Sukses

Berawal Hobi, Bayu Putro Sukses Usaha Perhiasan dari Kayu dan Resin

Mempertahankan agar dapur tetap ngebul, Bayu Putro yang awalnya seorang driver ojek online, kini dirikan usaha di bidang kayu dan resin.

Liputan6.com, Jakarta Kondisi pandemi Corona Covid-19 ini banyak mengubah wajah perekonomian Indonesia. Bahkan, tak sedikit pula pelaku usaha maupun karyawan yang harus mencari berbagai cara untuk bertahan di tengah pandemi ini.

Pandemi juga membawa dampak yang besar kepada pelaku moda transportasi online atau driver ojol. Akibat menurunnya aktivitas masyarakat di luar rumah, banyak driver ojol yang akhirnya sepi order dan harus putar otak untuk membuat dapur tetap ngebul. 

Salah satunya dialami Bayu Putro Pamungkas, seorang driver ojek online yang turut mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi Corona Covid-19. Akibat hal tersebut, pemuda berusia 30 tahun ini berusaha untuk memutar otak dengan mencari pendapatan lain.

Bayu lantas mendirikan Pluei yang merupakan industri rumahan yang memproduksi perhiasan resin dan kayu. Tak berhenti disitu saja, ia pun kemudian mendirikan Patala, industri rumahan yang memproduksi hiasan dan dekorasi rumah yang terbuat dari resin dan kayu.

2 dari 6 halaman

Berawal dari nonton YouTube

Berdasarkan penuturan Bayu, bibit didirikannya Pluei sudah ada jauh sebelum pandemi. Ia mengaku bahwa awalnya mendirikan industri rumahan ini hanya berupa keisengannya dalam mengisi waktu luang.

Saat itu, di tahun 2017, Bayu mendapatkan inspirasi dari temannya untuk membuat produk perhiasan dari kayu dan resin. Tanpa ada latar belakang sebagai pengrajin sebelumnya, Bayu pun hanya berbekal pengetahuan dari menonton video yang ada di YouTube.

“Awalnya cuma dikasih liat sama teman, kelihatannya bagus, menarik, dan gampang di buat. Unik juga. Tapi pas teman yang buat gagal terus, nah dari situ saya kepikiran untuk mencoba, ternyata malah berhasil bikin dan bagus,” tutur pria berusia 30 tahun ini saat menceritakan kembali percobaan pertamanya saat membuat produk Pluei.

Akhirnya, Bayu merealisasikan keinginannya untuk mewujudkan sebuah brand perhiasan kayu dan resin. Ia mengajak rekannya, Honey Intania di bidang marketing, kemudian di tahun 2018, ia mengajak pula rekannya yang lain yakni Alvan di bagian produksi.

Namun sayangnya, ketika itu usahanya tidak berlanjut karena tidak ditekuni secara serius. Bayu dan rekan-rekan masih fokus untuk mengerjakan hal yang lain sehingga pengerjaan Pluei pun hanya sebatas hobi saja.

 

 

3 dari 6 halaman

Pluei aktif kembali

Seperti yang telah disebutkan di atas, awalnya Bayu masih menganggap Pluei sebagai sebatas hobi saja. Lantas, ia pun sempat vakum dalam memproduksi perhiasan dari resin ini. Namun, seiring berjalannya waktu, tak sedikit orang-orang yang menanyakan terkait produk resin yang ia buat.

“Awalnya kan cuma iseng, setiap bikin bahkan cuma dibagikan secara cuma-cuma ke teman-teman yang minat. Eh ternyata, lama kelamaan pada nanyain kenapa kok gak produksi lagi? Dari situ mulai kepikiran untuk melanjutkan Pluei,” ungkap Bayu.

Selain itu, awalnya Bayu juga berprofesi sebagai seorang ojek online, namun saat di awal pandemi Corona Covid-19 di tahun 2020, ia benar-benar kesulitan untuk mendapatkan order, penghasilannya pun turun drastis selama pandemi. Lantas, ia pun berusaha untuk memikirkan cara lain supaya dapurnya tetap ngebul.

