Sukses

Viral Hoho Alkaf Kades Banjarnegara Bertato di Sekujur Tubuh, Ini 5 Faktanya

Hoho Alkaf, Kades Banjarnegara Bertato ini mampu menepis stigma pria bertato.

Liputan6.com, Jakarta Sosok Welas Yuni Nugroho atau yang akrab disapa Hoho Alkaf tengah viral di berbagai media sosial. Hoho viral lantaran sekujur tubuhnya dipenuhi dengan tato. Apalagi, kini Hoho tengah menjabat sebagai Kepala Desa (Kades) Purwasaba, Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara. 

Mengingat tato sering kali ditafsirkan sebagai simbol premanisme dan karena itu berkonotasi negatif. Barang siapa bertato, kebanyakan orang menilai dia bukan orang baik-baik. Hoho pun sempat dipandang negatif dengan tato di sekujur tubuhnya.  

Meski begitu, pria 36 tahun ini dapat membuktikan kinerja yang baik sebagai seorang Kades di Banjarnegara. Ia bahkan menyumbangkan mobil pribadi miliknya untuk desa.

Kendaraan ini dipakai untuk kebutuhan mobilisasi warga, seperti ketika butuh alat transportasi untuk mengantar ibu yang akan melahirkan, warga yang sakit atau keperluan lainnya. Hoho menjadi tokoh panutan dan dicintai warga. 

Dilansir dari berbagai sumber, berikut Liputan6.com ulas fakta sosok Hoho Alkaf, Kades Banjarnegara bertato di sekujur tubuh, Rabu (23/9/2020). 

 

2 dari 6 halaman

1. Punya Sekitar 30 Tato

Hoho pertama kali mentato tubuhnya saat masih SMA. Kala itu, ia tengah pergi di Pulau Dewata, Bali. Motif pertamanya yang ia pilih ialah bunga menghias bagian dada. 

Sempat di tentang orang tua, namun ia tetap tak menghapus tato pertamanya tersebut. Hoho Alkaff menerima izin dari istri dan anaknya, sehingga rasa untuk mempertahankan tato di tubuh membuatnya lebih tenang.

Dilansir dari Merdeka, Hoho Alkaf memiliki sekitar 30 tato di tubuhnya.  Sekitar 90 persen selain wajah dan lehernya menjadi bukti seni lukis oriental kesukaan Hoho. Ada empat gambar Geisha yang melekat di berbagai bagian tubuh Hoho. Di punggung, tampak tato geisha tengah mengayunkan pedang.

 

3 dari 6 halaman

2. Tepis Stigma Pria Bertato

Seseorang yang memiliki banyak tato di tubuh sering kali ditafsirkan sebagai simbol premanisme dan karena itu berkonotasi negatif. Biasanya orang bertato dipandang sebagai preman, kriminal, memiliki perangai kurang baik, dan sebagainya.

Kendati demikian, Hoho mampu menepis stigma tersebut. Terbukti, ia mampu mendapat dukungan warga pada pemilihan kepala desa Juli 2019 yang lalu. Ia pun menjadi sosok lurah bertato yang  dicintai warganya. 

Hoho juga mengatakan bahwa tato yang dimilikinya tak ada hubungannya dengan seorang lurah. Anak bungsu dari 4 ini menilai bahwa tato merupakan salah satu seni.

 

4 dari 6 halaman

3. Menjabat Selama 1 Tahun

Hoho Alkaf ini resmi menjabat sebagai Kepala Desa Purwasaba Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara pada 2019 lalu. Pada saat pemilihann putra pasangan almarhum H. Siswoyo Siswoharsono dan almarhumah Hj. Sri Hartati ini bahkan menang mutlak. 

Ia mengalahkan dua kandidat lain dengan perolehan suara yang fantastis. "Saya dapat suara sekitar 1.900, sementara suara dua calon lain kalau digabung pun saya masih unggul," ujar Hoho ketika ditemui di Kantor Desa Purbasaba, Kamis (10/9/2020).

Terhitung, kini Hoho Alkaf sudah menjabat sebagai Lurah di Banjarnegara selama 1 tahun. 

 

 

5 dari 6 halaman

4. Sumbang Mobil Pribadi untuk Keperluan Desa

Tak lama setelah dilantik, pria bertato ini menyumbangkan mobil pribadi miliknya untuk desa. Kendaraan ini dipakai untuk kebutuhan mobilisasi warga, seperti ketika butuh alat transportasi untuk mengantar ibu yang akan melahirkan, warga yang sakit atau keperluan lainnya.

Ia juga menyelesaikan penyerahan hak tunda perangkat desa sebelum pensiun. Setiap perangkat desa yang hendak purnatugas berhak mendapat semacam penghargaan berupa hak kelola tanah desa. Hak ini berlaku bagi perangkat yang diangkat sebelum ada Perda yang menghapus hak tunda ini.

6 dari 6 halaman

5. Membangun Jalan dengan Dana Pribadi

Tak hanya itu, Hoho juga membangun jalan desa dengan dana pribadi. Jalan tersebut terabaikan dan bertahun-tahun tak tersentuh program pemerintah desa. Jalan ini terabaikan karena dianggap tak penting.

Padahal, jalan sepanjang 700 meter mampu menghubungkan Desa Purwasaba dengan desa tetangga. Ia pun akhirnya membangun jalan tersebut dengan dana pribadi. Hoho pun mengaspal jalan ini selebar 3 meter sehingga bisa dilalui kendaraan roda empat.

Tak hanya berhenti sampai disitu, lurah yang berasal dari Banjarnegara ini berencana memiliki ambulan gratis khusus warga sakit.