Liputan6.com, Jakarta Penyebab epilepsi dikaitkan dengan gangguan sistem saraf pusat. Epilepsi termasuk penyakit kronis yang menyerang otak. Menurut WHO, sekitar 50 juta orang di seluruh dunia mengidap epilepsi, menjadikannya salah satu penyakit neurologis paling umum di dunia.
Tak sedikit masyarakat yang belum mengenali penyebab epilepsi. Ini membuat epilepsi kerap disalahartikan sebagai gangguan spirtual atau persepsi buruk lainnya. Kesalahpahaman publik tentang epilepsi menyebabkan tantangan tersendiri bagi penderita epilepsi. Ini sebabnya, penting mengetahui penyebab epilepsi.
Advertisement
Baca Juga
Penyebab epilepsi ditandai dengan kejang yang tidak dapat diprediksi dan dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya. Kejang adalah gejala utama epilepsi. Penyebab epilepsi sangat terkait dengan sistem pesan di otak. Sejumlah faktor bisa menjadi penyebab epilepsi.
Berikut penyebab epilepsi, faktor, gejala, dan jenis kejangnya, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (18/2/2021).
Mengenal Epilepsi
Menurut Epilepsy Foundation, epilepsi adalah kelainan kronis dengan ciri khas kejang berulang tanpa sebab. Seseorang didiagnosis dengan epilepsi jika mereka mengalami dua kali kejang yang tidak diprovokasi atau tanpa sebab. Kejang ini tidak disebabkan oleh beberapa kondisi medis yang diketahui dan dapat kembali membaik.
The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menggambarkan epilepsi sebagai "kondisi otak umum yang menyebabkan kejang berulang."
Orang dengan epilepsi biasanya mengalami kejang berulang. Gejala kejang pada epilepsi bisa sangat bervariasi. Banyak orang dengan epilepsi mengalami lebih dari satu jenis kejang dan mungkin juga memiliki gejala masalah neurologis lain.
Advertisement
Penyebab epilepsi
Menurut WHO, meski banyak mekanisme penyakit yang mendasari dapat menyebabkan epilepsi, penyebab penyakit ini masih belum diketahui pada sekitar 50% kasus di seluruh dunia. Dalam banyak kasus, penyebab epilepsi tidak diketahui secara pasti.
Kejang pada epilepsi terjadi karena terganggunya aktivitas listrik di otak yang mengganggu sistem pesan antar sel otak untuk sementara. Sistem pesan di otak mengontrol setiap fungsi dalam tubuh manusia. Epilepsi berkembang karena gangguan pada sistem ini, yang mungkin disebabkan oleh disfungsi otak.
Faktor penyebab epilepsi
Sejumlah faktor dikaitkan sebagai penyebab epilepsi. Faktor ini di antaranya adalah:
Pengaruh genetik
Beberapa jenis epilepsi yang dikategorikan berdasarkan jenis kejang yang dialami atau bagian otak yang terpengaruh, terjadi dalam keluarga. Dalam kasus ini, kemungkinan ada pengaruh genetik. Gen tertentu dapat membuat seseorang lebih peka terhadap kondisi lingkungan yang memicu kejang.
Trauma kepala
Trauma kepala akibat kecelakaan mobil atau cedera traumatis lainnya dapat menyebabkan epilepsi.
Kondisi otak
Kondisi otak yang menyebabkan kerusakan pada otak, seperti tumor otak atau stroke, bisa menyebabkan epilepsi. Stroke adalah penyebab utama epilepsi pada orang dewasa yang berusia di atas 35 tahun.
Penyakit menular
Penyakit infeksi, seperti meningitis, AIDS dan virus ensefalitis, dapat menyebabkan epilepsi.
Cedera prenatal
Sebelum lahir, bayi sensitif terhadap kerusakan otak yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi pada ibu, gizi buruk atau kekurangan oksigen. Kerusakan otak ini bisa mengakibatkan epilepsi atau cerebral palsy.
Gangguan perkembangan
Epilepsi terkadang dapat dikaitkan dengan gangguan perkembangan, seperti autisme dan neurofibromatosis.
