum Soda

Berikut beberapa efek samping minuman soda terhadap tubuh:

Diabetes

Penelitian yang dilakukan oleh Karolinska Institute di Swedia, menemukan bahwa orang yang minum dua kaleng (200 ml) soda setiap hari mengalami peningkatan risiko diabetes hingga 2,4 kali lipat. Sedangkan, jika kamu minum soda hingga 1 liter setiap hari, risiko tersebut akan melonjak hingga 10 kali lipat.

Penyakit Jantung

Penyakit jantung juga bisa terjadi akibat minum soda terlalu banyak. Hal ini pernah dibuktikan pada penelitian yang dipublikasikan dalam British Medical Journal tahun 2015. Penelitian yang memeriksa 42 ribu pria Swedia selama 12 tahun ini menemukan bahwa orang yang minum 2 kaleng soda setiap hari mengalami peningkatan risiko gagal jantung hingga 23%.

Meningkatkan Risiko Stroke

Menurut studi yang dipublikasikan American Journal of Clinical Nutrition, minum soda dapat meningkatkan risiko stroke hingga 16%. Peningkatan risiko ini sejalan dengan jumlah soda yang diminum setiap hari. Semakin banyak soda yang diminum dalam sehari, semakin besar pula risiko stroke yang kamu miliki.

Kanker Kelenjar Pankreas

Sebuah penelitian di Singapura yang dipublikasikan dalam jurnal Cancer Epidemiology mengungkapkan bahwa mereka yang mengonsumsi minuman bersoda lebih dari dua kali dalam seminggu berisiko mengalami kanker kelenjar pankreas. Ini karena dipaksa kerja keras untuk mengolah kadar gula yang tinggi dalam minuman bersoda tersebut.

Itulah beberapa dampak buruk yang bisa kamu alami jika terlalu berlebihan dalan mengonsumsi minuman bersoda.

Video Terkini