Liputan6.com, Jakarta Memahami unsur intrinsik puisi merupakan langkah awal dalam membuat sebuah puisi yang penuh makna. Puisi merupakan sebuah karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah serta kaya akan makna dan arti. Di Indonesia, puisi merupakan bentuk kesastraan yang paling tua. Puisi mengungkap perihal fikiran serta perasaan dari seseorang penyair dengan cara yang imajinatif. Pikiran serta perasaan sang penyair kemudian disusun dengan fokus pada kekuatan bahasanya dengan struktur fisik dan batinnya.
Di Indonesia, kita memiliki banyak penyair puisi yang telah menghasilkan karya-karya fenomenal dan terkenal. Sebut saja Chairil Anwar, WS Rendra, Taufik Ismail, Sapardi Joko Damono, dan masih banyak lagi yang lainnya. Karya dari tokoh-tokoh tersebut sudah sering kita kenal, dan masing-masing dari mereka memiliki gaya bahasanya sendiri saat menciptakan dan membacakan puisi.
Advertisement
Baca Juga
Puisi datang dari bahasa Yunani, yaitu poet yang berarti orang yang mencipta sesuatu lewat imajinasi pribadi. Imajinasi pribadi maksudnya puisi merupakan karya yang benar-benar dihasilkan oleh seseorang berdasarkan pada pengalamannya dan belum pernah dibuat sebelumnya.
Unsur-unsur puisi memang menjadi elemen penting dalam sebuah puisi. Unsur-unsur puisi ini akan membentuk puisi menjadi sebuah karya yang memiliki kesan dan juga makna tertentu. Terdapat dua macam unsur-unsur puisi, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Sebelumnya Anda harus mengetahui terlebih dahulu mengenai unsur intrinsik puisi sebelum masuk ke penjelasan unsur ekstrinsik. Berikut penjelasan unsur intrinsik puisi beserta contohnya yang dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (6/5/2021).
Unsur Intrinsik Puisi
Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur puisi yang membangun puisi dari dalam. Unsur intrinsik puisi ini masih terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu unsur fisik dan unsur batin. Berikut penjelasannya :
Advertisement
1. Unsur Fisik Puisi
Yang dimaksud unsur fisik puisi merupakan sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Secara umum terdapat 6 unsur fisik puisi, yaitu diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa, rima, dan topografi. Berikut penjelasannya :
a. Diksi
Diksi adalah pemilihan kata-kata yang digunakan oleh penyair dalam puisinya. Puisi adalah bentuk karya sastra yang padat dengan sedikit kata-kata sehingga diksi atau pemilihan kata menjadi sangat penting dan krusial bagi nilai estetika puisi.
b. Imaji
Imaji adalah unsur yang melibatkan penggunaan indra manusia. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual) dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil).
1) Contoh imaji auditif
Dan kesunyianpun mencekam
Tak ada suara yang terdengar
Kecuali deru angin.
2) Contoh imaji visual
Dan aku melewati
Jalan setapak yang berliku-liku
Dengan ditumbuhi pepohonan
Yang bergeletar daunnya
Oleh angin.
3) Contoh imaji taktil
Tubuhnya begitu lunglai
Diantara dekapan angin gunung
Nafasnya tersengal-sengal
Menahankan dingin yang melekat
c. Kata Konkret
Kata kongkret merupakan kata yang memungkinkan terjadinya imaji. Kata konkret bersifat imajinatif sehingga memunculkan imaji, biasanya berhubungan dengan kata kiasan atau lambang. Conton kata konkret dalam puisi, yaitu :
Dengan kuku-kuku besi, kuda menebah perut bumi
Bulan berhianat, Gosokkan tubuhnya pada pucuk pucuk para.
Mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu.
Kata konkret tersebut beserta artinya adalah sebagai berikut:
Kuku besi = Kaki kuda yang bersepatu besi
Kulit bumi = Jalan yang tidak beraspal
Penunggang perampok yang diburu = perampok yang naik kuda.
d. Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau majas adalah penggunaan bahasa yang bersifat seolah-olah menghidupkan dan menimbulkan makna konotasi dengan menggunakan bahasa figuratif. Beberapa macam-macam majas yang sering digunakan Pada puisi misalnya seperti retorika, metafora, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, repetisi, anafora, antitesis, klimaks, antiklimaks, satire, paradoks dan lain-lain.
e. Rima
Rima atau irama merupakan persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah atau pada akhir baris puisi. Sementara ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ini contoh puisinya :
Tanam melati / di rama-rama
Ubur-ubur / sampingan dua
Sehidup semati/ kita bersama
Satu bubur/ kita berdua.
f. Tipografi
Tipografi atau perwajahan adalah bentuk puisi yang dipenuhi dengan kata, tepi kiri kanan dan tidak memiliki pengaturan baris. Biasanya pada baris puisi tidak selalu diawali huruf besar (kapital) serta tidak diakhiri dengan tanda titik. Contoh puisi yang menggunakan topografi adalah sebagai berikut:
1) Sajak Transmigran II
2) Doktorandus Tikur I, oleh F. Rahardi
3) Tregedi Winka dan Sihka, oleh Sutardji Calzoum Bachri
4) Shang Hai, oleh Sutradji Calzoum Bachri
2. Unsur Batin Puisi
Unsur batin puisi merupakan unsur yang berkaitan dengan batin dalam pembacaan puisi. Secara umum ada 4 unsur batin puisi yakni tema, rasa, nada, dan amanat.
a. Tema
Tema adalah unsur utama pada puisi karena tema berkaitan erat dengan makna yang dihasilkan dari suatu puisi. Pada puisi, sebuah tema menjadi landasan dan garis besar dari isi puisi tersebut. Ini contohnya :
Jaring-Jaring Piek Ardijanto
Kali ini
Nelayan menebar jaring di laut
Menangkap ikan
Kali lain
Tuhan menebar jaring maut
Menangkap insan
(Biarkan Angin Itu, 1996)
b. Rasa
Rasa atau feeling pada puisi merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial, pengalaman, dan psikologi penyair. Contoh puisi dengan perasaan sedih ada pada karya :
1) “Senja di Pelabuhan Kecil” - karya Chairil Anwar
2) “Anakku,” JE. Tatengkeng
3) “Selamat Jalan Anakku,” karya Agnes Sri Hartini
4) “Orang-orang Rangkasbitung,” karya Rendra
c. Nada
Yang dimaksud nada atau suasana pada puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada berhubungan dengan tema dan rasa yang ditujukan penyair pada pembaca, bisa dengan nada menggurui, mendikte, nada sombong, nada tinggi atau seolah ingin bekerja sama dengan pembaca. Ini contohnya :
Pahlawan Tak Dikenal
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bunda di dadanya
Senyum bekumnya mau berkata, kita sedang perang.
…..
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalinya
(Suara, 1950)
d. Amanat
Pada puisi, amanat atau tujuan merupakan pesan yang terkandung di dalam sebuah puisi. Amanat dapat ditemukan dengan memaknai puisi tersebut secara langsung atau tidak langsung. Ini contohnya :
Dari Seorang Guru kepada Murid-Muridnya
Adakah yang kupunya anak-anakku
Selain buku-buku dan sedikit ilmu
Sumber pengadianku kepadamu
Kalau hari Minggu engkau datang ke rumahku
Aku takut anak-anakku
Kursi-kursi tua yang di sana
Dan meja tulis sederhana
Dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya
Semua kepadamu akan bercerita
Tentang hidupku di rumah tangga.
….
(Buku Puisi, 1982)
Advertisement