Liputan6.com, Jakarta HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus tersebut merupakan jenis virus yang bisa menyerang sistem kekebalan tubuh. Padahal, sistem kekebalan tubuh adalah faktor penting agar terhindar dari berbagai macam penyakit.
Apabila kekebalan tubuh seseorang rusak karena oleh HIV, maka bisa menimbulkan penyakit AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS sendiri merupakan infeksi dan penyakit yang muncul disebabkan virus HIV.Â
Baca Juga
Advertisement
Namun, sangat disayangkan masih banyak yang tidak menyadari ciri-ciri HIV. Benar saja, sebab ciri-ciri HIV yang masih dalam tahap awal sangat sulit dibedakan dengan penyakit umum lainnya. Ttapi memang, Human Immunodeficiency Virus atau HIV sendiri adalah kondisi yang bisa saja menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.
Berikut ini Liputan6.com telah merangkum dari berbagai sumber, apa saja ciri-ciri HIV yang cukup sulit didiagnosis bahkan disepelekan, Senin (7/12/2020).
1. Demam
Mungkin tidak banyak yang menyadari salah satu ciri-ciri HIV ini. Pasalnya, demam tidak melulu disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri. Ternyata demam bisa jadi salah satu ciri-ciri HIV. Lalu apa yang membedakan? Demam yang dialami penderita HIV cenderung terjadi secara terus-menerus, meski tanpa sebab yang jelas.
Advertisement
2. Diare
Melansir dari Klikdokter, ciri-ciri HIV bisa berupa diare. Bahkan diare dapat menjadi salah satu ciri-ciri HIV tahap awal. Ketika penderita HIV mengalami diare, biasanya keluhan yang terjadi sifatnya kronis dan sulit disembuhkan. Ada beberapa kemungkinan penyebab diare pada pasien HIV, antara lain infeksi bakteri, virus hingga parasit.
3. Jamur di mulut
Tidak sampai disitu saja, ciri-ciri HIV yang juga perlu diwaspadai adalah munculnya gangguan jamur di mulut. Sebab, ciri-ciri HIV ini biasa terjadi pada penderita di tahap awal. Ada beberapa ciri fisik dari timbulnya kondisi ini, seperti plak keputihan pada rongga mulut yang menempel ke lidah.
Bahkan, pasien juga akan merasakan timbulnya nyeri ketika proses menelan. Selain itu, ketika dilakukan pemeriksaan rongga mulut, lidah pasien akan tertutup dengan plak berwarna putih. Jika sudah aprah, maka plak keputihan tersebut bisa menyebabkan infeksi di area kerongkongan.
Advertisement
4. Muncul keluhan pada alat vital
Mengingat salah satu cara penularan HIV yaitu dari hubungan seksual. Maka infeksi menular seksual umum terjadi bersamaan dengan HIV. Infeksi menular seksual yang biasa terjadi disebabkan oleh kuman gonore dan sifilis. Kondisi ini biasanya bersamaan dengan keluhan nyeri ketika buang air kecil, keluar cairan kental dari kelamin, hingga kelamin yang terasa gatal.
Selain itu, penderita juga bisa mengalami kutil kelamin. Timbulnya penyakit tersebut disebabkan oleh virus Kondiloma akuminata yang ditularkan dari hubungan seksual. Infeksi jamur tersebut dapat terjadi di vagina wanita yang menderita HIV. Jika terinfeksi jamur, di area kelamin akan timbul keluhan keputihan yang bergumpal hingga kelamin terasa gatal.
5. Gangguan pada otak
Ciri-ciri HIV yang cukup jarang diketahui, sebenarnya menjadi pertanda timbulnya infeksi otak. Sebab, ketika terjadi infeksi otak, para pasien HIV akan mengeluhkan beberapa gangguan seperti sakit kepala, kelemahan ekstremitas, bicara pelo, bahkan penurunan tingkat kesadaran.
Penyebab infeksi otak yang terjadi pada penderita HIV disebabkan oleh Toksoplasma dan Mycobacterium tuberculosis. Infeksi yang disebabkan Toksoplasma bisa menyebabkan keluhan seperti lesi desak massa, karena kista akan menyebabkan desakan ke jaringan otak sekitarnya. Sedangkan infeksi karena Mycobacterium tuberculosis bisa menyebabkan keluhan seperti demam, nyeri kepala, hingga turunnya kesadaran.
Advertisement
Penyebab HIV
Di Indonesia penyebab HIV banyak dikarenakan hubungan seksual yang tidak aman atau bergantian menggunakan jarum suntik ketika menggunakan narkoba. Jika terinfeksi HIV maka akan menularkannya ke orang lain. Lebih lengkapnya, berikut penyebab HIV tersebut:
- Tato atau tindik dengan alat yang tidak steril.
- Hubungan seks tanpa pengaman, baik sesama jenis kelamin maupun heteroseksual.
- Hubungan seksual dengan pasangan yang punya riwayat penyakit kelamin
- Hubungan seksual dengan pengguna narkotika yang sudah terinfeksi.
Pengobatan HIV
Sebenarnya obat HIV belum ada, tapi pengobatan yang perlambat perkembangan penyakit bisa dilakukan. Perawatan tersebut bisa membuat orang yang terinfeksi hidup lebih lama dan dapat menjalani pola hidup sehat.
Jika seseorang merasa atau mencurigai terkena virus dalam rentang waktu 3x24 jam, maka bisa mengonsumsi obat anti HIV yang akan mencegah terjadinya infeksi. Obat ini bernama post-exposure prophylaxis (PEP). Profilaksis merupakan prosedur kesehatan yang bertujuan mencegah daripada mengobati. PEP harus segera dilakukan, maksimal tiga hari setelah paparan virus. Pengobatan PEP berlangsung sebulan. Tapi, tidak ada jaminan bahwa pengobatan HIV ini akan berhasil.
Sedangkan Antiretroviral (ARV) adalah obat HIV yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV. ARV bisa memperlambat pertumbuhan virus. Sebab, seiring berjalannya waktu HIV bisa kebal terhadap satu golongan ARV.
Maka dari itu, kombinasi golongan ARV akan diberikan pada penderita. Begitu pengobatan HIV dimulai, obat tersebut wajib dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil, dapat dikonsultasikan untuk menggantinya ke kombinasi ARV lain.
Pengobatan HIV ini bisa berhasil jika pengidap mengonsumsi obat secara teratur. Apabila melewatkan satu dosis saja, berdampak pada kegagalan.
Advertisement