Sukses

6 Kebiasaan Buruk Selama Bekerja di Rumah, Bisa Pengaruhi Fungsi Otak

Meski WFH masih panjang, maka sebaiknya Anda menghindari berbagai hal berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta Selama pandemi Corona Covid-19 guna memutus tali persebaran virus, banyak perkantoran yang diimbau untuk bekerja di rumah atau Work From Home (WFH). Meski membawa banyak dampak baik seperti meningkatkan efektivitas kerja dengan memangkas waktu perjalanan ke kantor, namun WFH ternyata membawa kebiasaan buruk yang baru bagi kita.

Ketika bekerja di rumah, orang-orang tentu saja akan menghabiskan waktu berjam-jam berada di posisi yang lama dan tidak berpindah kecuali makan atau buang air. Padahal supaya sehat, tubuh kita seharusnya melakukan banyak aktivitas fisik lainnya supaya meningkatkan stamina, misalkan dengan olahraga atau jalan sehat.

Gaya hidup selama bekerja di rumah ini juga dikaitkan dengan hiperkonektivitas yang berdampak buruk pada otak. Jika hal ini terjadi secara jangka panjang, maka dapat menurunkan tingkat produktivitas individu.

Agar dapat menghindari hal tersebut, maka sebaiknya Anda mengurangi 7 kebiasaan buruk berikut ini yang dirangkum dari berbagai sumber oleh Liputan6.com, Rabu (4/10/2020).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

1. Melakukan berbagai pekerjaan sekaligus

Selama bekerja di rumah, kita seringkali tidak sadar ketika menumpuk pekerjaan atau malah mengerjakannya sekaligus. Ternyata hal ini malah dapat menurunkan tingkat produktivitas karena otak terpaksa untuk menjalankan dua pekerjaan sekaligus. 

Seorang ahli saraf dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Earl Miller mengatakan bahwa otak kita tak dapat terhubung dengan baik apabila harus mengerjakan banyak tugas atau multitasking. Sehingga ketika orang-orang beranggapan bahwa mereka dapat mengerjakan tugas secara cepat, padahal mereka hanya beralih dari satu tugas ke tugas yang lain dalam waktu singkat. 

"Multitasking juga meningkatkan hormon stres kortisol serta hormon fight or flight (melawan-atau-lari) adrenalin, yang dapat merangsang otak secara berlebihan dan dapat menyebabkan kabut mental atau pemikiran yang kacau," katanya. 

 

 

3 dari 7 halaman

2. Tidak banyak bergerak

Ketika bekerja dari rumah, kita jadi memangkas berbagai aktivitas fisik yang biasa dilakukan di luar rumah. Misalkan saja seperti berjalan ke kantor dan lain sebagainya. Ternyata hal ini dapat menyebabkan masalah kronis seperti penyakit jantung, depresi, dan obesitas. Hal ini lantaran penurunan aktivitas fisik dan terlalu sibuk melakukan gerakan dasar seperti mengetik saja dapat memperlambat penurunan kognitif.

Berdasarkan sebuah penelitian di Journal of Comparative Neurology yang menunjukkan hubungan antara ketidakaktifan dan penurunan mental, tidak aktif secara fisik (sedentary) dapat mengubah bentuk neuron tertentu di otak. Dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur seperti halnya berolahraga setiap hari selama 30 menit dapat menguntungkan kita secara kognitif dan secara medis, karena dapat meningkatkan zat kimia otak untuk meningkatkan memori dan kemampuan belajar pembelajaran dengan lebih baik. 

 

 

4 dari 7 halaman

3. Duduk terlalu lama 

Selama bekerja dari rumah, orang-orang tentu akhirnya menghabiskan waktu untuk duduk dan tidak mengubah posisi selama berjam-jam. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh  The University of California, Los Angeles (UCLA) melaporkan bahwa orang yang lebih banyak duduk lebih berisiko mengalami penipisan di daerah otak yang terkait dengan memori. 

