Liputan6.com, Jakarta Sejak awal kemunculannya pada Desember 2019, virus corona COVID-19 terus mengalami perkembangan yang cukup cepat. Banyak pihak menyebut virus corona Covid-19 ini bisa bermutasi. Tak cuma itu, dampak setelah terkena COVID-19 juga membuat beberapa orang khawatir. Salah satu yang kini mulai dikenal adalah kasus Long COVID.
Long COVID menjadi fenomena baru dalam kasus COVID-19. Fenomena ini telah membingungkan para ilmuwan. Long COVID menggambarkan gejala jangka panjang yang mungkin dialami orang setelah pulih dari COVID-19.
Advertisement
Baca Juga
“Long COVID” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi pada orang yang telah sembuh dari COVID-19 tetapi masih melaporkan adanya gejala yang menetap.
Mengenal Long COVID
Menurut WHO, orang yang terinfeksi SARS-CoV-2, virus corona COVID-19 dapat pulih sekitar 2 minggu setelah gejala pertama kali muncul.
Untuk kasus COVID-19 yang lebih parah, dokter mengamati bahwa pasien mungkin memerlukan waktu hingga 6 minggu untuk pulih.
Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang melaporkan bahwa mereka mengalami gejala selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah penyakitnya mereda. Fenomena ini makin meluas dan dikenal dengan istilah Long COVID.
Advertisement
Gejala Long COVID
Orang-orang yang mengalami long COVID biasanya mengalami gejala penyakit yang terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Gejala long COVID ini mulai dari demam, sakit kepala, kelelahan, hingga anosmia atau kehilangan penciuman.
Dikutip dari University of California Davis, sebuah artikel di The Journal of American Medical Association dan sebuah studi yang dilakukan oleh para ilmuwan Inggris mengungkapkan peneliti memperkirakan sekitar 10% dari pasien COVID-19 mengalami kondisi long haul ini.
Menurut University of California Davis, daftar gejala long COVID, luas dan tidak konsisten. Bagi sebagian orang, gejala virus Corona yang bertahan lama tidak seperti gejala aslinya saat pertama kali terinfeksi COVID-19. Gejala long COVID-19 yang paling umum meliputi:
- batuk
- kelelahan
- pegal
- nyeri sendi
- sesak napas
- kehilangan rasa dan bau
- kesulitan tidur
- sakit kepala
- kabut otak
Kabut otak adalah salah satu gejala paling membingungkan bagi pasien. asien melaporkan menjadi sangat pelupa, bingung atau tidak dapat berkonsentrasi bahkan cukup untuk menonton TV.
Gejala ini secara langsung berdampak pada kehidupan pasien usai pulih dari COVID-19. Mereka seringkali tidak dapat bekerja atau menikmati aktivitas.
Penelitian tentang Long COVID
Dilansir Liputan6.com dari Healthline, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal eBioMedicine The Lancet, menemukan bahwa orang yang meninggal akibat COVID-19 mengalami kerusakan paru-paru yang parah, dan tidak ada virus di organ selain paru-paru.
Para peneliti berpikir ini mungkin menjelaskan fenomena "Long COVID", ketika penyintas COVID-19 mengalami gejala pernapasan dan gejala lainnya selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah terinfeksi.
Beberapa ahli tidak setuju dengan temuan ini, tetapi mengatakan menggunakan suplemen makanan dan obat antivirus tertentu, seperti remdesivir atau steroid, dapat mengurangi kemungkinan mengalami gejala jangka panjang.
Hingga kini, studi tentang Long COVID masih terus berlangsung.
Advertisement