 

 

4 dari 6 halaman

Keistimewaan Pluei

Meskipun pasar bagi penggemar kayu dan resin terbilang cukup segmented, namun Bayu dan Honey mengaku bahwa mereka cukup percaya diri. Dalam setiap produk yang dibuat, mereka mengusung konsep unik yang dapat merepresentasikan karakteristik individu yang meminati produknya.

“Pluei merupakan brand yang mencerminkan setiap persona individu yang menggunakannya. Sehingga menjadi gaya hidup untuk menunjang identitas setiap individu,” ungkap Honey Intania.

Menurut Honey, setiap produk dari Pluei itu spesial dan memiliki kisahnya masing-masing. Ia pun memberikan nama berbeda untuk setiap produknya. Misalkan saja seperti salah satu produk bernama “Maran Waja”, yang mengisahkan tentang peri gigi yang selalu membawa hadiah bagi anak-anak yang giginya telah tanggal. 

Lebih lanjut, Honey menjelaskan bahwa kisah tentang ‘Maran Waja’ menggambarkan tentang masa kanak-kanak yang penuh dengan imaji dan angan-angan. “Maran Waja" membuat kami mengingat tentang banyak dongeng yang diceritakan oleh orang tua, atau mitos-mitos aneh yang jadi perbincangan teman sebaya. Saat ini jika mengingat dan mempercayai narasi yang diceritakan pada masa itu rasanya lucu dan menggelikan,” ungkap perempuan berusia 23 tahun ini.

 

 

5 dari 6 halaman

Membuat sister brand Patala

Tak berpuas diri dengan Pluei, akhirnya mereka pun memperluas bidang usahanya dan merambah ke dekorasi rumah. Namun tetap mempertahankan keistimewaan karakteristik mereka yakni kayu dan resin.

“Awalnya itu karena di Pluei, kami sering mendapatkan permintaan untuk custom barang. Sedangkan ide dari Pluei ini kami mengusung keistimewaan produk yang bisa berjodoh dengan pembelinya, sehingga kami tidak menerima custom untuk Pluei. Maka dari itu, akhirnya untuk mengikuti permintaan pasar, kami mendirikan sister brandnya, yakni Patala.” ungkap Honey.

Honey juga mengungkapkan bahwa di tengah pandemi Corona Covid-19 ini ia melihat tren home decor yang naik kian pesat. Berada di rumah saja membuat minat orang-orang untuk mendekorasi ulang rumahnya menjadi meningkat, disitulah ia dan rekan-rekannya melihat peluang usaha yang lebih luas.

 

 

6 dari 6 halaman

Menembus pasar home decor

Jika Pluei berfokus di bidang perhiasan. Patala ini lebih berfokus di bidang home decor, beberapa produk yang di buat antara lain tatakan gelas, ambalan, lampu tidur, arm rest, dan lain sebagainya. Uniknya, Patala juga membuat produk resin dan kayu yang dapat bercahaya kala gelap atau glow in the dark.

Meskipun masih terbilang baru, namun nyatanya Patala mampu bersaing dengan produk yang sejenis di bidang home decor. Dengan mengusung keistimewaannya yakni resin dan kayu, ternyata peminat produk ini cukup banyak.

“Ada banyak impian orang-orang tentang produk yang mereka inginkan, nah kami bisa aplikasikan keinginan itu, seperti lampu tidur, armrest, dan tatakan gelas. Kita wujudkan dari dari desain yang mereka inginkan, warna, dan jenis kayu yang diinginkan,” ungkap Honey.

Di tengah pandemi Corona Covid-19 ini, ekosistem bisnis sedang tidak menentu. Maka dari itu, sebagai anak muda yang masih merintis usaha Honey dan Bayu mengaku bahwa banyak peluang yang terbuka, namun tantangannya adalah pandai-pandai dalam mencermati tren yang ada.

“Masalahnya selama Corona ini, tren bisnis benar-benar naik dan turun. Selain itu juga bisa di bilang cukup musiman. Untuk Pluei dan Patala, kami ingin terus tumbuh dan berkembang menghadirkan produk istimewa dan tiada duanya seperti tagline kami “A Peerless in Creation” pungkas Honey.

Bagi Anda yang penasaran dengan produk-produk buatan dari Pluei dan Patala, maka bisa langsung menuju akun Instagram @pluei_ dan @patala.awatara.

Video Terkini