Dalam penelitian ini ditekankan bahwa duduk tidak hanya membawa risiko kesehatan fisik, tetapi juga risiko neurologis. Kemudian dijelaskan pula bahwa aktivitas fisik tinggi sekalipun dianggap tidak cukup untuk mengimbangi efek berbahaya dari banyak duduk dalam waktu lama. Oleh karena itu, usahakan mengurangi jumlah duduk sebisa mungkin. Sehingga untuk menghindari hal ini, Anda dapat menyelingi aktivitas belajar atau bekerja dengan jalan ringan setiap 10 menit sekali.

 

 

5 dari 7 halaman

4. Terlalu banyak menatap layar 

Laptop, handphone, monitor, tablet, dan berbagai gadget lainnya kini sudah menjadi perangkat yang tak terpisahkan dalam dinamika hidup. Namun, terlalu lama menatap layar tentu membawa dampak yang buruk terhadap kesehatan.

"Jika sebagian besar waktu bangun kita dihabiskan untuk melihat layar, maka kita itu sudah termasuk terlalu berlebihan," ungkap Psikoterapis berlisensi dan pakar di bidang kesehatan mental dan pengasuhan anak di era digital, Tom Kersting. 

Menatap layar terlalu lama dapat mengakibatkan penurunan memori dan kognitif. Untuk mengatasi hal tersebut, Anda melakukan percakapan dengan orang lain selama lebih dari 10 menit per hari. 

Dengan minimnya interaksi dengan orang lain juga dapat menimbulkan rasa kesepian dan depresi. Menurut para ahli, waktu menatap layar yang berlebihan memiliki efek negatif pada kemampuan intelektual serta kesejahteraan emosional. 

Selain itu, hal ini juga berdampak buruk pada kesehatan fisik seperti halnya mata, telinga, leher, bahu, punggung, pergelangan tangan, dan lengan, terlalu banyak menatap layar juga mengganggu kualitas tidur malam. 

 

 

6 dari 7 halaman

6. Pola tidur buruk

 

Banyak begadang memiliki konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang yang buruk bagi kesehatan tubuh. Padahal, tubuh membutuhkan istirahat yang cukup untuk bisa beraktivitas sehari-hari. Jika terus begadang dapat mengganggu kadar glukosa, suasana hati, gangguan memori, sakit kepala, dan menimbulkan ketidakseimbangan hormon. 

Dalam sebuah penelitian, menunjukkan bahwa kurang tidur dapat mengecilkan otak seseorang. Tidur sangat penting untuk otak. Ketika Anda tidak mendapatkan tidur yang cukup, otak akan kesulitan dalam memproses informasi, mengkonsolidasikan ingatan, membuat koneksi, dan membersihkan racun. Kurang tidur memperlambat pemikiran kita, mengganggu proses pengambilan keputusan, merusak ingatan, konsentrasi, penilaian, serta menghambat pembelajaran. 

Maka dari itu, sebaiknya usahakan untuk memiliki pola tidur yang tetap. Bagi orang dewasa, usahakan untuk tidur cukup di malah hari selama tujuh hingga delapan jam. Dengan memiliki waktu tidur yang cukup, dapat membuat Anda menghindari berbagai penyakit yang telah disebutkan di atas.

 

 

7 dari 7 halaman

6. Luapan informasi menyebabkan stimulasi otak berlebih 

Selama bekerja di rumah, salah satu cara untuk menghibur diri adalah dengan bermain sosial media. Padahal dengan meningkatnya aktivitas seseorang di sosial media, juga dapat meningkatkan luapan informasi yang dapat menstimulasi otak secara berlebihan. Aliran konten yang deras secara konstan jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan stres dan pengambilan keputusan yang berlebihan. 

Agar dapat memaksimalkan kerja otak setiap harinya, maka ada baiknya untuk beristirahat dan tetap memberikan batasan terhadap diri sendiri, saringlah informasi yang diterima sepanjang hari. Bersikaplah proaktif tentang cara kita mengonsumsi media dan persiapkan otak untuk mengabaikan informasi yang tidak perlu. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini