Sukses

Beda Rapid Test dan Swab untuk Deteksi COVID-19, Kenali Keakuratannya

Jangan sampai salah memahami rapid test dan swab.

Liputan6.com, Jakarta Selama pandemi COVID-19, istilah rapid test dan swab sudah tak asing di telinga. Rapid test dan swab merupakan dua metode tes pemeriksaan yang kini digunakan untuk mengetahui adanya infeksi COVID-19. Di Indonesia, rapid test dan swab sudah digunakan untuk mendeteksi adanya COVID-19 pada seseorang.

Namun, masih banyak orang yang belum paham perbedaan keduanya. Tak jarang masyarakat kerap salah sebut antara rapid test dan swab. Padahal, rapid test dan swab merupakan jenis tes yang berbeda. Keakuratan, cara pengambilan sampel, dan waktu pengujian dari kedua tes ini pun sangat berbeda satu sama lain.

Rapid test merupakan tes cepat yang bisa membantu mengenali adanya COVID-19 pada seseorang. Rapid test yang digunakan di Indonesia merupakan jenis rapid test antibodi. Sementara swab merupakan metode tes yang jauh lebih akurat. Ada dua jenis tes swab yang kini digunakan di Indonesia, yaitu Reverse transcription polymerase chain reaction atau RT–PCR dan Tes Cepat Molekuler (TCM).

Baik rapid test dan swab juga punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bagi Anda yang masih bingung akan perbedaan rapid test dan swab, simak perbedaannya yang berhasil Liputan6.com rangkum dari Kementerian Kesehatan, Kamis (5/11/2020).

2 dari 8 halaman

Cara pengambilan sampel

Rapid test menggunakan darah sebagai sampel pemeriksaannya. Darah diambil dari tusuk jari lalu diteteskan ke alat rapid test. Cairan khusus penanda antibodi kemudian diteteskan. Hasil tes akan muncul 10–15 menit setelahnya.

Sementara swab menggunakan lendir atau dahak di saluran nasofaring. Lokasi ini dipilih karena merupakan tempat virus berkembang. Selain lendir di rongga nasofaring, sampel cairan juga bisa diambil dari saluran pernapasan bawah dan tinja.

3 dari 8 halaman

Waktu hasil tes

Sesuai namanya, hasil tes dari rapid tes bisa diketahui dengan cepat. Dalam waktu 10–15 menit, hasil rapid test bisa terlihat pada alat rapid berupa garis.

Sementara untuk swab test, memerlukan waktu lebih lama. Ini karena swab test memerlukan proses laboratorium yang cukup rumit. Untuk RT-PCR, hasil tes biasanya membutuhkan beberapa jam hingga hari. Sementara untuk TCM memerlukan waktu kurang dari dua jam.

4 dari 8 halaman

Metode

Rapid test bekerja dengan cara mencari antibodi (imunoglobulin(Ig) G dan M) dalam darah. Ketika seseorang terpapar virus, tubuh akan menghasilkan antibodi sebagai reaksi untuk memerangi antigen. Keberadaan antibodi inilah yang bisa mendeteksi adanya virus.

Sementara swab RT-PCR menggunakan metode PolymeraseChain Reaction. Dalam metode ini sampel RNA disalin balik membentuk pasangan DNA. Salinan ini kemudian diperbanyak melalui Polymerase Chain Reaction.

Untuk metode TCM, tes dilakukan dengan memeriksa antigen dari bakteri Mycobacterium tuberculosis yang merangsang respons sistem kekebalan tubuh yang terdapat pada sampel dahak pasien.

5 dari 8 halaman

Lokasi tes

Rapid test bisa dilakukan di mana saja. Jenis tes ini bisa didapat dengan mudah di fasilitas kesehatan.

Untuk RT-PCR hanya tersedia di rumah sakit yang memiliki biosafety cabinet dan sampelnya diperiksa di laboratorium Biosafety Level (BSL) II. Sementara TCM tersedia di lebih dari 132 fasilitas kesehatan di Indonesia.

6 dari 8 halaman

Kelebihan

Kelebihan dari rapid test adalah hasilnya yang cepat didapat. Tes ini juga mudah dilakukan dan cocok untuk digunakan sebagai tes massal. Namun, penting diketahui, bahwa rapid test hanya merupakan skrining awal. Untuk mengetahui ada tidaknya COVID-19 secara akurat, seseorang harus melakukan tes PCR atau swab.

Kelebihan dari RT-PCR adalah keakuratannya yang tinggi. RT-PCR merupakan satu-satunya standar pengujian COVID-19 yang diakui WHO. Tes ini bisa mendeteksi dengan baik SARS-COV2 di tubuh seseorang.

Sementara untuk TCM, kelebihannya adalah penggunaannya yang cukup praktis dan bisa bisa mendiagnosis Covid-19 secara cepat dan akurat.

7 dari 8 halaman

Kelemahan

Satu kelemahan dari rapid test adalah hasilnya bisa menunjukkan positif palsu (false positive) atau bahkan negatif palsu (false negative). Positif palsu bisa terjadi karena antibodi yang dibentuk tubuh bisa saja bukan untuk melawan virus corona. Sementara untuk negatif palsu bisa terjadi karena tubuh sudah terinfeksi virus corona namun, antibodi belum terbentuk.

Sementara kelemahan dari RT-PCR adalah metode pemeriksaannya lebih rumit dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Pemeriksaan RT-PCR memerlukan tenaga ahli dan laboratorium yang memadahi. Untuk TCM, kelemahanya adalah keterbatasan alat berupa komponen cartridge yang tidak bisa didapat dengan cepat di Indonesia.

8 dari 8 halaman

Mana yang lebih akurat?

Dilihat dari hasilnya, tes swab lah yang memiliki keakuratan tinggi. RT-PCR bahkan menjadi standar pengujian COVID-19 yang diakui WHO. Sesuai standar WHO, pemeriksaan spesimen menggunakan antigen. Oleh karenanya, Pemerintah menggunakan 2 metode pengetesan yakni RT-PCR dan TCM.

Sedangkan rapid yang berbasis serologi darah tidak masuk dalam standar WHO. Rapid test hanya digunakan untuk skrining awal dan memerlukan tes lanjutan untuk mengetahui keakuratannya.