Liputan6.com, Jakarta Pasien long COVID-19 baru-baru ini menyebutkan adanya gangguan pada indra penciuman. Para pasien mengklaim jika mereka sering mencium bau ikan ataupun pembakaran.
Dilansir Liputan6.com dari Daily Star, Senin (28/12/2020) virus corona dapat menyebar dengan cepat pada sebagian orang, bahkan beberapa diantaranya dapat menderita efek jangka panjang atau long COVID. Bahkan, baru-baru ini seorang ahli bedah THT (Telinga, Hidung dan Tenggorokan) mengungkapkan adanya gejala baru yang dialami oleh pasien long COVID.
Advertisement
Baca Juga
Professor Kumar selaku ahli bedah THT mengungkapkan jika ribuan pasien di Inggris telah mengalami gangguan indra penciuman akibat COVID-19. Efek yang dihasilkan ialah para pasien bisa mencium baru menyengat atau yang dikenal juga dengan parosmia.
"Pagi ini saya melihat dua pasien dengan parosmia. Yang satu mengatakan mereka bisa mencium bau ikan menggantikan aroma lain, dan yang lain bisa mencium bau terbakar saat tidak ada asap di sekitarnya." ujar Prof Kumar.
Kedua pasien yang ditangani tersebut merupakan petugas kesehatan. Bahkan ia sempat menduga jika insiden ini menjadi salah satu gejala bagi orang-orang yang terpapar virus lain di rumah sakit.
Memengaruhi saraf di hidung
Bagi sebagian orang yang mengalami Parosmia tentu saja sangat menjengkelkan. Pasalnya, virus yang memengaruhi indra penciuman ialah virus neurotropik. Virus ini diketahui memengaruhi saraf pada hidung sehingga beberapa saraf tidak berfungsi.
Temuan adanya pasien yang memiliki gejala Parosmia ialah seorang pegawai bank di London, Daniel Savedki (24). Ia merupakan pasien COVID-19 pada Maret 2020. Setelah dua minggu, indra penciuman Daniel pun terganggu. Daniel mengatakan jika dirinya kerap mencium bau-bau tajam.
Parosmia merupakan gangguan pada indra penciuman. Akibat adanya kerusakan pada saraf, beberapa orang bisa tidak mendetekasi aroma-aroma di sekitarnya. Namun, terkadang aroma-aroma cukup menyengat bisa tercium.
Advertisement