Â
Advertisement
Gejala Epilepsi
Dilansir dari Mayo Clinic, gejala kejang epilepsi bisa sangat bervariasi. Beberapa penderita epilepsi hanya menatap kosong selama beberapa detik selama kejang, sementara yang lain berulang kali menggerakkan lengan atau kaki mereka. Seseorang didiagnosis dengan epilepsi jika mereka mengalami dua kali kejang yang tidak diprovokasi atau tanpa sebab.
Menurut Epilepsy Foundation, meskipun gejala kejang dapat memengaruhi bagian tubuh mana pun, peristiwa listrik yang menghasilkan gejala tersebut terjadi di otak. Lokasi peristiwa itu, bagaimana penyebarannya, seberapa banyak otak terpengaruh, dan berapa lama itu berlangsung, semuanya memiliki efek yang sangat besar. Faktor-faktor ini menentukan karakter kejang dan dampaknya pada individu.
Tanda dan gejala kejang mungkin termasuk:
- Kebingungan sementara
- Tatapan kosong
- Gerakan menyentak tak terkendali pada lengan dan kaki
- Kehilangan kesadaran
- Gejala psikis seperti ketakutan, kecemasan atau deja vu
Gejala bervariasi tergantung pada jenis kejang. Pada kebanyakan kasus, penderita epilepsi akan cenderung mengalami jenis kejang yang sama setiap saat, sehingga gejalanya akan serupa dari episode ke episode.
Jenis kejang pada epilepsi
Menurut Mayo Clinic, dokter umumnya mengklasifikasikan kejang sebagai fokal atau umum, berdasarkan bagaimana aktivitas otak abnormal dimulai.
Kejang fokal
Kejang fokal muncul sebagai akibat dari aktivitas abnormal di satu area otak. Kejang ini terbagi dalam dua kategori:
Kejang fokal tanpa kehilangan kesadaran
Kejang ini tidak menyebabkan hilangnya kesadaran. Mereka dapat mengubah emosi atau mengubah tampilan, penciuman, rasa, rasa, atau suara. Mereka juga dapat menyebabkan bagian tubuh tersentak secara tidak sengaja, seperti lengan atau kaki, dan gejala sensorik spontan seperti kesemutan, pusing, dan lampu berkedip.
Kejang fokal dengan gangguan kesadaran
Kejang ini melibatkan perubahan atau hilangnya kesadaran atau kesadaran. Selama kejang parsial kompleks, seseorang mungkin menatap ke langit-langit dan tidak merespons lingkungan secara normal atau melakukan gerakan berulang, seperti menggosok tangan, mengunyah, menelan, atau berjalan berputar-putar.
Advertisement
Jenis kejang pada epilepsi
Kejang umum
Kejangmelibatkan semua area otak. Ada enam jenis kejang umum, yaitu:
Kejang absen
Kejang absen sering terjadi pada anak-anak dan ditandai dengan menatap ke atas atau gerakan tubuh halus seperti mata berkedip atau menampar bibir. Kejang ini dapat terjadi dalam kelompok dan menyebabkan hilangnya kesadaran sebentar.
Kejang tonik
Kejang tonik menyebabkan otot kaku. Kejang ini biasanya memengaruhi otot di punggung, lengan, dan kaki, serta dapat menyebabkan seseorang jatuh ke lantai.
Kejang atonik
Kejang atonik menyebabkan hilangnya kendali otot yang dapat menyebabkan pingsan tiba-tiba atau jatuh.
Kejang klonik
Kejang klonik berhubungan dengan gerakan otot yang berulang atau berirama menyentak. Kejang ini biasanya menyerang leher, wajah, dan lengan.
Kejang mioklonik
Kejang mioklonik biasanya muncul sebagai sentakan atau sentakan singkat yang tiba-tiba pada lengan dan kaki.
Kejang tonik-klonik
Kejang tonik-klonik adalah jenis serangan epilepsi yang paling dramatis dan dapat menyebabkan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba, tubuh kaku dan gemetar, dan terkadang kehilangan kontrol kandung kemih atau menggigit lidah.